❃5➻Care

523 59 8
                                    

Pulang sekolah, Balqis dan Kaila berniat pergi menghabiskan waktu di kafe bernama Kadido milik Mama-nya Kaila.

"Mbris udah lo ajak?" tanya Kaila yang berjalan di belakang Balqis.

"Udah, katanya nggak bisa. Dia lagi ngejar tugas yang ketinggalan."

"Tumbenan Nona Brisa mau ngerjain tugas. Kesurupan?" ujar Kaila sambil mensejajarkan langkahnya dengan Balqis.

"Gue juga nggak tau. Tapi syukur kalo dia mau belajar. Lo tau nggak? Mbris itu berubah pas dia sering barengan sama kakak kelas yang cogan XII-IPA dua." Balqis menceritakan apa yang ia tahu. Jiwa anak muda yang selalu membicarakan lelaki tampannya baru keluar sekarang. Balqis baru sadar jika lelaki tampan memang ada di sekelilingnya, meski tidak setampan Mingyu-nya yang jauh di Korea Selatan sana, tapi setidaknya lelaki tampan di sekolahnya bisa secara nyata ia lihat.

"Emang cowok berpengaruh banget sama perubahan, ya?" Kaila mengemut permen yang ia beli ketika istirahat tadi. Tanpa mengalihkan fokus, tangannya menyodorkan satu permen pada Balqis.

Membawa permennya juga tanpa melihat, tatapan Balqis lurus ke depan. Pertanyaan Kaila ia pikirkan dalam suasana kanan-kiri yang ribut. Seberisik apa pun itu, tetap hening di telinga Balqis yang tengah sibuk dengan jawaban apa yang cocok untuk pertanyaan Kaila yang kali ini ingin sekali ia jawab.

"Entah. Gue rasa bisa berpengaruh cukup besar. Mungkin .... kita bisa mendapatkan perubahan yang baik. Ya, contohnya kayak Mbris. Si cowoknya mungkin bisa naikin mood, sampe itu cewek barbar modelan Brisa bisa punya kemauan buat ngerjain tugas. Tapi .... di mana ada yang baik, pasti ada yang buruk. Tergantung gimana cowok itu bertindak yang mungkin bisa ngasih dampak perubahan yang besar ke kita."

Contoh buruknya telah Balqis alami sendiri. Bagi Balqis, lelaki berpengaruh pada perubahannya. Karena lelaki, Balqis yang dulu anti K-pop menjadi penggila K-pop dengan alasan yang tetap ia ingat sampai sekarang. Karena terlalu menggilai, ia sendiri jadi begitu cuek pada lelaki yang ada di sekitarnya, bahkan lebih mementingkan postingan atau berita terbaru tentang idolnya dari pada menjawab atau memikirkan kabar para lelaki yang mendekat padanya.

Obrolan tentang Brisa dan kakak kelas tampan mengisi perjalanan Balqis dan Kaila menuju parkiran. Rencana busuk untuk menggoda salah satu sahabatnya itu telah Balqis dan Kaila rancang secara mendadak dalam sekejap.

Sampai keduanya tiba di parkiran. Saat Balqis berniat mengeluarkan motornya dari barisan, ia malah melihat motor merah Baskara lagi yang kini ada di samping motornya. "Kai, gue heran. Kok, gue ngelihat motor si Bara mulu. Bosen gue. Kemarin markirnya sebelahan sama motor gue, terus pas malamnya, motor ini berseberangan sama motor gue. Nah, sama sekarang, ini motor sebelahan lagi. Sekali lagi deketan, ini motor dapet piring."

Setiap melihat motor Ninja berwarna merah, Balqis seperti diingatkan jika dirinya memiliki hutang pada Baskara. Padahal Balqis tidak akan lupa. Ia pasti akan bertanggung jawab.

"Jodoh, kali. Gue, sih, curiga kalau motor MIO merah punya lo, sama motor Ninja merah si Bara, kayak yang punya hubungan khusus. Couple segala, kan? Merah-merah gitu. Makin kuat kecurigaan gue." Kaila menutup rapat mulutnya kala melihat wajah datar Balqis. Ia hanya menunjukkan deretan gigi putihnya dan dua jari yang terangkat hingga setara dengan pipinya.

"Mau rusakin motor orang lagi?"

Suara berat cowok itu seolah menarik kepala Balqis dan Kaila secara bersamaan untuk menghadap pada dirinya.

"Cih, negative thinking sama geer mulu, sih, jadi orang. Gue cuman mau ngeluarin motor gue. Lagian, ya, ngapain, sih, lo markirin motor sebelahan sama motor gue mulu? Motor lo modus banget pengen deket-deket sama motor gue. Gue nggak akan ngizinin motor lo ngedeketin motor gue. Bukan muhrim," oceh Balqis dengan segala kebawelan yang dimiliki. Ia seolah sedang berbicara angkuh dan menantang.

•❃𝐒𝐞𝐥𝐁𝐚𝐫𝐚❃•|✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang