Setelah satu minggu di sekolah Gempita melaksanakan pekan olahraga, kini tiba saatnya pembagian rapor. Balqis duduk termenung di kantin. Ia tidak memakan sarapannya dengan minat. Bingung adalah keadaannya saat ini. Eyangnya sudah pergi, lantas oleh siapa buku rapornya akan diambil? Mama pasti lebih milih ambil rapor punya Ona, sedangkan papa ngantor. Mingyu, tolong wakilin orang tua aku buat ambilin rapor istri kamu.
"Woi, sad girl, kenapa lo?"
Balqis cemberut. "Rapor gue gimana?"
Kaila mengelus kepala Balqis. "Tenang aja, hari ini papa gue yang ambilin rapor. Bisa sekalian ambil punya lo. Gue tinggal bilang aja. Gampang, kan?"
"Nyokap lo kemana? Tumben sama bokap. Pengen tau, gue belum pernah ketemu bokap lo."
"Jadi papa gue lagi nggak sibuk. Terus dia mau ambilin rapor. Seneng gue tuh, abisnya lama nggak ketemu, pas dateng kebetulan papa mau ngambilin rapor. Gue sama bang Aldi sampe rebutan. Pasti Bang Aldi nggak mau diambilin sama mama karena takut nilainya merah, ohoho .... Sama papa mah nggak akan dimarahin."
"Abang Aldi kan pinter. Yakin nggak akan dimarahin." Balqis tersenyum kala membayangkan keluarga Kaila yang baginya begitu lucu.
Kaila menutup mulutnya, menceritakan tentang keluarga begitu sensitif untuk Balqis. Ia lupa. "Bener juga, hehe ...."
"Kai ....," Panggil Balqis dengan wajah yang berekspresi ingin menyampaikan sesuatu.
"Apaan?"
"Gue lupa mulu mau nyerita. Gue tau nama mantan Bara, namanya Kai. Gue inget, ehe .... Soalnya namanya sama kaya lo. Untung gue nggak lupa."
Kaila langsung berdebar di tempat. Apa saja yang sudah Balqis ketahui? Ia butuh informasi itu. "Gue .... Gue bukan mantan Bara, kok."
Balqis tertawa terbahak-bahak kala melihat wajah Kaila yang seperti kucing terpergok mencuri. "Yang bilang lo mantan Bara siapa?"
"Kakai?"
Obrolan Balqis dan Kaila terpotong dengan panggilan itu.
"Papa, hehe .... Nyubuh banget, pa. Padahal masih lama ke jam sembilan, tuh," ujar Kaila dengan penuh semangat. Ya, ia pasti senang dengan keberadaan papanya yang sedang libur dari pulang-pergi dinas keluar kota atau negara. Sekaligus ia menghindari obrolan Balqis yang menjurus pada mantan Baskara.
"Biarin, lah. Papa gabut, jadi langsung pergi sama mama." Tiba-tiba pandangannya teralihkan pada Balqis. "Kamu itu yang pacarnya Baskara, kan?"
Kaila bingung, mengapa papanya bisa tahu hal itu.
"Eh, Om, hehe .... Ternyata Om itu papanya Kaila?" Balqis tak menyangka, dunia benar-benar sempit.
"Papa, kok bisa tau?"
Danial rasa ada sedikit kemiripan antara Kaila dan Balqis, pantas saja saat pertamakali bertemu Balqis langsung teringat Kaila. "Papa pernah ketemu sama Balqis, waktu di rumah Om Bastian."
"Oh, bagus kalo udah saling kenal. Pa, papa sekalian ambil rapor Balqis, ya." Kaila memperhatikan Danial yang menatap Balqis secara intens. Hingga Kaila bergantian menatap Balqis dan Papanya. Ia bingung. "Papa! Denger aku nggak?"
"Iyah, iyah denger, Kakai. Galak banget kayak mamanya."
═❖•♡•❖═
Danial maju saat nama anaknya dipanggil, dan ia juga maju kembali saat nama Selena Rumaisha Balqis disebutkan. Dua rapor sudah ditangannya, dan ia melihat-lihat kedua rapor tersebut. Hari ini ia akan mengajak mereka makan-makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
•❃𝐒𝐞𝐥𝐁𝐚𝐫𝐚❃•|✓
Teen FictionIni kisah tentang : ❃➻Balqis dan Baskara ❃➻Dengan panggilan Selena dan Bara ❃➻Anak K-pop dan anak game ❃➻Anak basket dan anak karate ❃➻Si takut tatapan dan si mata tajam ❃➻Si cuek dan si cari perhatian ❃➻Si ceroboh dan si teliti ❃➻Si bulan dan si ma...