Vote dan komen 500++
❤❤❤❤❤
Leon bersama Bejo kini bermain voli di tengah lapangan. Elvan hanya memperhatikan dari tepi sambil membaca buku. Kalau diperhatikan lebih lama, wajah Leon memang semakin imut. Hidungnya mungil, bibirnya tipis merah jambu, rahangnya tirus, kulitnya pun putih bersih. Tidak ada alasan mengatakan kalau gadis itu jelek.
"Oi gue keluar aja nih. Gerah. Capek gue." Bejo mengangkat tangan melambai-lambai. Kemudian menepi lalu meneguk sebotol air mineral.
"Woi anak K-U!" panggil Bobi, salah seorang siswa dari kelas D. Dia menghampiri Elvan.
"Hm?" sahut Elvan.
"Lo mau nggak, gabung sama kita main voli?"
Elvan melirik ke arah Leon yang masih berdiri di tengah lapangan. Menunggu seseorang mau masuk ke timnya.
"Oke." Elvan mengangguk tanpa berpikir panjang. Dia pun melepas almamaternya, melonggarkan dasi, lalu melipat lengan kemejanya.
"Yok mulai!" kata Bobi memberi aba-aba.
Permainan pun dimulai. Sejak Elvan masuk ke dalam permainan, siswa-siswa kelas F selalu berhasil mencetak angka, bahkan tak pernah kebobolan. Seketika permainan voli itu didominasi Elvan yang seakan-akan menjadi peran utama.
Lapangan voli yang tadinya terabaikan, tiba-tiba menjadi ramai sorak-sorak para gadis yang berjingkrak-jingkrak kegirangan, mengagumi sosok Elvan dari tepi lapangan.
"Elvan! Elvan! Elvan!" teriak para gadis.
Grace mematung di antara para siswi yang lain. Melihat Elvan yang tampak lincah memukul bola, membuat hatinya semakin bergetar hebat. Terlebih ketika ia mengamati keringat yang bercucuran dari dahi Elvan. Rasanya dia ingin mengusap keringat-keringat itu dengan sapu tangannya.
"Awas!" teriak Elvan saat bola menuju ke arah Leon. Dia dengan sigap menarik tangan Leon, hingga Leon terjerembab bersamanya di tengah lapangan.
Mata Leon melebar ketika sadar bahwa kini dia berada di atas tubuh Elvan. Mata mereka saling bertatapan sebentar, membuat jantung Elvan berdentum hebat. Berada sedekat itu dengan gadis yang dicintai, benar-benar tak pernah di pikirkan Elvan sebelumnya.
Leon cepat-cepat beralih. "Eh lo nggak apa-apa kan?" tanyanya cemas.
Elvan mengangguk ringan. "Santai. Gue nggak apa-apa kok."
Elvan meringis kesakitan saat hendak berdiri. Leon segera membantunya.
"Sebaiknya kita ke UKS deh. Sepertinya kaki lo terkilir," saran Leon.
Elvan terhipnotis. Entah atas dasar apa, dia mengangguk patuh, membiarkan Leon memapahnya menuju UKS.
UKS di Delton International High School tak seperti UKS di sekolah-sekolah biasa. UKS Delton terdiri dari 10 ranjang yang disekat korden layaknya di IGD rumah sakit. Luas dan dilengkapi fasilitas lengkap. Tak heran jika Delton juga dikenal sebagai salah satu sekolah termahal di Indonesia.
"Permisi, Bu. Tolong teman saya, Bu. Sepertinya kakinya terkilir," jelas Leon saat memasuki UKS.
Bu Susan, selaku perawat khusus UKS langsung membantu Leon memapah Elvan menuju salah satu ranjang. Di ranjang sebelah, mereka tak tahu jika ada Alan yang sedang menggunakan waktu istirahatnya untuk bermalas-malasan seraya bermain game online.
"Aduh, gue jadi merasa bersalah sama lo, El," kata Leon.
"Nyantai aja," sahut Elvan.
"Tapi terima kasih ya. Lo udah nyelametin gue."
"Hm." Elvan mengangguk. "Eh!"
