❃46➻Bad Guy

300 38 98
                                    

"BARA!"

Balqis berlari sekuat tenaga demi menyusul lelaki yang meninggalkannya. Jika dilihat-lihat, Baskara hanya jogging dengan langkah yang santai, tapi Balqis harus terengah-engah untuk menyetarakan langkahnya yang tidak selebar lelaki itu.

"Santai, iiiii."

Baskara berhenti, begitu juga dengan Balqis yang baru sampai di sebelahnya. "Masa udah cape lagi?"

Menenangkan nafasnya, Balqis mendudukan diri begitu saja tanpa alas. "Pengap, iiii. Gue udah lama nggak olah raga. Pasti nanti badan bakal sakit-sakit."

"Makanya kita olah raga. Biar fisik kelatih lagi." Baskara berkacak pinggang untuk menunggu gadis itu.

"Sana, lo lari duluan aja." Balqis merasa kasihan juga karena Baskara tidak leluasa untuk melakukan olah raga rutinnya.

"Nggak," tolak Baskara dengan cepat. Jika Balqis sendiri, gadis itu bisa banyak digoda lelaki yang dilewatinya.

Balqis kembali berdiri tegak dan tanpa aba-aba berlari meninggalkan Baskara. Ehe, Bara nggak boleh nyusul gue. "Dadah, Bara! Selena yang pertama!"

Baskara hanya terkekeh kecil dan kembali menyusul Balqis, tapi ia tetap menjaga jarak satu meter di belakang gadis itu. Mungkin jika Balqis yang pertama, dia bisa semangat untuk terus berlari.

Entah mengapa Balqis masih tidak puas, padahal ia sudah berada di depan. Seperti ada yang hilang karena di sampingnya terasa kosong. Ia berhenti mendadak dan membalikan badannya. Refleks Baskara juga tidak melanjutkan langkah.

"Larinya mau bareng."

Senyum miring Baskara terpatri di wajah tegasnya. "Kenapa?"

Mata Balqis teralihkan ke arah pohon di seberang jalan, ia sedang mencari jawaban. "Kan, gini .... Kalo gue sendiri, nggak ada yang ngajak ngobrol. Kalo nggak ada yang ngajak ngobrol, gue ngantuk .... Gitu, loh."

"Lagi lari juga masih sempet-sempetnya ngerasa ngantuk," heran Baskara. Menolak? Tentu tidak, ia juga ikut berlari di samping Balqis.

Gadis itu sudah banjir keringat, berbeda dengan Baskara yang berkeringat, tetapi tidak sebanyak biasanya. Itu karena larinya tidak semaksimal biasa. Saat Balqis mulai mogok, lelaki itu mendorong pelan bahu Balqis hingga larinya terbantu, sebut saja penyaluran tenaga agar Balqis tidak terus berhenti.

"Cape!" keluh Balqis entah untuk keberapa kali. Terkesan manja, padahal latihan basket lebih dari lelahnya lari pagi ini, tapi Balqis tidak terlalu lebay seperti sekarang. Ternyata, rasanya nano-nano saat manja pada pasangan. Balqis tersenyum geli dalam bayangan batinnya. Ia sendiri tidak paham atas tingkahnya sendiri.

"Nanti di depan ada warung."

Sesuai dengan ucapan Baskara, mereka berdua mendatangi warung tersebut untuk membeli minum. Beristirahat sejenak dan akhirnya kembali untuk pulang ke rumah Baskara.

"Bara, gue bau. Pengen pulang."

"Wangi parfum gue waktu dulu, kok."

Balqis tersenyum dengan deretan gigi yang ia pamerkan. "Gue pake banyak, sampe mabok tadi. Kebanyakan. Mau diawet-awet itu, tuh, cuman tadi takut keringetan banyak. Makanya di banyakin parfumnya. Ternyata wanginya emang awet."

Baskara hanya terkekeh saat mendengar ocehan Balqis yang mood-nya itu sedang bagus. Ketika sedang bahagia, dia akan banyak bicara seperti sekarang. Baskara sudah mulai tahu keseluruhan tentang Balqis.

"Sel."

Balqis dan Baskara sedang di gazebo dengan santapan bubur yang kebetulan lewat di depan rumah.

•❃𝐒𝐞𝐥𝐁𝐚𝐫𝐚❃•|✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang