❃12➻Video Call

429 51 10
                                    

"Ma, mama dari mana?" tanya Balqis yang ingin bertegur sapa dengan Luna. "Kok, pulang sendiri. Papa mana?"

Luna terdiam sesaat dari pergerakannya. Tiba-tiba saja fokusnya memudar. Pergi, hatinya refleks menjawab tanpa mau menggunakan fungsi mulutnya. Tentu Balqis tidak dapat mendengar itu. Luna kembali membuka kunci. Ketika pintu terbuka, ia masuk begitu saja.

Balqis tahu jika responsnya akan seperti barusan. Sesak, perasaan itu selalu saja dirinya rasakan meski ini bukan pertama kalinya mendapatkan perlakuan tersebut.

Terkadang Balqis ingin pergi dari rumah ini, namun sayang, keberanian yang besar tidak pernah ia miliki. Balqis akan kebingungan mencari tempat perlindungan. Gadis berponi itu hanya bisa menghela napas dan menyabarkan diri.

"Selena pulang nggak pake seragam, mama nggak ada niat mau nanyain kenapa gitu?" gerutunya di belakang Luna dengan suara pelan, namun sayang, wanita dewasa itu mampu mendengarnya.

"Balqis," ujar Luna dengan suara datar namun penuh penekanan. Wajahnya tidak berekspresi. "Nama kamu Balqis."

Luna hanya bersikap dingin padanya, itu yang perempuan berponi ini tangkap. Balqis akan menemukan Luna yang berbeda jika berhadapan dengan Niona. Pancaran kehangatan kasih sayang seorang ibu begitu terlihat. Mungkin julukan ibu terbaik bisa disandangnya. Namun ingatkan jika itu hanya berlaku pada Niona, tidak untuk Balqis.

Gadis itu menunduk saat Luna menyerongkan tubuhnya dan berhenti berjalan. Mata Balqis yang mencuri-curi pandang hanya bisa melihat sebelah wajah Luna yang cantik.

"Maaf, ma .... Balqis lupa."

Sebenarnya Balqis ingin sekali dipanggil dengan nama depannya. Selena artinya dewi malam, atau dengan kata lain artinya bulan. Maknanya sama dengan Luna. Eyang bilang nama Selena diambil dari nama Luna. Makna yang sama dalam kata yang berbeda.

Dari sini kebencian Luna sangat jelas terlihat. Orang tua kandungnya itu tidak pernah sekali pun memanggil nama Selena dengan mulutnya.

Balqis tidak membenci nama belakangnya, hanya saja, ia sangat suka dengan nama depannya. Karena Balqis bahagia memiliki kesamaan dengan sang mama.

Luna tak melirik Balqis sama sekali. Ia langsung berbalik dan berjalan ke kamarnya tanpa bersuara lagi.

Balqis menghela napas. Baginya, percakapan pendek untuk hari ini sangatlah cukup. Dari pada seperti tiga hari ke belakang yang sama sekali tidak ada perbincangan apa pun.

Selena cantik, jangan sedih, Eyang mencintaimu, Mingyu juga sayang kamu, batin Balqis yang mulai melantur. Ia sedang ingin tertawa agar hatinya tidak mendung.

Gadis itu berniat untuk menonton video funny moment Kim Mingyu yang bisa menaikkan mood-nya, namun sayang, tugas sekolah sedang menumpuk.

Mengenai Balqis yang bisa sampai di rumah, tadi ia habis diantar Baskara. Namun saat hendak masuk, pintu rumah dalam keadaan terkunci. Memang ketika pagi, Balqis mendengar percakapan Dirga dan Niona di mobil, katanya ada pesta di kantor, dan keluarga kecil Dirga turut diundang, tapi hanya Balqis yang tidak ikut. Memang selalu begitu. Bahkan, teman-teman Luna dan Dirga tidak pernah tahu keberadaan Balqis di keluarga ini. Mereka hanya tahu Niona, si gadis cantik, anggun, nan pintar.

Sudahlah, Balqis pergi saja ke kamarnya dan berniat akan mengerjakan tugas tambahan dari pada memikirkan hal-hal yang membuatnya down. Nilai matematikanya bertinta merah. Lihatlah, Balqis tidak sepintar Niona.

Bergelut dengan soal-soal, Balqis tidak bisa mencerna pelajaran itu. Pada akhirnya ia malah bermain ponsel. Tiba-tiba Balqis teringat permintaan wanita baik tadi yang ingin diajarkan membuat kue.

•❃𝐒𝐞𝐥𝐁𝐚𝐫𝐚❃•|✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang