Komen 100++ besok update
❤❤❤❤❤Leon memandangi wajah Alan dari tepi ranjang. Mengagumi ciptaan Tuhan yang sungguh begitu indah. Tak bosan rasanya meneliti satu per satu lekuk wajah Alan yang nyaris sempurna.
"Ya Tuhan. Kenapa gue bisa sekamar sama cowok seganteng dia sih? Hidungnya mancung bikin gemes, kulitnya mulus kayak iklan lotion, rambutnya tebal kayak iklan sampo. Gue jamin, cewek mana pun bakal jatuh cinta sama Alan kurang dari 1 x 24 jam kalau dikurung dalam satu kamar."
"Jadi ... wajar dong kalau gue juga jatuh cinta sama dia?"
Terbesit dalam pikiran Leon untuk menjamah wajah Alan. Keinginan itu sebisa mungkin ia tahan. Tapi jemarinya seolah-olah bergerak sendiri menghampiri hidung Alan yang mancung menjulang.
Leon meneguk ludah, berharap Alan tidak terbangun. Jemarinya kini berseluncur lembut di atas hidung Alan. Seketika aliran listrik yang begitu dahsyat mengalir ke seluruh tubuhnya, menggelitik dadanya, lalu mendorongnya untuk melakukan hal yang lebih dari sekadar menyentuh.
"Kenapa ada cowok sesempurna ini, ya Tuhan? Bibirnya .... ya ampun!"
Leon kembali meneguk ludah, mengamati bibir tipis berwarna merah jambu. Kali ini ia ingin menyentuh bibir itu. Perlahan, jemarinya kembali merambat untuk mengagumi.
"Gue apa-apaan sih?" Leon menarik tangannya. Menahan sebisa mungkin hasratnya yang mencuat lancang.
"Kalau gue terus menerus meraba mukanya Alan, bisa-bisa dia bangun dan mengira kalau gue bukan orang normal. Identitas gue bisa-bisa terbongkar."
"Gue harus menahan perasaan gue. Jangan sampai Alan tau kalau gue udah jatuh cinta sama dia. Karena yang Alan tau, gue bukan cewek. Gue ini cowok."
Leon cepat-cepat kembali ke ranjangnya sendiri, menenggelamkan diri di dalam selimut hingga pagi menjemput.
"Oi!" Alan mendorong pelan kepala Leon.
Leon meracau. Dia malah memeluk guling erat-erat, mengabaikan suara Alan yang membangunkannya.
"Oi sudah jam tujuh," kata Alan bohong.
Leon terlonjak dengan mata melotot. Dia buru-buru membuka lemari, mengambil seragam, lalu memasuki kamar mandi untuk berganti pakaian. Tak sampai dua menit, dia sudah keluar dan kelabakan memakai kaos kaki.
Alan tertawa renyah, membuat Leon terhenti dengan dahi berkernyit heran. Leon spontan melihat ke arah jam dinding yang masih menunjukkan pukul 06.15 WIB.
"Iiih lo bohongin gue ya?!" tegur Leon marah.
"Iya."
"Iiih lo jahat banget sih jadi orang! Gue hampir jantungan!"
"Kaos kaki lo bolong tuh. Kasihan jempol kaki lo entar kedinginan." Alan kembali tertawa renyah. Menjaili orang bodoh ternyata menyenangkan.
Pipi Leon memerah malu mendapati jari jempolnya keluar dari dalam kaos kaki. Dia pun cepat-cepat melepaskan kaos kaki itu dan melemparnya jauh-jauh.
"Lo mau nebeng gue nggak?" kata Alan menawarkan.
Leon terbius. Tanpa sadar, dia mengangguk.
"Mandi dulu sana! Gue kasih waktu 10 menit," imbuh Alan.
"Iya-iya."
Leon cepat-cepat memasuki kamar mandi, melepas pakaian, mengguyur sekujur tubuhnya dengan air, lalu bergegas memakai baju. Sialnya, dia lupa memakai korset yang biasa ia gunakan untuk menutupi dadanya agar terlihat rata.
"Gue sudah selesai, Al. Ayo kita pergi!" kata Leon yang keluar kamar mandi dengan pakaian lengkap.
Mereka berdua keluar dari kamar, mengunci pintu, lalu berjalan santai menuju tempat parkir. Mata Leon mendelik kaget saat menyadari bahwa dia tak memakai korset. Kepalanya menunduk, mengamati dua gundukan kecil di dadanya.
"Eh Alan! Lo duluan aja ya. Gue ada sesuatu yang ketinggalan di kamar."
Sebelum Alan menimpali, Leon sudah melesat, berlari menuju kamar, membuat mata Alan memicing curiga.
Napas Leon ngos-ngosan saat sampai di kamar. Hampir saja rahasia yang ia simpan selama ini terbongkar karena kecerobohannya.
"Apa yang gue lakukan?" Leon mengetok kepalanya sendiri setelah mengunci pintu. "Hampir saja gue nggak pakek korset ke sekolah."
"Biar dada gue kecil, tetap aja nggak bisa kelihatan rata kalau nggak pakek korset."
Selama ini Leon sangat berhati-hati dalam menjaga identitasnya. Dia mencuci korset saat Alan pergi ke luar kota atau ke luar negeri untuk mengikuti olimpiade. Dengan begitu, Alan tidak tahu bahwa Leon adalah seorang perempuan.
"Gue harus cepat-cepat memakai korset."
Leon bergegas memakai korset di dalam kamar mandi, memastikan dadanya terlihat rata bagaimana pun kondisinya. Dia tersenyum lalu keluar dari kamar dengan hati lega.
"Syukurlah gue nggak ketahuan." langkah kaki Leon terhenti saat seorang cowok bermata teduh menghadangnya di depan pintu. "Alan? Ke ... kenapa lo masih di sini?"
"Nggak ketahuan apa?" tanya Alan penuh selidik.
"Enggak. Nggak apa-apa."
"Jangan bohong!"
"Em ... eh gue udah telat nih. Gue berangkat dulu ya." Leon berlari secepat mungkin sebelum Alan menambah pertanyaan yang bisa memojokkannya.
"Sepertinya ... dia punya rahasia yang nggak boleh diketahui sama orang lain. Heeem ... kenapa gue jadi penasaran?" Alan bertanya-tanya.
❤❤❤❤❤
Zaimatul Hurriyyah
Minggu, 30 Juni 2019Komen 100++ besok update
KAMU SEDANG MEMBACA
K-U season 2
Teen FictionMelviano Kalandra, cowok pendiam yang menyimpan sejuta luka karena terlahir dalam keluarga yang berantakan hingga membuatnya memilih tinggal di asrama sekolah. Lukanya bertambah perih ketika gadis yang disukainya jatuh hati pada Rega yang merupakan...