Di balik keadaan Luna yang membaik dan hubungannya dengan Balqis yang mendekat, ada jiwa lain yang perlahan menjauh. Diam-diam dan tidak disadari membuat jarak tanpa jejak.
Sendok dalam genggaman Niona tengah meratakan es krim dalam cup. Sesuap pun tidak masuk ke mulutnya. Ia kira, es krim bisa memperbaiki mood-nya yang buruk sejak beberapa hari lalu.
"Kenapa nggak dimakan?" tanya Alteza yang akhir-akhir ini melihat Niona tidak bersemangat. Ia sampai mengira jika gadis itu mulai bosan dengan hubungan yang kini sedang dijalani.
Niona menyendok es krimnya dan menyodorkan pada mulut Alteza. Ia tersenyum saat pacarnya itu menerima suapannya. "Enak, nggak, Al?"
Anggukan Alteza telah menjawab pertanyaan itu. "Kamu kenapa? Nggak mau cerita?"
Niona terdiam sebentar dan menggeleng di detik berikutnya. Ia tidak terbiasa membagi privasinya pada orang lain. "Maaf, ya, Al."
"Kenapa minta maaf? Mulai lagi anehnya."
Niona mengangkat bahu dan menghela napas berat seolah beban tengah memperberat nafasnya. Ia tidak tahu, tapi hatinya merasa perlu mengatakan maaf itu. "Dimaafin nggak?"
Cup kosongnya Alteza simpan di meja, kini ia melipat tangannya dan menatap Niona sepenuhnya. "Orang kalau minta maaf, pasti ada berbuat salah. Emang kamu ngelakuin hal apa sampe minta maaf?"
Kenapa? Tidak ada jawaban dari Niona atas pertanyaan itu. "Nggak tau. Pengen aja minta maaf."
Alteza mengangguk kecil untuk mencoba mengerti Niona. "Pulang, yuk. Aku anterin kamu ke rumah."
Niona langsung berdiri karena ia setuju. Es krimnya ia bawa untuk di makan di jalan.
Selama dalam perjalanan, di mobil Alteza, Niona sering melamun. Dalam pikirannya yang entah kemana, tergambar sosok Luna dan Balqis yang begitu dekat. Membayangkan kedekatan Balqis dengan Luna berhasil membuat hati Niona sesak. Apa posisi Ona udah keganti, ma?
Luna sama sekali tidak menanyakan kabarnya setelah beberapa hari Niona tidak datang ke rumah sakit. Perlahan ada yang terasa kosong pada diri Niona. Ia merasa ada yang terebut dari dirinya. Apa itu kedekatannya dengan Luna? Bisa jadi. Niona sedikit tidak rela saat jarak mereka semakin terhapus dan kedekatannya semakin erat. Katanya mama mau adil. Tapi abis ada kak Balqis, mama lupa sama Ona .... Apa mama udah adil?
Tidak hanya itu, Dirga juga mulai berlaku baik pada Balqis. Itu karena Luna ingin Dirga menyayangi Balqis juga. Sadar atau tidak, Balqis merebut perhatian keduanya dari Niona. Sesak jika hal itu kembali diingatnya.
Sepertinya, benci yang sempat hilang kini kembali dirasakan Niona. Sesak yang menimbulkan sakit hati begitu mengusik Niona dan merebut senyum serta semangatnya. "Kenapa gue gini?"
Alteza melirik Niona yang tiba-tiba bicara tanpa ia mengerti. "Gini gimana?"
"Hah?" Sadar dari lamunan menyakitkan, Niona merasa salah bicara. "Nggak gimana-gimana. Maksud gue ...."
"Gue?" Alteza merasa Niona-nya berubah. Semenjak mereka pacaran, gue-lo tidak pernah dipakai lagi. Tapi sekarang?
"Nggak .... Maksud aku, ini kenapa es krim punya aku cair gini?" Niona menggigit bibir bawahnya karena bicara aneh.
"Ya .... Nggak cair gimana kalau sama kamu didiemin doang," heran Alteza. "Sebenarnya kamu kenapa? Aneh banget akhir-akhir ini."
"Nggak apa-apa, kok."
"Selalu ada apa-apa dibalik cewek yang ngomong nggak apa-apa."
Niona akui, Alteza sangat memperhatikannya. Tapi terkadang perhatian itu terasa menyebalkan. Niona jadi tidak bisa menyembunyikan apa pun. Terkadang Alteza tahu tanpa ia berkata apa pun. "Cuman laper. Aku suka rese kalo lagi laper."
KAMU SEDANG MEMBACA
•❃𝐒𝐞𝐥𝐁𝐚𝐫𝐚❃•|✓
Teen FictionIni kisah tentang : ❃➻Balqis dan Baskara ❃➻Dengan panggilan Selena dan Bara ❃➻Anak K-pop dan anak game ❃➻Anak basket dan anak karate ❃➻Si takut tatapan dan si mata tajam ❃➻Si cuek dan si cari perhatian ❃➻Si ceroboh dan si teliti ❃➻Si bulan dan si ma...