Balqis menggenggam gagang pintu dengan perasaan ragu, menebak bagaimana reaksi Mamanya ketika tahu kalau ia pulang telat saat dipanggil. Namun, saat Balqis mendorong pintu, ia tidak bisa membukanya. Ternyata dikunci.
"Assalamualaikum .... mama, Balqis pulang. Papa?" serunya sambil sesekali mengetuk pintu.
Balqis menggembungkan pipinya. Sepertinya di rumah tidak ada penghuni. Ia duduk di kursi depan teras rumahnya dan mengeluarkan ponsel. Balqis ingin menghubungi sang mama, namun ia ragu. Maka ia putuskan untuk menghubungi Niona sambil bangkit mencari kunci di balik keset rumah dan pot tanaman yang ada di teras.
"Apa?" tanya Niona di seberang sana saat telepon via WhatsApp telah terhubung.
"Lo lagi sama mama atau papa, nggak? Kok, rumah dikunci?" Balqis berjongkok untuk memeriksa kunci rumah di balik pot.
"Iya. Ini gue lagi ke sekolah lo buat ngurus kepindahan gue."
Balqis malas untuk mendengar berita itu. Ia tidak mau satu sekolah dengan Niona. "Kunci disimpan di mana? Gue nggak nemu."
"Ini .... Nggak sengaja kebawa sama gue."
"Lah? Terus gue masuknya gimana?" Balqis berdiri dan tangan kirinya berkacak pinggang. Ia ingin protes karena itu sangat menyebalkan.
"Tunggu gue pulang, lah. Salah lo yang pulangnya telat. Coba kalau lo pulang pas gue sama mama, papa, belum pergi, pasti kunci nggak akan kebawa sama gue. Udah, ya, mama manggil gue. BTW, sekolah lo bagus, gue suka. Dan ini bentar lagi bakal jadi sekolah gue juga. Gue pasti bakal betah. Dadah."
Panggilan terputus karena Niona mengakhirinya. Balqis menutup ponselnya dengan decakan kesal. "Gue yang nggak akan suka."
Balqis menoleh ke belakang. Ia memilih duduk di kursi yang ada di teras. "Iiiiii .... Bodo amat, gue diem aja di sini. Sampai lumutan juga, nggak apa-apa."
Sambil diam, Balqis memikirkan bagaimana kondisi motor Ninja merah itu. "Uang gue ada berapa, ya? gue udah lama nggak nabung."
Tangannya mengacak rambut frustrasi. Mulut Balqis mencebik dan ekspresinya terlihat sangat menyedihkan dengan mata yang tergurat kekesal. "Gini banget masalah gue."
Balqis menegakkan tubuhnya dan membuka ponsel yang telah terkunci. Tangannya bermain di layar saat mendapatkan sebuah notif pemberitahuan. Ternyata ada postingan foto Instagram terbaru dari akun Kim Mingyu yang ia ikuti. Wajahnya langsung cerah seketika. "Suami gue, aduh. Mau posting foto, kok, nggak bilang-bilang."
Berkhayal tanpa batas. Menganggap idola sebagai suami adalah bentuk kesenangan tersendiri bagi Balqis. Itulah alasan mengapa Balqis tidak terlalu tertarik pada banyaknya lelaki di sekolah. Ia sudah begitu cinta pada idola yang sudah ia anggap sebagai kekasihnya, bahkan suaminya sendiri. Apa boleh buat, hal itu dapat menghibur Balqis. Dan karena itu, Balqis dikenal dengan gadis yang otaknya sudah dikontaminasi virus K-Pop.
KAMU SEDANG MEMBACA
•❃𝐒𝐞𝐥𝐁𝐚𝐫𝐚❃•|✓
Teen FictionIni kisah tentang : ❃➻Balqis dan Baskara ❃➻Dengan panggilan Selena dan Bara ❃➻Anak K-pop dan anak game ❃➻Anak basket dan anak karate ❃➻Si takut tatapan dan si mata tajam ❃➻Si cuek dan si cari perhatian ❃➻Si ceroboh dan si teliti ❃➻Si bulan dan si ma...