23. Amanda

9.4K 948 132
                                    

Tanpa berpikir panjang, Rega mengambil bulpoin dan menandatangani isi kontrak di mana salah satu poin kontrak menuntut Rega melakukan segala adegan yang dikehendaki sutradara. Rega setuju dengan mudah karena IQ yang dimiliki seseorang tidak bisa menentukan kedewasaan dalam mengambil keputusan.

"Rega?" sapa seorang gadis berkulit putih saat memasuki ruangan. Dia, Amanda, lawan main Rega dalam film kali ini.

Amanda berlari kecil menghampiri Rega, duduk di sofa, lalu menaruh tas. Dia masih tersenyum, memamerkan deretan gigi putihnya yang tampak berjajar rapi.

"Ngapain lo meringis kek gitu?" tanya Rega ketus. "Jangan bilang lo sedang latihan iklan pepsod*nt"

Kalau bukan karena gengsi, Rega tidak akan mau menerima tawaran film itu karena dia tidak suka beradu peran dengan Amanda. Gadis itu teramat agresif dan sering kali meneror Rega dengan alasan latihan naskah.

"Ya ampun, Ga. Gue nggak nyangka bisa main satu film lagi bareng lo. Sumpah! Gue nggak nyangka. Gue pikir-"

"Sejak kapan lo bisa mikir? Bukannya otak lo selalu kosong?" potong Rega. Seperti biasa, ucapannya selalu pedas. Manis, jarang. Itu pun hanya pada Laurin.

Amanda terkekeh. Dia memukul ringan lengan Rega. "Ih lo lucu banget sih!"

"Gue nggak sedang melucu."

"Tapi lucu ih."

"Gue bukan Sule."

"Ya bukanlah. Lo kan Rega."

Menyebalkan. Itulah satu kata yang terbesit di benak Rega. Gadis cantik yang dipuja kaum Adam itu selalu bersikap sok asik pada siapa pun. Terutama pada Rega. Meski Amanda disukai banyak orang, Rega tak berniat menyukai gadis itu bahkan sedetik pun.

"Ga, ingat pacar, Ga," kata Mbak Dinda mengingatkan. Dia memang supporter nomor satu pasangan GALAU, singkatan yang sengaja Mbak Dinda buat untuk ReGA-LAUrin.

"Yang benar ingat Allah, Mbak. Masa' ingat pacar? Gimana sih, Mbak Dinda!" Rega berdecak.

"Sa ae lu, kutil sapi!"

"Apaan sih, Ferguso!"

"Udah-udah. Ini nih naskahnya. Baca yang benar!" Mbak Dinda melempar setumpuk kertas yang berhasil ditangkap oleh Rega.

Ketika Rega sedang asyik membaca naskah film, Elvan belajar dengan giat di rumah ditemani beberapa tentor handal yang sengaja didatangkan khusus oleh Tuan Ferdinand. Elvan tidak pernah belajar keras sebelumnya. Paling-paling cuma membaca sekilas langsung hafal. Tapi kali ini lawannya adalah Rega, cowok kekanak-kanakan yang diberkahi IQ jauh di atas rata-rata. Tentunya Elvan membutuhkan bantuan tentor untuk mengejar Rega yang hampir setiap semester menduduki peringkat pertama di kelas unggulan.

***

Seluruh siswa kelas XII-IPS F duduk melingkar di sport center. Jona, selaku ketua kelas memimpin do'a, setelah menginstruksikan pada teman-temannya agar berdo'a sesuai keyakinan masing-masing. Semua orang lantas menunduk khusu'.

"Berdo'a selesai." Jona kembali menginstruksikan, membuat semua orang mengangkat kepala.

"Langsung aja kita bahas konsepnya, Jon!" celetuk salah seorang siswa.

"Oke, gaes. Gue mau langsung aja tanya ke kalian apa di sini ada yang punya ide buat pensi akhir tahun?" tanya Jona. Matanya menyorot satu per satu teman sekelasnya.

"Gue punya ide! Gimana kalau kita bikin dance BTS Boy With Luv aja? Pasti seru tuh!"

"Menurut gue sih kalau dance ala-ala Korea gitu udah pasaran deh. Gue dengar kelas IPS B sama kelas IPA E udah punya konsep kayak gitu."

"Aduuuh nggak cuma kelas itu doang yang udah makek. Kelas Bahasa D sama C juga bikin dance ala-ala Korea. Kalau nggak salah sih, mereka nge-dance ala Red Velvet gitu."

"Iya. Udah pasaran ya. Nggak mungkin menang kalau pasaran kek gitu. Apalagi muka siswa di kelas kita kurang memadai. Konsep boy band sama girl band emang nggak cocok."

"Betul itu! Nggak cocok banget. Gue bayangin Sapri nge-dance Korea. Idiiih jijik tau! Sebagus apa pun gerakannya, nggak mungkin menang. Mukanya bernilai nol di mata netizen."

"Ya udah. Kalau begitu, kita langsung voting aja. Siapa di sini yang setuju pensi pakek dance Korea, angkat jemuran. Eh angkat tangan maksud gue," kata Jona setelah mendengarkan opini-opini teman-temannya. Tak lama, lima orang mengangkat tangan.

"Ada ide lain?" imbuh Jona.

"Em ... gimana kalau kita pakek dance India aja?" saran Laurin.

"Boleh juga tuh." Vania langsung setuju.

"Seru juga kayaknya," tambah Leon mengangguk-angguk.

"Tapi kita nggak punya kostum India," sanggah salah seorang siswa.

"Iya. Nyewa kostum juga mahal. Sekolah aja, kita dapat beasiswa."

"Tapi kan nggak harus pakek kostum, gaes," kilah Laurin.

"Joget India nggak pakek kostum sama aja dengan pacaran nggak pakek sayang. Ashiyaaap!" celetuk Bejo.

"Misalnya aja joget Mohabatein. Yang cowok pakek jas hitam. Terus yang cewek pakek dress gitu. Simple kan?" saran Leon.

"Betul juga." lebih dari separuh jumlah siswa kelas XII IPS F mengangguk setuju. "Iya. Betul juga sih."

"Baiklah. Yang setuju dance Mohabatein acara pensi, silahkan angkat tangan," kata Jona menginstruksikan.

"Setuju!"

19 dari 25 orang mengangkat tangan. Keputusan sudah bulat. Kelas IPS F mengambil konsep dance India Mohabatein sebagai pertunjukan untuk pentas seni akhir tahun.

❤❤❤❤❤
Zaimatul Hurriyyah
Kamis, 11 Juli 2019

Apa kelebihan Alan dibanding Rega menurut kalian?

Apa kelebihan Rega dibanding Alan menurut kalian?

JANGAN LUPA FOLLOW INSTAGRAM PENULIS

zaimatul.hurriyyah

K-U season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang