38. Pembunuhan

9.9K 1.1K 216
                                    

Leon meringkuk sendirian di dalam gudang asrama. Sekelebat kenangan buruk di masa lalu tiba-tiba menghampirinya. Dia ingat betul bagaimana kedua orang tuanya mati terbunuh. Air matapun sukses membuat matanya bengkak.

Kenangan-kenangan buruk itu terus berputar ulang di mata Leon, lalu berhasil menggelapkan mata cowok itu. Dia berdiri dengan tatapan kosong, lalu berjalan menuju dapur asrama. Diambilnya sebilah pisau dari atas meja.

"Nyawa harus dibayar nyawa. Gue nggak peduli jika nanti gue masuk penjara. Saat ini gue hanya ingin balas dendam."

Leon berjalan menuju kamarnya. Ruangan sudah gelap, rupanya lampu sudah dimatikan. Di antara remang-remang cahaya, dia melihat Alan yang sudah tertidur pulas.

"Kalau gue bunuh Alan, otomatis si tua bangka itu nggak memiliki keturunan lagi. Dengan begitu, semuanya selesai. Dia akan merasakan kehilangan seperti yang gue rasakan selama ini. Peredaran narkoba juga pasti akan berkurang pesat kalau tidak ada penerus," pikir Leon.

Leon berjalan pelan mendekati Alan. Dengan tatapan kosong, Leon mengangkat pisaunya tinggi-tinggi, bersiap menancapkannya di dada Alan. Namun ... mata Alan tiba-tiba terbuka.

Alan mendorong Leon hingga punggung cowok itu terhempas ke tembok. Matanya yang biasa terlihat teduh kini berubah tajam penuh tanya. Kedua tangannya mulai mencekik leher Leon, membuat Leon kesulitan bernapas.

"Siapa lo sebenarnya?" bentak Alan. "Kenapa lo mau bunuh gue?"

Leon semakin kehabisan napas. Tak ia sangka akan menjadi seperti ini. Alan tiba-tiba terbangun saat ia ingin menancapkan sebilah pisau untuk membalaskan dendam kedua orang tuanya yang mati terbunuh beberapa tahun yang lalu.

Tangan Alan mencengkram tangan Leon hingga pisau yang dibawa cowok itu terjatuh di atas lantai.

"Jawab gue! Lo siapa?" bentak Alan.

"Lo tanya siapa gue?" entah kekuatan dari mana, Leon mampu mendorong tubuh Alan hingga terpental menjauh.

"Iya. Lo siapa?"

"Gue adalah anak dari orang-orang yang telah kakek lo bunuh."

"Maksud lo apa?"

"Nggak usah belagak bego deh. Kakek lo telah membunuh nyokap bokap gue."

Mata Alan terbelalak kaget. Bukan hanya berkiprah di dunia narkoba dan prostitusi, ternyata kakeknya juga tega melakukan pembunuhan.

"Delapan tahun yang lalu ... kakek lo menyuruh pembunuh bayaran buat habisin nyawa orang tua gue. Karena kakek lo, gue jadi anak yatim piatu," ungkap Leon. "Gue kehilangan orang-orang yang gue sayang!"

"Apa mungkin dia menyamar jadi laki-laki hanya buat membalas dendam?" Alan bertanya-tanya.

"Karena kakek lo, gue jadi nggak bisa hidup normal. Setiap hari gue ketakutan kalau pembunuh bayaran itu nyari gue lagi. Semua ini karena kakek lo!" bentak Leon.

"Jadi, itu alasan lo menyamar jadi laki-laki?" tanya Alan.

Mata Leon melebar, sementara tubuhnya mematung kaku. Tak ia sangka jika Alan sudah mengetahui identitasnya.

"Se ... sejak kapan lo tau kalau gue bukan laki-laki?" tanya Leon terbata-bata.

Alan tak menjawab. Dia mengambil sebilah pisau yang tergeletak dari atas lantai lalu mengembalikannya ke tangan Leon.

"Kalau lo mau bunuh gue, silahkan! Asal lo puas." Alan memejamkan matanya, menyiapkan dadanya yang hanya terlapisi kaos.

Alan sejak awal tidak memiliki tujuan hidup. Kedua orang tuanya meninggal dunia karena HIV, cinta pertamanya telah bahagia bersama Rega, selain itu, dia juga dipaksa meneruskan bisnis haram yang bahkan ia sendiri jijik dengan hanya mendengar kata narkoba dan prostitusi. Ditambah lagi, cinta keduanya tak ia sangka adalah anak dari orang yang telah dibunuh kakeknya. Alan kadang-kadang berpikir, mungkin mati adalah pilihan termudah.

Mata Leon kembali menitihkan air mata. Dia memantapkan hati, mengangkat pisaunya tinggi-tinggi sambil berteriak mengarahkan pisau itu ke dada Alan. Tapi ... dia terhenti, membuat mata Alan terbuka.

"Kenapa ... kenapa gue nggak bisa bunuh lo?" Leon bertanya-tanya.

Tanpa berkata apa pun, Alan menarik pinggang Leon dan memeluknya erat-erat, berharap pelukan itu dapat sedikit mengobati luka hati Leon.

❤❤❤❤❤
Zaimatul Hurriyyah
Minggu, 18 Agustus 2019

K-U season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang