Menghela dan menghembuskan napas layaknya melepas beban masalah yang ada dalam diri, itu yang sering Balqis lakukan. Pada kenyataannya, ia kesulitan melepas beban itu.
"Today is my day, so don't make my day bad, Qis. Gitu kata quotes of the day juga. Kemarin, ya kemarin. Hari ini, ya hariku, ehe," gumamnya tuk menyemangati diri.
Senyum sengaja ia kembangkan untuk menyambut dirinya yang selalu ceria dan semangat. Tak seperti hari-hari kemarin yang terasa berat karena menjauhnya seseorang.
Tapi kali ini, kakinya melangkah memasuki area sekolah dengan harap segalanya berjalan lancar. Karena di hari ini, ia merasa sangat siap untuk belajar di sekolah. Semalam ia merenung dan menemukan titik terang untuk menjadi murid yang tidak asal-asalan pergi ke sekolah. Daripada memikirkan cinta-cintaan yang bisa membuat kepalanya meletus seperti balon yang sensitif atas benda tajam.
"Ada hikmahnya Bara pergi. Gue jadi nemu jati diri. Semoga selalu punya semangat kaya gini tiap hari," ujar Balqis yang bermonolog. "Ya, ya, ya, Qis, kamu cantik, kamu baik, kamu rajin, kamu ceria, dan kamu bisa lupain dia."
Tangannya mengusap kepala sendiri dan kepalanya mengangguk patuh. Mungkin itu bentuk komunikasi antara kepala dan tangannya. Entahlah, hanya dirinya yang mengerti.
"OI, ORANG GILA," teriak Kaila yang melihat tingkah Balqis dari jauh.
Balqis otomatis menoleh dan melihat Kaila. Dan ternyata ada Aldi yang juga sedang geleng-geleng kepala sambil tertawa kecil karena tingkahnya.
"Nyaut juga lo dipanggil orang gila."
"Onyon!"
Balqis langsung melemparkan senyum lebarnya kepada Aldi. Tak ada malu sedikitpun karena tindakan gilanya diketahui orang lain. "Eh, kak Aldi. Semangat belajarnya, kak."
"Lagi bahagia, ya, Qis?"
"Bahagia selalu, dong, Aqis, tuh."
Mereka bercakap dan berpisah di koridor. Aldi adalah anak IPA, tentu tidak searah dengan Balqis dan Kaila yang merupakan anak IPS.
Melihat Aldi yang begitu mirip seseorang, Balqis teringat mantannya yang pernah begitu ia cintai, siapa lagi jika bukan Aldo. Balqis berpikir, jika ia bisa melupakan perasaannya kepada Aldo, pasti ia juga bisa melakukan hal serupa pada Baskara.
Balqis merasa senang karena paginya berjalan lancar. Sebelum hari ini, hari-harinya mendadak ada yang kurang hingga terasa hampa. Sampai Balqis sadari bahwa yang kurang itu adalah keberadaan Baskara. Ia tak lagi selalu bersama lelaki itu. Ini yang terjadi ketika seseorang yang baru mendekatinya pergi begitu saja. Hatinya tidak sakit, hanya saja perasaan merasa kehilangan begitu terngiang.
Pertanyaan kali ini tidak terjawab, bahkan Balqis tak ada niat mencari jawaban atas pertanyaan tersebut. Mengapa Baskara pergi? Jika mantan-mantannya pergi karena kegilaan Balqis pada K-pop, lantas bagaimana dengan Baskara? Apa lelaki itu pergi dengan alasan yang sama? Jika iya, Balqis tak masalah. Jika bukan, entahlah, ia tak mau peduli.
Masalahnya hanya ada pada diri Balqis sendiri. Jika mantan-mantannya tak melirik apalagi mengusik pada dunia K-pop-nya, berbeda dengan Baskara yang malah sempat menemani Balqis fangirling, bahkan menonton video tersebut menggunakan ponsel Baskara. Itu yang begitu menyebalkan hingga Balqis malas melakukan apapun yang pernah ia lakukan bersama Baskara.
"Qis .... itu Bara." Kaila menyikut pelan lengan Balqis ketika melihat Baskara yang berjalan sendirian sambil bermain ponsel dengan earphone yang terpasang di pendengarannya.
Balqis menoleh sekilas. Ia menyingkirkan poni yang menghalangi penglihatannya. Tiba-tiba saja rasa senang sekaligus sedih datang di waktu yang bersamaan. "Biarin aja. Mulai sekarang, kalo liat Bara, lo nggak usah lagi ingetin gue. Mata gue perih kalo lihat dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
•❃𝐒𝐞𝐥𝐁𝐚𝐫𝐚❃•|✓
Teen FictionIni kisah tentang : ❃➻Balqis dan Baskara ❃➻Dengan panggilan Selena dan Bara ❃➻Anak K-pop dan anak game ❃➻Anak basket dan anak karate ❃➻Si takut tatapan dan si mata tajam ❃➻Si cuek dan si cari perhatian ❃➻Si ceroboh dan si teliti ❃➻Si bulan dan si ma...