Balqis melirik celengan yang ia beri nama Gembrot. Bukan kah nama adalah doa? Nama Gembrot diberikan kepada celengannya agar benda itu gendut karena banyak memakan uang.
"Gembrot, kamu harus dibedah sekarang. Aku lagi butuh uang kamu," lirihnya dengan putus asa.
Balqis mengambil cutter dengan ragu. Dalam sekejap ia teringat insiden Kaila. Sahabatnya itu tak sengaja tergores cutter yang Balqis pegang hingga jarinya berdarah. Kejadian itu terjadi saat dua hari yang lalu.
Jika waktu lalu Balqis menyakiti Kaila, maka hari ini ia akan melukai Gembrot. "Terima kasih buat jasa kamu selama ini, Mbrot. Kamu udah bantu Selena diet dari makan banyak uang." Tangan Balqis bergerak memotong celengan plastik berbentuk babi itu. Dan akhirnya, hari ini telah menjadi tanggal kematian Gembrot.
Balqis menghitung uang celengan yang berisikan seratus ribu dan lima puluh ribuan saja. Memang, ia mengkhususkan celengannya hanya diisi jenis dua uang itu. Jumlah seluruhnya ada 1,3 juta, yang Balqis harap itu bisa cukup untuk harga perbaikan motor Baskara.
Balqis memasukan uang itu ke dalam tasnya di tempat aman dan menyempatkan diri untuk menyisir poninya dengan jemari. Setelah itu ia turun ke lantai bawah. Saat turun, hatinya selalu panas melihat pemandangan Dirga, Luna, dan Niona yang melakukan sarapan bersama. Itu sungguh mencerminkan suasana keluarga yang hangat. Sudah lama dirinya tidak makan di meja yang sama dengan mereka. Balqis selalu sarapan di sekolah sejak eyangnya meninggal.
"Aqis berangkat. Assalamualaikum." Ia tidak mendengar jawaban salamnya, mungkin mereka menjawabnya dalam hati. Berpikir positif saja, Balqis yakin jika mereka masih punya hati.
Gadis berponi itu melangkah pergi tanpa berkata lagi setelah mengambil uang bekalnya di lemari sudut yang berada di ruang tamu. Memang uang jajannya sudah rutin disimpan di tempat itu sejak eyangnya meninggal.
═❖•♡•❖═
"Qis, gue udah berhenti chating-an sama Agra."
"Bagus, dong. Gue setuju kalau gitu. Cowok masih banyak, ngapain mantengin cowok yang udah punya pawang?" ujar Balqis dengan bebas dan lantang karena di koridor masih sepi.
Kaila mengangguk dengan mulut tertekuk. "Tapi, mau gue ngebet yang udah punya cewek atau belum, tetep aja gue jomlo sampe sekarang, Qis."
"Mending temenin gue ngejomlo aja," enteng Balqis sambil merangkul Kaila. Mereka harus segera pergi ke kelas.
"Ogah, bentar lagi gue pasti punya pacar. Yang ganteng, yang pinter buat memperbaiki keturunan gue, terus yang cool, soalnya gue kasian sama anak gue kalo bokap-nyokapnya berisik dua-duanya."
"Lo nyari pacar atau mau nyari suami?"
Kaila memamerkan giginya. "Nyari pacar sampai jadi suami masa depan."
"Bodo amat, ah."
"Biawak, dasar. Bukannya bantu nge-aamiinin."
Bara jam segini udah dateng belum, ya? Nanti gimana ngasihinnya? Males ketemu dia lagi, sih, sebenernya. Tapi nggak apa-apa, sabar, Sel! Pertemuan terakhir. Penuhi tanggung jawab lo, Selena Kim. Kim Mingyu pasti makin cinta sama lo kalo lo bertanggung jawab, batin Balqis yang sibuk berceloteh dan mengabaikan celotehan lain dari Kaila tentang pacar yang diidam-idamkannya.
"Kai, lo ada kontak WhatsApp-nya Bara, nggak?" Balqis menutup rapat mulutnya saat melihat Kaila langsung menoleh penuh binar. Ia lupa jika makhluk yang ditakdirkan menjadi sahabatnya itu selalu sensitif saat dirinya mengatakan nama Bara.
"Acieeee, mau melancarkan pendekatan, ya? Baru juga bilang ngajak gue nemenin lo ngejomlo, taunya lo duluan yang mau ngelangkahi gue buat punya pacar. Licik banget lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
•❃𝐒𝐞𝐥𝐁𝐚𝐫𝐚❃•|✓
Teen FictionIni kisah tentang : ❃➻Balqis dan Baskara ❃➻Dengan panggilan Selena dan Bara ❃➻Anak K-pop dan anak game ❃➻Anak basket dan anak karate ❃➻Si takut tatapan dan si mata tajam ❃➻Si cuek dan si cari perhatian ❃➻Si ceroboh dan si teliti ❃➻Si bulan dan si ma...