"Apa?"
"Ngomong-ngomong ... gue dengar ... lo pindah kamar ya?" tanya Elvan kikuk. "Ehm. Gue nggak bermaksud ikut campur atau gimana. Tapi-"
"Iya. Gue pindah kamar."
"Mendingan lo pindah ke rumah gue aja," celetuk Elvan yang sukses membuat mata Leon melebar kaget.
"Pindah ke rumah lo?"
"Em ... maksud gue ... di rumah gue ada banyak kamar kosong. Jadi gue rasa Laurin bakal senang tinggal serumah sama lo."
Itu hanya alasan Elvan. Sebenarnya sejak dia jatuh cinta pada Keysha, dia selalu memikirkan cara untuk mengajak Keysha berinteraksi. Elvan bukan playboy profesional. Wajar jika dia masih terlihat kikuk juga terbata-bata saat berbicara dengan gadis yang dia sukai.
"Terima kasih tawarannya. Tapi, gue sudah nyaman tinggal di asrama. Lagian, apa kata orang kalau gue tinggal di rumah lo," tolak Leon.
Sedari tadi Alan menghentikan permainan game nya dan mendengarkan percakapan antara Leon dan Elvan yang terdengar aneh.
"Kenapa Elvan terdengar gugup?" pikir Alan. Dia mengedikkan bahu, mencoba mengabaikan apa yang sedang terjadi.
***
Laurin memijat kaki Elvan yang terkilir. Sedari tadi mulutnya tak bisa berhenti mengomel, sampai-sampai membuat telinga Elvan berdengung. Rangkaian ocehan Laurin terdengar seperti suara kumpulan nyamuk yang mengganggu di malam hari.
"Makanya kalau main bola voli yang hati-hati, El. Percuma ganteng kalau pincang. Ye kan?" imbuh Laurin.
"Terkilir gini doang nggak bakal buat kaki gue pincang." akhirnya Elvan menyahuti.
Dddrrrttt
Ponsel Laurin bergetar, pertanda ada panggilan. Sudah jelas itu dari Rega, membuat Laurin cepat-cepat mengangkatnya dan menekan tombol load speaker agar dia bisa meletakkan ponsel di dekatnya sambil memijati kaki Elvan.
"Halo, Ga?" sapa Laurin.
"Yang, aku kangen masakan kamu."
Laurin terkikik. "Main ke rumahku sini. Nanti aku masakin rendang buat kamu."
"Boleh ya?"
"Boleh dong."
"Kangeeen," kata Rega manja, membuat dahi Elvan berkernyit berasa ingin muntah.
"Aku juga kangen kamu." Laurin kembali terkikik. "Eh ngomong-ngomong, kamu lagi sibuk apa?"
"Lagi sibuk mencintaimu."
"Ih receh banget sih. Jijik!"
"Jijik tapi kamu suka. Ya kan?"
"Kalian bisa berhenti ngobrol alay di dekat gue nggak?" tanya Elvan sinis.
"Idiiih! Kasihan si jomblo. Iri nggak ketulungan. Tak patuuuut," cibir Rega.
Tuuut
Elvan menggeram marah dan mematikan ponsel Laurin. Tak cukup akan hal itu, Elvan juga mencopot SIM card agar Rega tak bisa lagi menghubungi kakak perempuannya.
"Eh kok ponsel gue dimatiin sih?" protes Laurin.
"Gue enek dengar percakapan kalian."
"Dasar adik durhaka! Gue ogah mijitin lo! Bye!" Laurin menghentak-hentakkan kakinya, lalu keluar kamar seraya membanting pintu.
❤❤❤❤❤
Zaimatul Hurriyyah
Minggu, 28 Juli 2019Vote dan komen 500++
KAMU SEDANG MEMBACA
K-U season 2
Teen FictionMelviano Kalandra, cowok pendiam yang menyimpan sejuta luka karena terlahir dalam keluarga yang berantakan hingga membuatnya memilih tinggal di asrama sekolah. Lukanya bertambah perih ketika gadis yang disukainya jatuh hati pada Rega yang merupakan...