40. Pasangan bodoh

9.8K 988 81
                                    

Rega meraih tangan Laurin, mengayun-ayunkannya sebentar, menyusuri jalan setapak di salah satu taman. Mereka menikmati hangatnya sore dan eloknya mega merah di ujung sana sembari menghirup udara segar.

"Eh, Yang," kata Rega.

"Hm?" sahut Laurin.

"Bentar lagi kan Ujian. Habis itu ada pentas seni. Gimana kalau kita taruhan?"

"Taruhan?" kedua alis Laurin terangkat, sedikit kaget dengan apa yang dilontarkan Rega.

"Iya. Taruhan."

"Taruhan apa emangnya?"

"Kalau aku menang juara satu di pentas seni, kamu harus janji ke aku satu hal."

"Janji apa?"

"Kamu harus janji kalau kamu bakalan jadi cewekku selamanya. Semarah apa pun kamu ke aku, pokoknya kamu nggak boleh mutusin aku."

"Ish janji apaan itu? Kamu kan nyebelin. Bawaannya pengen mutusin mulu," goda Laurin. Dia mencubit gemas pipi Rega.

"Pokoknya aku nggak mau tau. Kamu harus janji jadi cewekku selamanya kalau aku menang pentas seni," rengek Rega.

"Iya deh iya. Aku janji."

"Yes!" teriak Rega girang. "Yipiiiiii!"

"Ih Rega! Jangan teriak-teriak gitu ih! Malu tau dilihatin orang. Nanti kamu dikira orang sesat. Lagian kamu kan belum tentu menang pentas seni."

"Aku pasti menang lah, Yang. Secara aku udah ganteng, anak sultan pula. Kamu beruntung dapetin hati aku."

"Dih kepedean! Sultan selokan."

"Nanti kalau kita nikah, aku pengen punya anak selusin."

"Enak aja pengen punya anak selusin. Kamu pikir aku ini bertelur? Ovipar gitu?"

"Pokoknya aku nggak mau tau. Kamu nggak boleh mutusin aku atau jauh-jauh dari aku."

"Terus misalnya kalau kelas F yang menang gimana?"

Rega tertawa meremehkan. "Ya nggak mungkinlah, Yang."

"Ya mungkin bangetlah, Ga. Secara kelas F tuh latihannya lebih dulu daripada anak K-U."

"Sayang, anak K-U adalah makhluk jenius. Kami bisa menghafal gerakan hanya dengan melihat satu kali."

"Melihat kan belum tentu bisa mempraktekkan. Jangan sombong! Jangan meremehkan kelas F ya!"

"Siapa yang meremehkan? Emang kenyataannya gitu kok. Anak kelas F itu cuma dikaruniai fisik kuat. Gitu aja bangga."

"Eh anak sultan! Sombong amat jadi orang."

"Anak sultan mah bebas."

"Aku sumpahin kalah di pentas seni nanti!" ujar Laurin penuh penekanan. Bersamaan dengan itu, geledek di atas langit mendadak bergemuruh.

"Nggak mungkinlah anak K-U kalah. Imajinasi kamu benar-benar original deh."

"Ini bukan imajinasi. Ini kenyataan. Aku bakal buktikan ke kamu kalau aku bakalan menang di pentas seni. Kalau aku menang, kamu harus melakukan satu hal buat aku."

"Oke. Siapa takut?" tantang Rega.

"Jangan jilat ludahmu sendiri ya."

Entah sudah yang keberapa pasangan satu ini bertengkar, berdebat atau adu mulut, mempertahankan pendapat masing-masing. Tidak ada satu haripun tanpa bertengkar, seolah pertengkaran sudah menjadi agenda wajib bagi mereka berdua.

"Udah udah. Aku nggak mau bertengkar sama kamu." Rega menyudahi.

"Wajar dong bertengkar. Manusia yang nggak pernah bertengkar hanyalah manusia yang bernapas dengan insang," timpal Laurin yang berhasil membuat Rega terkekeh.

"Otak kamu tuh ya!"

"My brain said i am fine."

"Aku bahkan nggak percaya kalau kamu mempunyai secuil otak."

"Apa kamu bilang?" bentak Laurin, spontan memukul lengan Rega.

Rega berlari cepat sebelum Laurin menambah beberapa pukulan lagi. Laurin mengejar Refa yang bersembunyi di balik pohon dan berhasil memukul pelan pundak cowok itu berulang-ulang. Pukulan pelan bagi Laurin merupakan pukulan keras bagi Rega.

❤❤❤❤❤
Zaimatul Hurriyyah
Kamis, 29 Agustus 2019

K-U season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang