22. Tersaingi

9.9K 1K 256
                                    

Vote dan komen 200++ besok update

❤❤❤❤❤

Alan berdehem kikuk saat memasuki gerbang sekolah. Banyak pasang mata yang menyorotnya dengan tatapan memuja. Dia yang sudah biasa menjadi pusat perhatian karena ketampanannya, kini mendapatkan lebih banyak perhatian dari khalayak ramai yang menjumpai fotonya di salah satu majalah fashion.

"Ya ampun. Itu Alan!"

"Ganteng banget. Sumpah!"

"Andaikan dia main sinetron. Pasti tuh sinetron bakalan gue tonton biarpun ceritanya murahan."

"Parah parah! Dia bisa-bisa menyaingi Rega tuh."

Sepanjang koridor, Alan dapat mendengar celotehan para siswi. Alan tak peduli jika dia menjadi publik figur setelah menjadi model. Yang ia butuhkan sekarang adalah uang untuk mengurus keperluan pengajuan beasiswa ke luar negeri. Karena dia tahu bahwa beasiswa tidak bisa langsung cair setelah mengajukan. Semuanya perlu waktu juga biaya. Karena itulah Alan perlu uang untuk berjaga-jaga.

"Alaaan!" teriak Sharfi saat Alan memasuki kelas. Dia membuka majalah dan memperlihatkannya di depan muka Alan.

"Apaan sih!" Alan menyingkirkan majalah itu. Dia tidak tertarik melihat hasil pemotretan tersebut.

"Lo jadi model? Sejak kapan? Gue pikir lo nggak tertarik. Ya ampun, Al. Lo kece banget di majalah ini tau nggak. Bisa-bisa Rega kalah nih."

Rega mendengus kesal. Rupanya ketampanan Alan mampu menyaingi ketampanannya. Rega tak bisa terima itu.

"Halah! Cuma pemotretan satu majalah doang. Itu nggak bisa bikin Alan terkenal se-Indonesia," cibir Rega.

Tak lama setelah Rega mencibir, Alan merasakan ponselnya bergetar di saku jas almamaternya. Dilihatnya nomor tidak dikenal tengah memanggil. Alan pun mengangkatnya, siapa tahu dari seseorang yang ia kenal tapi berganti nomor telepon.

"Halo?" sapa Alan.

"Halo selamat siang. Apa ini dengan saudara Melviano Kalandra?"

"Iya."

"Kami management Pesona Entertainment. Ingin menawarkan kerjasama untuk proyek pembuatan film. Apa anda bersedia mengikuti casting besok pagi jam 9?"

"Enggak."

Tuuut ....

Alan langsung mematikan panggilan. Dia sama sekali tidak berniat menjadi seorang aktor seperti Rega. Karena aktor bukanlah pekerjaan yang mudah. Seorang aktor dituntut melakukan kontak fisik dengan lawan main. Berpelukan misalnya.

Alan bergidik. Membayangkan berpelukan dengan orang asing saja sudah membuat bulu kuduknya berdiri. Itulah sebabnya dia tak memiliki niatan untuk menjadi seorang aktor. Cukup menjadi model saja.

"Eh Alan. Lo belum jelasin ke gue kenapa lo bisa jadi model," tuntut Sharfi. Dia memang senang mengorek kehidupan pribadi teman-teman sekelasnya.

Alan tidak menimpali. Dia berjalan santai menuju bangkunya dan mengeluarkan buku pelajaran.

"Widiiih, Al. Sumpah gue juga nggak nyangka kalau lo berani jadi model," kata Vikram.

"Rega, ada saingan baru nih. Hati-hati lho, Ga." Arsen menepuk pundak Rega dua kali seraya terkikik.

Rega berdecak kesal lalu berjalan keluar kelas untuk mencari udara segar. Diam-diam dia mengeluarkan ponselnya, bercermin di layar kamera, kemudian merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.

"Cakep gini kok. Mana bisa ketamvananku disaingi sama si Alan?" Rega menaik turunkan alisnya, merasa begitu percaya diri dengan karunia Tuhan yang dilimpahkan padanya.

K-U season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang