❃21➻Uncertain

352 43 18
                                    

Turun dari motor tinggi Baskara, Balqis menekuk wajahnya. "Lo kalo ngendarain motor udah kayak kesetanan aja. Sebenernya lo itu mau nganterin gue pulang ke rumah atau pulang ke akhirat, sih?"

Sudut bibir kanan Baskara terangkat. Ia turun dari motor dan membuka helem full-facenya. "Yang penting sekarang lo selamat sampai tujuan."

"Mungkin sekarang selamat, nanti-nanti, kan, belum pasti!"

"Berarti nanti dan seterusnya mau gue bonceng lagi?"

"Ogah!" Refleks Balqis begitu cepat usai Baskara menyelesaikan ucapannya.

Baskara hanya menatap wajah Balqis dengan lekat. Hingga mulut bawel yang ia sukai itu berhenti bicara. Mata yang lemah akan sorot tajam itu mulai bermain-main menghindari tatapan Baskara.

Balqis risih. Dan ia sudah bosan menegur Baskara agar tak menatapnya seperti itu. "Pulang. Dah!"

"Gue bakal kangen wajah kesel lo."

Hening beberapa detik hingga Balqis menelan cairan yang ada dalam mulutnya sekuat tenaga. Ucapan Baskara membangkitkan kerusuhan di dada.

"Apaan, sih, lo?" tanyanya dengan iringan kekehan kecil. "Gue, gue duluan."

Balqis lebih memilih berbalik dan berjalan di jalan kecil yang menuju ke rumahnya.

"Gue serius." Baskara berjalan santai di belakang Balqis dengan tangan yang masuk pada kedua saku celananya. Ia hanya menatap Balqis dari belakang. Itu masih jadi posisi favorit Baskara.

Balqis menahan dorongan mulutnya untuk tersenyum hingga tak bisa menahannya lagi. Namun tangannya terangkat dan memukul bibirnya hingga senyum itu hilang. Untung Baskara tak melihat ekspresi konyolnya saat ini. Bagaimana mungkin ia senang karena mendengar ucapan itu dari mulut Baskara? Balqis tidak mau terlihat salah tingkah.

"Ya .... Gimana, ya? Gue, kan, orangnya emang ngangenin." Balqis berbalik menghadap Baskara hingga lelaki itu ikut berhenti melangkah. "Lo ngapain ngikutin gue?"

Baskara menggeleng. Ia hanya sedang memastikan sesuatu karena merasa pernah datang ke jalan ini, namun ia lupa. Sambil memenuhi rasa penasaran, ia juga sekalian mengantar Balqis.

Baskara memegang pundak Balqis dan membalikannya lagi ke depan. "Jangan peduliin gue, jalan aja. Kalo ada apa-apa, gue ada di belakang lo.

"Jangan jadi setan yang ngejutin."

"Apa muka gue serem?"

"Lebih serem dari setan."

"Cih," decih Baskara. Setelah itu keadaan kembali hening. Hanya ada suara langkah yang menemani malam sunyi itu.

Balqis berjalan dengan harap matanya bisa pindah ke tengkuk. Cukup menyeramkan, namun ia hanya ingin melihat apa yang Baskara lakukan. Balqis hanya bisa melihat bayangan Baskara yang mengikutinya.

"Motor lo di tinggal di pinggir jalan. Gimana kalo diambil orang?"

"Tinggal beli lagi."

Orang kaya, mah, beda, batin Balqis sambil membalikan badannya dengan menunjukkan muka malas. "Ini rumah gue. Jadi sekarang lo bisa pulang."

•❃𝐒𝐞𝐥𝐁𝐚𝐫𝐚❃•|✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang