Jam kosong di hari pertama masuk memang menyenangkan bagi murid yang sedang kangen-kangenan bersama temannya. Ada yang banyak berubah, tapi ada juga yang tetap begitu saja. Lama tak jumpa pasti bisa melihat perbedaan sekarang dan saat hari terakhir di semester pertama.
"Baskara pas libur ngapain aja, ya? Tingginya nambah, makin bersih aja," ujar salah satu gadis berkucir kuda yang sekelas dengan Baskara.
"Makin ganteng, tapi sayang, nggak akan mau sama lo," sahut teman sebangkunya.
"Cantikan gue padahal, daripada si Balqis. Pentakilan dia tuh. Playgirl iya, mainnya sama cowok, sok imut, sih, menurut gue. Kalo ada maunya, atau ngambeknya jijik banget, dah. Liat aja video yang di atas pohon, suka banget cari sensasi."
"Katanya mereka udah putus, loh."
"Wah? Bagus, sih."
Entah dorongan dari mana, Baskara yang mendengar obrolan itu kini berdiri di depan meja Intan. Ia mengambil ponsel yang sedang menampilkan video Balqis. Gadis berponi itu tengah menangis di atas pohon. Wajah jeleknya berhasil menarik senyum Baskara.
"Lo kenal?"
Intan dan teman sebangkunya kaget atas kedatangan Baskara. "Kenal siapa?"
"Cewek jelek ini."
Intan mengerjap bingung. "Balqis?"
"Jelek, ya?"
Intan dan Diandra saling bertatapan. Senyum Intan rekah begitu saja. "Kok, kamu nanya gitu? Dia cantik, kok."
"Masih cantikan lo." Baskara mengembalikan ponsel itu pada pemiliknya.
Intan tersenyum malu-malu. Ini serasa mimpi baginya. "Iya, kah?"
Anggukan Baskara berikan dengan senyumnya. "Gue baru sadar. Kalo lo bener-bener cantik." Baskara membasahi bibirnya yang kering. "Ternyata Balqis kalah cantik sama lo."
Hati Intan yang menyukai Baskara sejak lelaki itu masuk ke kelas sebagai murid baru, tentu berbunga karena ucapan Baskara yang manis.
"A-apaan, sih? Kamu, kok, tiba-tiba gitu?" Intan menegang saat Baskara menghapus jarak dengannya.
"Tapi .... Gue cintanya sama Balqis yang jelek," bisiknya di telinga gadis yang sedang membatu. Setelah itu Baskara berdiri tegak dan melempar senyum manis yang dalam tiga detik selanjutnya langsung datar. "Paham?"
Terbang ke atas awan dan dihempaskan saat itu juga tengah dialami Intan. Napasnya memburu karena menahan emosi.
Langkah lebar Baskara meninggalkan kedua gadis yang sempat membuatnya ingin tertawa. Lucu saja. Ucapan Baskara memang tidak bohong, banyak gadis yang lebih cantik dari Balqis, tapi dekat dengan siapa pun, yang ada di dalam hati dan pikiran Baskara hanya Balqis dengan segala kekonyolan yang gadis berponi itu miliki.
Senyuman yang lebar, suara melengking, serta perawakan kerdil di mata Baskara, hingga apa yang Balqis suka atau tidak, Baskara sudah tahu. Memuji ketika ada maunya, atau marah-marah ketika cemburu, Baskara suka Balqis yang seperti itu, bahkan mampu mengalahkan ketertarikan Baskara pada gadis cantik manapun.
"Hai, Bas!" sapa kakak kelas yang tidak Baskara kenali.
Lelaki itu hanya meliriknya dan kembali jalan menuju kelas Balqis.
"KAKAI! TUTUP PULPEN GUE ILANG. Iiiiii, belum juga sepuluh jam sekolah, masa udah ilang lagi, kasian pulpen gue nggak ada topinya." Balqis mendumel sambil melihat kolong meja.
Mendengar teriakan Balqis yang duduk di barisan depan dekat pintu membuat Baskara tersenyum begitu saja.
"Agra! Anjir malah digigit! Jorok, lo, mah! Bau jigong, iiiii." Balqis marah-marah dengan kegondokan yang dimiliki.
KAMU SEDANG MEMBACA
•❃𝐒𝐞𝐥𝐁𝐚𝐫𝐚❃•|✓
Teen FictionIni kisah tentang : ❃➻Balqis dan Baskara ❃➻Dengan panggilan Selena dan Bara ❃➻Anak K-pop dan anak game ❃➻Anak basket dan anak karate ❃➻Si takut tatapan dan si mata tajam ❃➻Si cuek dan si cari perhatian ❃➻Si ceroboh dan si teliti ❃➻Si bulan dan si ma...