❃15➻Watching Together

454 55 4
                                    

Kaila sudah tahu tentang Balqis dan Baskara yang telah menjalin hubungan. "Qis, gimana rasanya jadi pacar Bara?"

Balqis menggeleng. "Nggak ada rasa apa-apa. Gue nerima dia karena dia nyebelin."

"Parah. Orang lain yang main-main bisa dapet pacar. Lah, gue yang kepengen serius nggak pernah dapet."

"Adu nasib?" Balqis terkekeh sekaligus prihatin. Ada benarnya juga. Tapi apakah ia memang hanya main-main? Mendengar itu Balqis merasa seolah menjadi sosok gadis yang buruk.

"Iya, anggap aja gitu. Gue paling parah nasibnya," aku Kaila. Namun ia terkekeh kemudian.

Kaila tahu siapa Balqis. Gadis berponi itu selalu berpacaran tanpa ada perasaan khusus. Hanya datar dan menjalankan alur, itulah isi hatinya.

Cantik, Kaila akui jika sahabatnya itu memang menggemaskan dengan pipi chubby, mata sipit, hidung mungil yang lumayan mancung, juga jangan lupakan bibir tipisnya yang selalu tersenyum dan cemberut. Apalagi tinggi Balqis yang terbilang pendek berdiri di samping lelaki tinggi, dia pantas untuk itu. Dan Balqis yang menjadi sahabatnya itu sangatlah baik. Terkadang Kaila iri pada gadis yang nyatanya penuh dengan masalah itu. Tapi hebatnya, dia bisa mengatasinya.

Banyak lelaki yang suka pada Balqis, namun gadis yang masih trauma akan masalah hati yang pernah dipatahkan itu enggan untuk kembali membuka hatinya. Balqis sudah nyaman dengan zona hati kosongnya, hanya ada nama idolanya yang mengisi kekosongan itu. Dia Kim Mingyu.

Dengan adanya status pacaran, tidak ada yang berubah. Balqis maupun Baskara berangkat sekolah masing-masing. Saat bertemu pun, mereka tidak bertegur sapa, matanya saja yang hanya saling lirik dan berlalu begitu saja seperti orang yang tidak saling kenal.

"Bas? Lo, kok, cuek gitu sama pacar?" goda Agra saat memperhatikan Balqis dan Baskara yang berpapasan.

"Biarin aja."

"What?" pekik Agra karena respons yang menyebalkan. "Lo jangan cuek gitu, lah! Balqis diambil mantannya lagi, mampus lo. Alteza bilang ke gue, katanya mau ngajak Balqis balikan."

Baskara langsung menoleh saat mendengar berita itu. Rumit. Mengapa harus Balqis yang menjadi mantan dari teman dekat Baskara? Itu menyebalkan jika harus dipikirkan.

"Kapan lo mau bilang ke Teza, Bas?"

Baskara menggeleng kecil dengan otak yang tengah berputar. Ia merasa tidak enak pada Alteza. "Gimana ngomong ke Teza-nya?"

"Ngomongin gue, ya? Kenapa, kenapa?" tanya Alteza yang tiba-tiba datang dan menyelip ke tengah-tengah Baskara dan Agra dengan rusuh. Dia merangkul kedua sahabatnya dengan menjadikan diri sebagai beban untuk mereka.

"Berat, anjir," keluh Agra sembari mencoba melepaskan rangkulan. Namun Alteza malah melepaskan tangannya pada Baskara dan mengganggu Agra dengan merangkulnya lebih erat.

Agra melihat Baskara yang sedang berpikir, lelaki bungkam. Mungkin terkejut dengan kedatangan Alteza. "Dasar lo, kayak jin, nongol nggak bilang-bilang. Itu, kemarin lo kemana? Kenapa nggak dateng ke acara pacarnya gue?"

Alteza mengerutkan keningnya. "Nggak ada undangan dari Andriani, kok."

"Itu, mah, selingkuhan. Pacar gue, mah, Amoy yang gemesin itu, adeknya Baskara. Kemarin kemana lo nggak dateng?"

"Yeu .... pedofil lo. Anak umur tiga tahun gitu dipacarin. Mau dibogem Baskara, ya? Wakilin sama gue aja, dah. Baskara-nya, mah, diem mulu kayak orang bego," ujar Alteza dengan mulut yang tidak bisa diam. Tangannya memiting leher Agra dan membuat bising koridor.

Diperhatikan banyak mata pun begitu tak dipedulikan. Alteza merasa koridor milik sendiri. Agra tak peduli itu karena dirinya sibuk melepaskan diri. Hanya Baskara saja yang santai dan meninggalkan kedua sahabatnya yang heboh.

•❃𝐒𝐞𝐥𝐁𝐚𝐫𝐚❃•|✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang