15. Barbeque Part I

10.1K 1K 307
                                    

Komen 200++ besok malam jam 9 insyaAllah update❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Komen 200++ besok malam jam 9 insyaAllah update❤

❤❤❤❤❤

Mulut tiga orang siswi menganga tak percaya saat melihat empat orang dari kelas F datang ke dalam acara yang mereka buat dengan susah payah. Empat orang itu adalah Laurin, Chika, Vania, dan Leon. Penampilan mereka sontak menjadi sorotan siswi-siswi K-U.

"What the hell!" geram Grace risih. Matanya menyisir penampilan empat orang yang datang dari ujung kaki hingga ujung rambut.

Seperti biasa, Laurin memakai kaos navy lengan panjang dan celana jeans dengan rambut yang diikat ke belakang. Chika dan Vania memakai sweater berwarna merah jambu dengan setelah rok selutut. Sementara Leon mengenakan kaos berwarna hitam dilapisi kemeja lengan pendek kotak-kotak yang sengaja tidak ia kancing. Pakaian yang mereka kenakan tidak ada satu pun yang bermerk. Semuanya bisa dibeli di pasar atau toko online dengan harga murah.

"Siapa yang ngajak kalian berempat ke sini?" tanya Thirza emosi.

"Rega," jawab Laurin seenak jidatnya. Kalau diingat-ingat lagi, Rega cuma mengajaknya seorang diri.

"REGAAA!!" teriak Grace, Thirza, dan Sharfi bebarengan, membuat Rega keluar dari dalam kamar lantas menuruni tangga.

"Ada apa sih ribut-ribut?" tanya Rega.

"Kenapa lo ngajak mereka berempat?" Sharfi melotot, menunjuk-nunjuk empat orang rakyat jelata yang lancang masuk ke dalam villa mewah di daerah Bogor.

"Enak aja. Gue cuma ngajak pacar gue doang ya," kilah Rega.

Laurin menyengir malu. "Gue yang ngajak mereka bertiga, Ga."

"Ingat ya, Ga. Gue nggak mau berbagi kamar sama rakyat jelata," kata Grace penuh penekanan.

"Sayang, kenapa kamu ngajak tiga gembel ini sih?" Rega menunjuk Chika, Vania, lalu Leon. Seperti biasa, mulut Rega memang selalu pedas.

"Gue yang ngajak Chika." Shem tiba-tiba datang dan merangkul pundak Chika, membuat Chika sedikit terperanjat.

"Gue ngajak Leon." Alan berjalan santai menghampiri Leon lantas menepuk pundak Leon satu kali.

"Lha karena Shem ngajak Chika. Terus Alan ngajak Leon. Berarti aku ngajak Vania. Oke fix. Nggak ada permasalahan," kata Laurin menyimpulkan.

"Nggak ada permasalahan lo bilang? Eh dengar ya. Di villa ini cuma ada tujuh kamar. Sudah jelas nggak muat buat menampung kalian berempat," ucap Grace sinis.

"Gini aja. Kita semua bisa berbagi kamar. Satu kamar dua orang," saran Shem.

"Kalau gitu, gue tidur sama Thirza." Grace langsung merangkul lengan Thirza.

"Gue sama Vikram," kata Arsen.

"Rega sama gue. Alan sama Elvan. Terus Leon sama Atta," ucap Shem mengatur.

"Sama Atta? Gue nggak mau!" ujar Leon tiba-tiba. "Gue mau tidur sama Laurin."

"Ups!" batin Leon penuh sesal.

"Lo bilang apa?" bentak Rega emosi, spontan mencengkram kerah kemeja Leon.

"Be ... bercanda, bro." Leon mendadak tersenyum kaku. Meskipun sudah delapan tahun dalam penyamaran, tetap saja dia terkadang lupa menutupi identitasnya.

"Bercanda lo nggak lucu!"

"Ma ... maaf."

"Sudah, Ga." Alan melepaskan cengkraman Rega dari kerah kemeja Leon. "Biar gue yang sekamar sama Leon."

"Kalau gue tidur bertiga sama Chika dan Vania aja," pinta Laurin.

"Oke pembagian tempat tidur sudah ditentukan. Thirza sama Grace. Vikram sama Arsen. Rega sama gue. Elvan sama Atta. Alan sama Leon. Laurin sama Chika dan Vania. Terus Sharfi tidur sendirian," kata Shem menengahi.

"By the way ... di mana nih kamar gue?" tanya Laurin menginterupsi.

"Ikuti gue!" Rega berjalan menuju tangga, diikuti Laurin, Chika, dan Vania. Mereka berempat menaiki tangga lalu berjalan menuju sebuah pintu kamar yang terletak paling ujung.

"Jadi ini kamarnya?" mata Laurin terbelalak takjub saat membuka pintu, mendapati sebuah kasur king size yang dilapisi dengan bed cover mewah.

"Iya, Sayang. Sengaja aku pilihkan kamar paling bagus di villa ini khusus buat kamu."

"Kamar ini nggak berhantu kan?"

"Nggak ada hantunya, Sayang. Yang ada, aku menghantui mimpi kamu," goda Rega.

"Iiih jijik!" Laurin menepuk pelan lengan Rega. Pipinya memerah.

"Ehem." Vania berdehem. "Please! Kalian jangan siksa jomblo. Sakit tau lihatnya."

"Makanya cari pacar, Van," timpal Laurin.

"Jodohin dong sama anak K-U," pinta Vania seraya menaik turunkan kedua alisnya.

"Jodoh lo tuh si Udin, tetangga lo yang bisulan itu."

"Iiih najis." Vania bergidik.

"Udah-udah. Sebaiknya kalian bertiga istirahat dulu. Dua jam lagi acara barbeque dimulai." Rega membantu Laurin membawakan tas menuju lemari pakaian.

"Enak ya si Laurin punya cowok tajir melintir, ganteng pula," bisik Vania iri. Dia melihat betapa sibuknya Rega membantu Laurin merapikan barang-barang.

"Mereka memang cocok. Saling melengkapi," kata Chika.

Vania merebahkan tubuhnya di atas kasur, diikuti Chika yang berbaring di sampingnya. Mereka berdua cukup kelelahan setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh dari Jakarta menuju Bogor meskipun diantar mobil mewah milik Tuan Ferdinan, Papa Elvan.

"Yang," bisik Rega.

"Apa?" tanya Laurin.

"Kayaknya si Vania cocok ya kalau kita jodohin sama Vikram."

"Tumben kamu cerdas."

"Aku bukan sekedar cerdas, Sayang. Aku ini Ge. Ni. Yus."

"Aku nggak tega lihat Vania terus-terusan jomblo sejak dalam kandungan. Kayaknya Vikram bukan kriminal."

"Kriminal palamu," protes Rega.

"Vikram itu orangnya juga asyik. Cocok banget sama Vania," sambung Laurin.

"Maka dari itu, aku mau jodohin mereka."

"Omo! Omo!" ujar Laurin heboh. "Nama depan mereka sama-sama berawalan huruf V! Mantul nggak tuh?" imbuh Laurin menurunkan volume suaranya sekecil mungkin.

"Mantap betuuul!"

Sepasang kekasih somplak itu terkikik bersama, menahan tawa sebisa mungkin agar Chika dan Vania tidak mengetahui apa yang mereka rencanakan.

❤❤❤❤❤
Zaimatul Hurriyyah
Senin, 1 Juli 2019

Komen 200++ besok malam jam 9 update.

Komen 200++ besok malam jam 9 update

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
K-U season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang