28. Khawatir

9.3K 1K 481
                                    

400++ komentar besok update!!
❤❤❤❤❤

Leon pulang ke asrama setelah puas menangis di halaman belakang. Matanya masih bengkak, sementara rasa sesak di dadanya tak kunjung hilang.

"Eh Leon tunggu!" panggil Bu Jenita.

Leon berbalik. "Eh iya. Ada apa, Bu?"

Dahi Bu Jenita berkernyit heran melihat mata bengkak Leon. "Kamu habis nangis?"

"Enggak, Bu. Tadi kelilipan pasir di halaman belakang. Anginnya kenceng banget," jelas Leon berbohong.

"Oooh." Bu Jenita mengangguk paham.

"Ngomong-ngomong ada apa ya, Bu?"

"Begini, mulai besok, kamu bisa pindah kamar karena gedung asrama siswa kelas F karena sudah selesai direnovasi."

"Mungkin lebih baik gue cepat-cepat pindah sebelum perasaan gue ke Alan semakin dalam."

"Orang bilang, cinta pertama itu sulit dilupakan. Jadi akan lebih baik kalau gue menghindar sekarang."

"Gimana? Apa besok kamu bisa langsung pindah? Soalnya kamar Alan itu sebenarnya untuk satu orang karena dia anak kelas unggulan. Jadi dia ya mendapatkan perlakuan istimewa dari Delton."

"Jangan besok, Bu. Sekarang juga saya bersedia pindah."

"Nggak usah buru-buru, Leon. Kamu bisa pamit dulu sama Alan."

"Nggak apa-apa, Bu. Saya pindah sekarang saja."

Leon bergegas menuju kamar Alan untuk mengemasi barang-barangnya. Tak banyak yang ia bawa. Hanya beberapa lembar kemeja, kaos, celana, juga buku. Oleh karena itu, ia tak butuh waktu banyak untuk berkemas.

"Lo mau ke mana?" tanya Alan setelah membuka pintu.

Leon menoleh kaget. "Em ... gue mau pindah kamar, Al."

"Oooh."

"Terima kasih ya, atas tumpangannya selama ini."

Alan hanya mengangguk, memasuki kamar, dan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Dia terlihat tak peduli, membuat Leon semakin sadar diri bahwa dirinya tidak dibutuhkan Alan.

Leon mengulurkan tangannya pada Alan, sekadar ingin berpamitan. "Senang sekamar sama lo."

Alan menyambar tangan Leon. "Hm," sahutnya singkat.

***

Laurin menaruh sendoknya. Dia tidak berselera makan setiap kali teringat Rega mengecup mesrah bibir Amanda. Walaupun itu hanya sekadar akting belaka. Laurin masih kesal, heran bukan main mengapa dia masih mencintai Rega begitu dalam.

"Rin, tumben kok nggak lahap makannya?" tanya Nyonya Reta.

"Aku habis putus sama Rega, Ma. Jadi nggak napsu makan."

"Alhamdulillah kalau lo putus," kata Elvan.

"Elvan!" tegur Nyonya Reta.

"Seharusnya gue putusin dia sejak awal." Laurin berdiri, menyudahi makan malamnya bersama keluarga. "Ma, Pa, aku mau tidur aja."

Laurin berjalan lemas menaiki tangga. Tuan Ferdinan dan Nyonya Reta memberi kode mata pada Elvan agar cowok itu segera membantu kakaknya menenangkan diri dari putus cinta. Elvan pun mengangguk paham. Dia mengikuti Laurin dari belakang.

"Putus ya putus aja. Nggak usah lebay," kata Elvan yang memasuki kamar Laurin tanpa izin.

"Seorang jomblo kayak elo pasti nggak bakal ngerti bagaimana penderitaan putus cinta," timpal Laurin lemas.

K-U season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang