Balqis berhasil membuat Amoy tidur. Anak kecil itu tidur di sofa empuk yang ada di taman belakang.
"Kata siapa lo nggak bisa apa-apa? tuh, lo bisa ngurus anak kecil. Cocok buat jadi ibu dari anak-anak gue nanti."
Balqis bergidik geli. "Jangan ngomong kayak gitu. Bikin gue merinding."
Baskara hanya tersenyum kecil. Ia sendiri merasa geli. Entah sejak kapan jadi suka menggombal. Biasanya ia berlaku romantis dengan perlakuan, seperti merangkul, menggandeng, memeluk, maupun mengecup tanpa ada mulut yang banyak bicara. Namun bersama Balqis, ia tidak berani melakukan itu. Gadis berponi itu galak. Jalan saja hanya bisa beriringan tanpa tangan yang saling menggenggan. Yang paling menyebalkan adalah, mulutnya menjadi boros kata. Ini bukan seorang Baskara Alby Daylon yang ia kenal.
"Mau nonton? gue ada drakor baru di laptop. Mumpung Moy tidur."
Balqis mengangguk. Kepergian Baskara membuat Balqis mengembungkan pipinya. "Moy .... Kakak Ara kamu, kok, bikin aku bingung."
Balqis menepuk-nepuk pelan paha Amoy yang tidur dengan nyenyak. Ia juga membetulkan selimut yang tidak menyelimuti Amoy, gadis kecil itu tidurnya tidak bisa diam.
Baskara kembali dengan laptop di tangannya. Ia menarik meja perlahan-lahan mendekat ke sofa panjang agar tidak mengganggu Amoy. "Lo udah pernah nonton strong women?"
"Pernah, tapi waktu itu cuman nonton sampe episode 5."
"Tuh, lanjutin."
Balqis menontonnya, sedangkan Baskara bermain game online. Gadis itu tertawa keras ketika adegan lucu terpampang. Namun ia langsung membekap mulutnya sendiri saat sadar ada Amoy yang tengah tidur. "Sorry, kelepasan."
Baskara hanya menahan senyum dan mengalihkan perhatian pada gamenya. Sebetulnya, ia bisa melihat berbagai ekspresi Balqis ketika melihat gadis itu menonton drama Korea. Ekspresi sedih, tertawa, kesal, tegang, baper karena adegan romantis, jatuh cinta dengan memuji pemain di drama, dan wajah serius yang paling Baskara sukai. Saking seriusnya, Balqis melupakan Baskara yang nonton bersama di sampingnya. Karena itu ia sering mengajak Balqis menonton drama Korea, ia suka ekspresi lain Balqis selain kesal.
Jika Baskara hanya berbincang dengan Balqis, rasanya, ia hanya bisa melihat wajah kesal gadis itu. Mungkin kebahagiaan Balqis bukan dengannya, tapi Balqis bahagia dengan dunianya sendiri.
Balqis melirik Baskara. Biasanya lelaki itu menemaninya nonton. Tapi kali ini malah bermain dengan ponselnya. Mumpung Baskara bermain game, mungkin sekarang adalah waktunya. Ia mengeluarkan ponsel dan memanggil telepon via WhatsApp pada Baskara. Dia pasti bakal marah, kan?
Baskara berdecak kala permainannya terganggu. Namun ketika melihat nama Selena tertera di layar, ia langsung melirik Balqis.
Balqis tak menoleh pada Baskara. Ia menyembunyikan ponselnya dan fokus pada laptop. Marah! cepet, nanti lo putusin gue.
"Lo ngapain nelepon gue?"
Balqis berdegup kencang saat mendengar suara deep Baskara. Ia masih menatap layar laptop dengan berpur-pura serius. Beneran marah? Kok, serem?
"Lo nggak mau nonton sendirian? makanya lo ganggu gue main, kan?"
Balqis tak menoleh dan seolah tak mendengarnya. Aduh, lo, kok malah mikir gitu. Geer banget, sih, jadi orang. Harusnya lo marah kayak ke Alteza, terus putusin gue sekarang juga.
Baskara menatap Balqis lekat. Dicuekan ternyata cukup menyebalkan juga. Ia memilih menidurkan kepala di paha Balqis dengan kaki panjang yang menggantung di lengan sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
•❃𝐒𝐞𝐥𝐁𝐚𝐫𝐚❃•|✓
Teen FictionIni kisah tentang : ❃➻Balqis dan Baskara ❃➻Dengan panggilan Selena dan Bara ❃➻Anak K-pop dan anak game ❃➻Anak basket dan anak karate ❃➻Si takut tatapan dan si mata tajam ❃➻Si cuek dan si cari perhatian ❃➻Si ceroboh dan si teliti ❃➻Si bulan dan si ma...