❃32➻Awry

309 47 22
                                    

Rela membagi kamarnya dengan dua orang yang suka ribut, Baskara hanya bisa memupuk sabar. "Bangun, woi! Muka kalian cuci dulu, kena bantal gue kotor!"

Seolah tuli, Agra dan Alteza tetap melanjutkan tidurnya, bahkan mengambil kuasa atas kasur Baskara. Sang pemilik kasur hanya bisa berdecak tanpa mampu membangunkan mereka. Menyerah, itu pilihan akhir.

Lelah berbicara pada dua makhluk itu, Baskara pergi ke kamar mandi. Ia melihat wajahnya yang basah di cermin, namun pikirannya malah melayang ke memori hari ini. Secara, kan kamu pacar aku. Lagi-lagi senyumnya tertarik, bahkan hanya karena mengingat ucapan dan tingkahnya saja.

Sadar bahwa dirinya tersenyum sendirian, ia kembali mendatarkan mukanya seperti biasa. "Gue nggak kenal diri gue yang sekarang."

Baskara menyedot pipi bagian dalam, hingga di dalam mulutnya dua pipi itu bersatu. Bibirnya pun menjadi seperti paruh kartun Tweety bird. Ia merasa pipinya kram karena efek terlalu banyak tersenyum. Mungkin Baskara akan sering melakukan peregangan wajah karena belum terbiasa menunjukkan banyak senyuman. Tidak hanya senyum, hari ini tawa pun ikut mengiringi. Beruntung ia tidak lupa cara tertawa.

"Kamu pacar aku," ujar Baskara yang membuat lelaki itu tersenyum lagi untuk kesekian kali. Baginya, kalimat itu membahagiakan hingga diulang-ulang pun memberi efek senyuman dengan kebahagiaan yang tidak bisa dijelaskan.

Baskara gila saat jatuh cinta. Pandangan orang lain terhadap dirinya pasti tidak akan menyangka-nyangkakan sikap Baskara saat ini. Padahal ia merasa seperti lelaki pada umumnya, ia akan bahagia jika bersama orang yang dicintai. Baskara tidak tahu apa yang perlu dianehkan orang lain terhadap dirinya, dan ia tidak peduli itu. Yang penting, ia senang karena Balqis juga merasakan perasaan yang sama dengannya.

Satu hal yang baru Baskara sadari. Ia baru mengerti ucapan Kaila yang melarangnya untuk tidak menyerah mendekati Balqis kala gadis itu selalu menjauh. "Thanks, Kai."

Jawaban baru Baskara temukan hari ini. Dan karena itu, ia tidak mau mengecewakan Balqis yang ternyata mulai berani menaruh hatinya pada lelaki nyata pilihannya selain lelaki yang hanya bisa ia lihat dari balik layar, siapa lagi jika bukan suami halusinasinya Balqis? Baskara tidak akan mengecewakan gadis itu yang telah berani mempercayakan hatinya pada seorang Baskara, karena itu adalah pilihan yang tepat.

Baskara merebahkan dirinya di sofa dan menatap langit-langit. "Secara, kan Bara pacar Selena," lirihnya untuk terakhir kali. Setelahnya ia berdoa dan tertidur, diiringi sudut bibir yang tertarik indah.

Orang lain selalu menganggap bahwa Baskara itu dingin. Apa lagi dipandangan kaum hawa, ia ternilai pelit untuk senyum karena tatapannya yang serius. Sebenarnya Baskara tidak seperti itu, ia hanya malas berbicara saat moodnya buruk, dan saat ada yang mengganggu, ia bisa saja marah. Namun saat moodnya baik, ia bisa bercanda dan banyak bicara bersama teman-temannya.

Mungkin waktu beberapa bulan ke belakang, mood Baskara selalu buruk, makanya ia tidak terlalu banyak bicara, karena waktu lalu ia sedang galau dengan perasaannya sendiri, tentu ini berhubungan dengan Balqis. Ah, rupanya Balqis mulai berpengaruh di diri Baskara.

Beruntung, Baskara yang sekarang mencintai Balqis bukan seperti seseorang berjuluk Alby yang play boy, bukan pula bocah SMP yang akan kehilangan cintanya lagi akibat kepolosan dirinya. Kini Baskara sudah dewasa, masa lalunya mengajari banyak hal. Dan ia tidak menyesali apa yang telah terjadi, karena melalui proses itu, ia menemukan Selena Rumaisha Balqis.

═❖•♡•❖═

"Lo kok nggak bilang kalau lo nggak dibolehin pulang dulu?" tanya Kaila yang merasa bersalah.

•❃𝐒𝐞𝐥𝐁𝐚𝐫𝐚❃•|✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang