33. Terbongkar

9.2K 979 100
                                    

Alan berjalan mondar-mandir di atas rooftop sekolah. Sesekali dia mengacak rambutnya, frustrasi dengan apa yang ia rasakan akhir-akhir ini.

"Setelah patah hati karena Laurin, kenapa gue jadi menyimpang? Enggak! Gue punya agama. Gue harus membuang perasaan gue jauh-jauh." Alan berbicara sendiri.

Alan berjalan ke tepi rooftop, barang kali pepohonan tabebuya bisa menyegarkan otaknya yang mungkin sedikit konslet. Matanya memicing, melihat Leon dan Elvan berjalan bersama-sama menyusuri jalan setapak menuju kantin. Mereka tampak tertawa renyah.

"Aneh. Sejak kapan mereka berdua akrab?" tangan Alan mengepal.

"Astaghfirullah. Kenapa gue cemburu. Ayo sadar! Sadar! Ingat ada Tuhan!" Alan mengingatkan dirinya sendiri. Dia sepertinya nyaris gila.

***

Tak terasa sudah seminggu berlalu. Alan masih kekeh menekan perasaannya yang sudah jelas menyimpang dari norma agama. Sebisa mungkin ia menjauh dari Leon.

Alan menaruh sendok makannya. Merasa tak napsu makan karena beberapa hari ini dia teringat keakraban antara Leon dan Bejo. Juga antara Leon dan Elvan. Sangat aneh memang. Tapi itulah yang ia rasakan.

"Gue normal. Gue normal. Gue masih suka sama Laurin."

Sejuta kali Alan meyakinkan kalau dia masih menyukai perempuan. Tapi kenyataan berkata lain. Hati kecilnya tidak bisa berkata bohong. Dia menyukai Leon!

Alan memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Namun saat dalam perjalanan, langkah kakinya terhenti ketika melihat Leon celingukan di koridor. Diam-diam Alan mengikutinya yang berlari mengendap-endap menuju gudang asrama.

Leon memasuki gudang sambil memegangi dadanya. Sial, pintu gudang sedikit terbuka. Terpaksa Leon membiarkannya sedikit terbuka. Dia pun mulai melepas almamaternya, membuka satu per satu kancing kemejanya, lalu menata kembennya yang sedikit melorot.

Mata Alan terbelalak lebar melihat sebuah kenyataan di luar logikanya. Dengan jantung berdebar, Alan langsung berbalik. Tidak seharusnya dia melihat belahan dada seorang gadis yang entah dengan alasan apa menyamar sebagai laki-laki.

Alan berjalan cepat menuju kamarnya. Mendapati kenyataan bahwa Leon adalah perempuan, dia setengah lega juga bingung. Hatinya menjadi kalut.

"Bagaimana mungkin seorang cewek berada di asrama putra? Ah ini benar-benar nggak masuk akal."

Alan merebahkan tubuhnya di atas kasur sambil sesekali memijat pelipisnya, menarik napas, lalu mengembuskannya untuk menenangkan pikiran.

"Oke. Tenang. Gue harus berpikir jernih."

"Pertama-tama, gue akui kalau gue lega mendapati fakta kalau dia perempuan. Its mean gue normal. Kedua, gue harus mencari tahu kenapa seorang cewek kayak dia bisa menyamar sebagai laki-laki."

"Eh tunggu-tunggu! Kalau dia perempuan, berarti akan sangat berbahaya jika dia terus berada dalam satu kamar bersama Bejo. Gue takut Bejo tahu rahasia Leon. Lalu hal buruk terjadi."

"Heeem gue harus cari cara untuk membuat Leon keluar dari kamar Bejo tanpa membuatnya sadar kalau gue sudah tahu rahasia terbesarnya."

Alan segera menghubungi Bu jenita, kepala asrama. Meminta agar Leon dikembalikan ke kamarnya, tak peduli jika Bu Jenita mengarang alasan yang kurang logis. Sangat berbahaya jika rahasia Leon terbongkar lagi.

❤❤❤❤❤
Zaimatul Hurriyyah
Senin, 5 Agustus 2019

K-U season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang