❃36➻Exchange

362 37 55
                                    

Balqis mengikuti Baskara yang tengah melangkah dengan leher gitar yang dicekik tangan lelaki itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Balqis mengikuti Baskara yang tengah melangkah dengan leher gitar yang dicekik tangan lelaki itu. Mereka menuju danau untuk menanti senja. Meskipun sekarang masih pukul tiga siang, tapi mereka akan tetap duduk dan menunggu sambil menikmati suasana.

"Mana? Gue minjem gitarnya. Seumur-umur belum pernah main gitar, paling genjreng-genjreng nggak jelas, ehe." Balqis asal memetik senarnya.

Bahkan baru memegang gitarnya saja, Balqis sudah merasa keren. Maklumi saja, ia memang tak pernah niat main musik, suara saja melengking. Bernyanyi adalah hobinya, tapi tidak untuk mendalami. Apalagi nyanyi lagu Korea, lirik saja sering dirusak olehnya. Balqis sering bernyanyi asal sesuai lirik yang didengar telinganya meski itu belum tentu benar.

Lagi-lagi Baskara terkekeh. Melihat Balqis, ia jadi teringat adiknya. Mungkin jika dulu ia sempat mengajari Sela bermain gitar, mungkin juga dia akan sama bawelnya seperti Balqis. "Dasar. Megangnya yang bener."

"Gitar lo gue kasih ketek, ehe."

Gila, untung sayang. Baskara tidak habis pikir, tapi ya sudahlah. Di hadapan lo itu Selena, bukan Sela. Sela nggak akan malu-maluin gini. Jelas beda, Baskara, batinnya. Tapi itu hal bagus. Setidaknya Balqis tidak jaim. "Nih, hampir kelupaan."

Balqis menerima paper bag kecil yang lucu. Ia sempat kepo karena ada benjolan di saku jaket Baskara. Tapi tak disangka, ternyata itu untuknya. "Ini apa?"

"Ya buka aja kalau mau tau."

Tanpa basa-basi Balqis membukanya. Ia langsung melirik Baskara dengan senyum lebar yang mungkin bisa merobek bibirnya. "Ini buat gue, Bar?"

"Buat baju lo, biar nggak bau."

"Eh, enak aja. Gue, itu, ya, walau pun nggak wangi, tapi nggak bau juga. Aneh, sih, nggak ada baunya." Balqis mencium parfum yang Baskara beri. Lalu tersenyum karena harumnya ia sukai. "Wangi. Gue pake, ya. Makasih, Bara. Baik banget, uwuu."

Beruntung Balqis suka, padahal Baskara memberi Balqis parfum lelaki karena ia tidak tahu parfum perempuan seperti apa. Ia hanya teringat Balqis yang bilang menyukai parfum Baskara yang wanginya awet meski sudah berkeringat. Saat ia pergi ke toko, entah mengapa bayangan peristiwa Balqis ketika bermain basket di lapang terngiang-ngiang. Karena itu ia membelikannya untuk Balqis, dan Baskara mencoba pakai parfum yang lain.

"Nah, gue udah wangi. Gitarnya nggak akan pingsan gara-gara nyium ketek gue, ehe."

"Untung sayang."

Balqis yang mendengar itu langsung memalingkan wajahnya ke sisi dimana tidak terlihat Baskara. Pipinya mengembung dengan hati yang berdebar. Gila, dia. Yah, jadi deg-degan kan gue. 

•❃𝐒𝐞𝐥𝐁𝐚𝐫𝐚❃•|✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang