Baskara berdiri di depan pintu apartemen yang ternyata sudah resmi menjadi milik Balqis. Katanya, itu pemberian Danial untuk keponakannya. Tadinya Balqis menolak karena ia tidak menerima apartemen itu sebagai balasan rasa bersalah. Namun Danial menjelaskannya bahwa apartemen itu diberikan atas rasa tanggung jawabnya. Danial pernah berjanji akan menjaga anak dari Fatih. Maka pria itu memohon pada Balqis agar ia bisa memenuhi janjinya.
Jujur saja, Baskara merasa aneh, disaat orang lain memohon untuk mendapatkan sesuatu, Balqis lain cerita, malah pemberi yang memohon agar Balqis menerimanya. Sebaik itu, kah, pacarnya? Tidak heran, Balqis itu memang baik. Gadis itu juga pernah memaksa Baskara untuk menerima uang ganti rugi goresan di motor, padahal Baskara sudah merelakannya. Dia sangat bertanggung jawab.
Baskara merasa tenang, karena gadis itu tidak matre. Cocok untuk dinikahi. Seandainya Balqis bisa dinikahi sekarang, maka Baskara akan melakukannya saat itu juga. Tapi, tunggu saja. Biarkan Baskara sukses, karena kini ia mulai mengikuti jejak sang Daddy untuk terjun pada dunia bisnis di kantor ayahnya.
Membuka aplikasi WhatsApp, Baskara langsung memencet kontak Balqis. Namun sayang, Balqis masih memblokirnya. Semalaman gadis itu merajuk karena malu atas insiden ketahuan bocor. Jadi pagi ini ia mendatangi Balqis yang sedang dalam mode manja itu. Ketahuilah, Baskara sampai bertanya kepada Google tentang bagaimana cara menaikan mood seorang perempuan saat PMS.
Tangan Baskara memencet bel. Dan tidak lama pintu sedikit terbuka, namun hanya sembulan kepala Balqis yang muncul.
"Lo ngapain ke sini?" tanya Balqis dengan suara melengkingnya yang masih menjaga pintu agar tidak terbuka lebar.
"Nggak nyuruh gue masuk?"
"Hmmmm .... Hari ini jangan ke apartemen Aqis dulu, ya. Yang punya apartemen galak."
Aqis? Baskara merasa ada yang meletup-letup di dadanya. Terasa lucu ketika Balqis memanggil namanya sendiri saat berhadapan dengan Baskara. Ia mulai mengerti apa yang diucapkan Aldo. Balqis itu, kalau sudah manja, sifatnya bisa mengalahkan anak umur tiga tahun.
Lelaki itu mengangkat senyumnya tanpa sengaja. "Mana yang punyanya? Gue mau ketemu dia."
"Ngapain ketemu dia?"
"Ngasihin ini." Baskara mengangkat sekantong plastik coklat batang dan makanan ringan lainnya setara dengan dada. Kata Google, perempuan suka makan banyak saat datang bulan.
Balqis menggigit bibir bawahnya. Bagaimana ini? Ia tergiur atas makanan yang terlihat enak di matanya. "Oke .... Tapi Bara harus janji dulu sama Aqis."
Alis Baskara terangkat. Sambil bersedekap, angannya menebak-nebak tentang janji itu. "Janji buat?"
"Janji dulu .... Nggak akan banyak komen."
"Maksud?"
Alis Balqis langsung tertekuk. "Iiiii .... Gitu aja nggak ngerti. Maksud Aqis .... Bara harus janji buat nggak banyak komen."
"Oke. Gampang. Gue janji."
Ada proses perubahan sikap Balqis yang Baskara ketahui dari Aldo. Pertama jutek, kedua malu-malu, selanjutnya mulai terbuka dan menunjukkan sikap aslinya seperti apa yang Balqis lakukan pada teman-temannya, emang dasar aneh. Gadis normal yang pacaran seharusnya jaga image pada orang lain dan terbuka pada pacarnya, namun Balqis malah kebalikannya. Jika sudah nyaman, kelakuannya akan mulai berubah. Seperti cemburuan, manja, dan mencari perhatian.
Balqis menjulurkan tangannya. "Itunya dulu, baru boleh masuk."
Ada-ada saja. Baskara menggenggam tangan Balqis dan menggoyangkannya seperti salam setelah berbisnis. "Buka dulu pintu, baru ambil ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
•❃𝐒𝐞𝐥𝐁𝐚𝐫𝐚❃•|✓
Teen FictionIni kisah tentang : ❃➻Balqis dan Baskara ❃➻Dengan panggilan Selena dan Bara ❃➻Anak K-pop dan anak game ❃➻Anak basket dan anak karate ❃➻Si takut tatapan dan si mata tajam ❃➻Si cuek dan si cari perhatian ❃➻Si ceroboh dan si teliti ❃➻Si bulan dan si ma...