42. Pemaksa

9K 977 119
                                    

Elvan berdehem ketika keluar dari gedung A. Dia melihat Leon yang berdiri di dekat pohon tabebuya. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, dia pun langsung menghampiri Leon.

"H-hai!" sapa Elvan canggung.

"Hai," sahut Leon.

"Ngomong-ngomong ... ngapain lo di sini?" Elvan menengok ke kanan dan ke kiri, lalu ke belakang, mengecek siapakah orang yang ditunggu Leon.

"Gue lagi nunggu Alan. Soalnya mau nebeng ke asrama."

"Gimana kalau lo nebeng gue aja?"

"Tapi ... kita kan nggak searah."

"Santai aja. Lagian dari sekolah ke asrama nggak nyampek 2 Km kan?"

"Apa gue nggak ngerepotin elo?"

"Enggak. Santai aja." Elvan dengan lancang meraih tangan Leon dan membawanya ke tempat parkir. Bertepatan saat Alan keluar dari gedung A, membuat cowok itu berdiri mematung dengan tangan mengepal.

Sesampainya di tempat parkir, Leon memasuki mobil Elvan. Cukup canggung. Karena dia memang merasa kurang dekat dengan Elvan.

"Eh lo mau nggak ikut ke pesta dansa bareng gue nanti malam?" tanya Elvan tanpa basa-basi.

"Pesta dansa?" kedua alis Leon terangkat kaget. Membayangkan kata dansa saja tak pernah terbesit di kepalanya. Terakhir kali gerakan dansa yang ia lihat adalah gerakan dansa di tarian mohabatein.

"Iya. Dansa. Papa gue mengadakan pesta dansa ulang tahun perusahaan," timpal Elvan yang sengaja melambatkan kecepatan mobilnya agar bisa mengobrol dengan Leon lebih lama lagi.

Leon meneguk ludah. Tentu saja jiwa penasaran dalam dirinya tengah berkecamuk. Sejak kecil, dia tak pernah datang ke pesta dansa.

"Laurin ada nggak?" tanya Leon mulai tertarik.

"Ya jelas ada dong!"

"Oke deh. Kalau gitu, gue mau ikut."

"Ikut sebagai pasangan gue," pasangan Elvan.

"Ha?" Leon terlonjak.

Ciiiiit ....

Elvan memutar mobilnya, berbalik arah menuju ke sebuah salon ternama di Jakarta, tak peduli jika Leon terus mengeluh ingin menarik ucapan.

"Elvan! Berhenti, El! Gue bilang kalau gue mau ikut. Tapi bukan sebagai pasangan lo juga keles," rengek Leon.

"Bodo. Tadi lo bilang mau ikut kok. Nggak boleh menjilat ludah sendiri lho."

"Elvan ih! Mana bisa gitu?"

"Bodo amat," timpal Elvan tak peduli.

Sesampainya di salon, Elvan meraih tangan Leon, membawanya memasuki pintu, lalu menyuruh salah seorang perias untuk mendandani Leon.

"Elvan, eh eh jangan ngaco lho ya!" Leon meronta, tapi Elvan menginstruksikan pada pegawai salon untuk memegangi kedua tangan Leon.

Elvan memutar malas kedua bola matanya dan lebih memilih menunggu di ruang tunggu sambil bermain game untuk menghilangkan rasa bosan.

Di dalam ruang rias, para perias bersusah payah merias wajah Leon yang sedari tadi tak bisa berhenti meronta, tak mau di dandani. Bahkan mereka bersumpah akan menarik bayaran ekstra dari kerja keras mereka hari ini.

"Waaah ini cowok apa cewek sih?" tanya salah seorang perias kebingungan.

"Anda ini dipanggil mas atau mbak sih?" tanya salah seorang perias yang lainnya, heran mengapa seseorang berseragam laki-laki kini terlihat begitu sangat cantik bak bidadari.

Leon menghela napas pasrah. Walaupun ia takut identitasnya terbongkar. Namun ia merasa tak tega menghapus riasannya yang sudah jelas menguras kantong.

"Yuk kita pakaikan nih anak pakaian cewek!" ajak salah seorang perias.

Mereka bertiga memilah dan milih deretan gaun cantik untuk Leon. Setelah setuju pada gaun hitam selutut lengkap dengan pita hitam di bagian dada. Seketika mereka membuat Leon berubah menjadi Keysha.

"Lha cewek tomboy kalau didandani bisa jadi lebih cantik daripada cewek feminim ya," kata salah seorang perias.

"Dik, mulai sekarang berhenti pakai pakaian cowok!" imbuh perias itu.

❤❤❤❤❤
Zaimatul Hurriyyah
Selasa, 3 September 2019

K-U season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang