Alan mengucek matanya setelah terbangun dari tidur lelapnya. Dia merubah posisinya menyamping, melihat di kasur seberang sudah tidak ada Leon. Sprei dan bed cover juga tampak tidak terpasang.
Dahi Alan berkernyit heran. Dia beranjak dari ranjangnya dan mengetuk kamar mandi. Terdengar suara Leon yang menyahut. Tak lama, Leon membuka pintu.
"Ngapain lo di dalam?" tanya Alan.
Leon meringis. "Gu ... gue cuma nyuci sprei sama bed cover."
Alan melongok ke dalam kamar mandi, menjumpai sprei dan bed cover basah yang berada di dalam sebuah bak cucian. Aneh! Seingatnya, Leon sudah tahu bahwa para siswa asrama Delton tidak perlu repot mencuci pakaian, sprei, atau pun bed cover. Petugas asrama akan datang dua hari sekali untuk mencuci pakaian para siswa.
"Lo masih ingat kalau di asrama ini ada jasa nyuci gratis kan?" imbuh Alan.
"Nyuci gratis?" Leon menggeprak jidatnya sendiri lalu tertawa kaku. "Oh iya. Gue lupa."
Gelagat Leon semakin lama semakin mencurigakan. Semua itu terpampang jelas dari sikap cowok itu yang terlihat salah tingkah.
Alan menepi santai saat Leon menyeret bak cucian keluar kamar mandi. Dia tak memiliki inisiatif membantu.
Kretek
Terdengar suara bunyi tulang Leon. Cowok itu berhenti lalu memegangi punggungnya seraya meringis kesakitan.
"Eh apa lo nggak ada niatan bantuin gue?" tagih Leon.
"Gue bantu do'a," timpal Alan datar lalu memasuki kamar mandi.
"Ish!" geram Leon. Dia lantas pergi ke balkon kamar untuk menjemur.
Leon kembali dan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Rasanya tidak ada yang bisa dilakukan di hari minggu kecuali berguling-guling di atas kasur.
"Lo punya agenda apa di hari minggu kayak gini?" tanya Leon setelah Alan keluar dari kamar mandi.
"Gue mau ke rumah Laurin," jawab Alan singkat. Dia mulai mengenakan kemeja sopan untuk terlihat baik di hadapan kedua orang tua Laurin.
"Mau apa lo ke rumah pacar orang? Eh mendingan lo berhenti ngejar-ngejar Laurin sebelum lo di cap negatif sama orang."
"Gue nggak peduli."
"Gosip sudah menyebar lho. Mereka bilang, lo itu perebut pacar orang, nggak tau diri, dan-" Leon terhenti saat Alan menatapnya dengan tatapan heran. "Ke ... kenapa lo lihatin gue kayak gitu?"
Alan terkekeh. "Gue nggak nyangka kalau ada cowok yang lebih cerewet dari Rega."
"Siapa yang cerewet? Ngarang lo, bro!" Leon meninju pelan lengan Alan.
***
"Iya-iya. Aku juga sayang kamu." Laurin terkekeh mendengar gombalan seseorang yang menelponnya di seberang sana. "Ih gombal!"
Elvan menghela napas jengah, terganggu dengan percakapan Laurin yang terkesan menjijikkan. Dia sengaja menaikkan volume suara televisi.
"El, kecilin dikit napa!" tegur Laurin, menendang pelan paha Elvan.
Elvan tak menyahut. Dia malah mengeraskan volume.
"El!" bentak Laurin.
"Kalau mau telponan nggak terganggu, mendingan lo di atas genteng aja. Kan lebih romantis. Bisa lihat bintang-bintang," saran Elvan setengah mengusir.
"Iya sih romantis. Tapi kalau jatuh namanya tragis."
"Ya udah. Nggak usah telponan alay sok romantis. Ujung-ujungnya bikin miris entar nangis."
"Idiiih." Laurin bergidik. "Tumben ucapan lo rada puitis."
"Baru tau lo?"
"Eh ngomong-ngomong ... kenapa lo kelihatan nggak suka banget sih kalau gue pacaran sama Rega?"
"Em ...."
"Sayang? Sayang?" Samar-samar terdengar suara Rega yang mencari-cari.
"Iya. Ada apa, Ga?" sahut Laurin yang kembali menempelkan telinganya di layar ponsel.
"Elvan pasti," tebak Rega.
"Biasa. Orang jomblo bawaannya iri mulu."
Elvan spontan langsung mendorong kepala Laurin, membuat Laurin menggeram kesal. Elvan pun segera pergi sebelum Laurin menendangnya.
"Oi gue doain berhenti jadi jomblo lo!" teriak Laurin kesal.
❤❤💥❤❤
Zaimatul Hurriyyah
Selasa, 18 Juni 2019Maaf chapternya dikit karena author sibuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
K-U season 2
Teen FictionMelviano Kalandra, cowok pendiam yang menyimpan sejuta luka karena terlahir dalam keluarga yang berantakan hingga membuatnya memilih tinggal di asrama sekolah. Lukanya bertambah perih ketika gadis yang disukainya jatuh hati pada Rega yang merupakan...