❃49➻Ehe

343 40 70
                                    

"AAAA .... AAAAAAAAAA ....," jerit Balqis saat menaiki wahana kora-kora bersama Aldo, Kaila, dan Azril. Nyawanya seolah tertinggal di atas tepat ketika perahu raksasa itu mengayun dalam tempo yang cepat.

Balqis, Kaila, dan Aldo berteriak seolah sedang ajang pencarian suara tertinggi. Balqis yang dalam situasi memiliki banyak masalah menyalurkan semuanya dengan teriakan. Sedangkan Kaila sengaja berteriak kencang ke arah Azril karena lelaki itu mulutnya terkatup rapat tanpa terlihat terguncang sedikitpun. Lelaki itu hanya terganggu oleh Kaila yang jahil. Berbeda dengan Aldo yang berteriak normal karena senang bisa berlibur dengan kedua adik dan satu teman batunya yang terus diam.

Hari ini, Balqis mencoba mencari kebahagiaannya. Ia ingin lepas dari gangguan hati yang menyakitkan itu. Benar kata Kaila, galau itu hanya mengganggu masa mudanya. Balqis tidak mau masa berharganya itu dipenuhi kegalauan.

Lelah bermain wahana, Balqis dan Kaila menjelajahi banyak makanan dengan menguras dompet Aldo dan Azril. Kedua gadis itu tidak bekal uang sepeserpun, hanya nyawa dan raga yang mereka bawa.

Sudah Aldo duga, ia harus ekstra sabar menghadapi kedua bocah yang hobi jajan itu. Badannya kecil, mulut juga mungil, tapi setelah bertemu makanan, sendok jumbo untuk gajah pun mungkin bisa masuk ke mulut mereka.

"Bang Balado, fotoin Kakai sama Aqis." Kaila memberikan ponselnya pada Aldo. Ia mundur untuk menghampiri Balqis, dan memeluknya.

"Buruan," ujar Aldo dan asal memencet karena sudah lelah keliling mengikuti dua gadis yang tidak ada capeknya.

"Kakai, Onyon, meluknya kalem, elah. Rambut gue kejepit, onta," ribut Balqis.

"Liat kamera, Aqis. Senyum cantik dulu," ujar Kaila tanpa peduli bagaimana tersiksanya Balqis karena kepala yang sakit akibat rambutnya tertarik.

Azril hanya tersenyum kecil memperhatikan dua gadis itu. Sedangkan Aldo yang mulai jahil terus-terusan mengambil foto agar kapasitas ponsel Kaila habis.

Hari itu begitu menghibur Balqis, setidaknya ia masih bisa tersenyum dan tertawa lepas bersama Kaila dan Aldo, kecuali Azril yang benar-benar kaku. Kaila sampai terus mengganggunya karena gadis itu gemas atas kebekuan Azril. Gadis itu berani melakukannya karena tahu jika Azril adalah teman dekat Aldo. Sementara Balqis tidak berani mengganggu Azril, itu karena kedinginannya mengingatkan memori otak pada mantan terbarunya.

Setelah menghasilkan banyak foto, mereka berjalan lagi, dan Balqis sengaja bersampingan dengan Aldo. "Do, Aldo .... Pengen cogan. Temen Aldo pasti ganteng-ganteng. Aqis mau move on."

"Aqis suka Azril?"

Gelengan kepala langsung Balqis berikan. "Nggak mau yang dingin gitu. Yang normal aja," bisiknya. Ia berharap hanya Aldo dan dirinya yang mendengar ini.

Rasanya Aldo ingin Azril mendengar bisikan dari Balqis. Lelaki itu memang tidak normal. "Padahal mending cowok dingin. Tapi ke orang lain aja. Ke Aqis jangan. Madep, tuh, cowok yang kayak gitu."

Helaan napas langsung Balqis buang. Baskara orangnya seperti itu. Ke orang lain dingin, tapi ke Balqis tidak. Tapi yang mendapat perlakuan itu tidak hanya Balqis, jangan lupa karena ada Niona juga yang Baskara beri perlakuan hangat.

"Udah, lah. Lupain. Aqis nggak butuh pacar. Sendiri juga mampu. Aku, kan mandiri, rajin, dan pintar menabung perasaan di celengan rindu. Sabar aja, nanti langsung nikah sama jodoh." Balqis memutar bola matanya dengan sombong.

"Dih, ini bocah. Benerin dulu otak, biar nggak kaya Kakai. Nggak pernah benerin otak, jadi nggak ada yang mau juga."

"Sembarangan lo, Bang Balado!"

•❃𝐒𝐞𝐥𝐁𝐚𝐫𝐚❃•|✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang