Keysha berdehem kikuk, duduk di tepi ranjang dengan tubuh seolah kaku. Sesekali dia melirik ke arah Alan, berharap apa yang didengarnya malam ini bukanlah sekadar halusinasinya semata.
"Em ... lo yakin, nih, nembak gue?" tanya Keysha memastikan.
Alan hanya mengangguk, bertanya-tanya apakah Keysha terlalu bodoh untuk memahami kalimat sederhana berupa "Gue suka sama lo."
"Tapi gue cowok lho," imbuh Keysha. Dia takut Alan menyesal.
Alan terkekeh, spontan mengacak rambut Keysha yang masih tersanggul ke atas. "Cewek ya cewek. Bego banget sih, lo!"
"Gue nggak cantik."
"Lo ganteng."
"Tuh kan!" Keysha mencebikkan bibir mungilnya.
"Enggak kok. Elo cantik." Alan kembali terkekeh. Menggoda Keysha ternyata sangat menyenangkan.
"Masa' sih gue cantik?"
"Nggak percaya? Tanya aja ke dunia. Pasti semua bilang kalau lo itu cantik."
Pipi Keysha berdesir malu mendengar pujian Alan. Perlahan dia bergerak menjauh dari Alan. Sekarang Alan sudah tahu bahwa dia adalah perempuan. Terlebih lagi, Alan ternyata juga mencintainya. Tidak menutup kemungkinan Alan bisa lepas kendali.
"Ngapain lo menjauh?" dahi Alan berkernyit, menatap heran ke arah Keysha.
"Em ... kita kan bukan muhrim. Takut dosa," ungkap Keysha dengan lugunya.
"Key, cowok sejati itu menjaga. Bukan menodai. Jadi lo nggak perlu khawatir kayak gitu."
"Ya tetap aja gue khawatir. Lo bilang, lo suka gue. Terus, lo bilang gue cantik. Itu sudah cukup bikin gue jadi was-was. Siapa tahu, lo kehilangan kendali."
Alan tersenyum. Perlahan tangannya merambat, meraih tangan Keysha. Dia menatap gadis itu dalam-dalam.
"Pertama-tama, hal yang harus kita lakukan adalah saling percaya. Ngerti?"
Keysha lagi-lagi terhipnotis, menganggukkan kepala, lalu tersenyum tipis. Pipinya berdesir. Rasanya ia ingin melompat kegirangan. Betapa beruntungnya dia mendapatkan cowok sesempurna Alan.
Dddrrrrt ....
Ponsel Keysha bergetar, membuat Keysha dan Alan terperanjat kaget.
Dddrrrrt ....
"Kenapa nggak diangkat?" salah satu alis Alan terangkat heran.
"Eh iya." Keysha kelabakan mengangkat telepon.
"Halo, Key." Terdengar suara serak dari seberang sana.
"Laurin? Ada apa, Rin? Lo nangis, ya?" tanya Keysha panik.
"Gue lagi sedih, Key."
"Sedih kenapa?"
"Rega. Rega jahat, Key."
"Ada apa lagi sih sama tuh cowok. Heran deh."
"Dia nggak ngakuin gue sebagai pacarnya. Dia bilang, gue cuma teman."
"Apa?!" Keysha terlonjak. "Gila ya, tuh orang! Ya udah. Cowok kayak gitu mah putusin aja."
"Gue udah putusin dia, Key. Tapi dia mohon-mohon ke gue buat maafin dia."
"Sampai kapan lo mau terus maafin dia, Rin?"
"Gue nggak tau."
"Buat apa dilanjutin kalau terus disakitin?"
"Tapi gue masih sayang sama dia, Key."
"Rin. Lo itu cantik, anak orang kaya, dan berprestasi pula. Lo bisa nyari cowok yang lebih dari Rega. Di luar sana masih banyak cowok yang lebih menghargai elo."
"Tapi ... apa gue bisa move on?"
"Rin, lo pernah move on dari Atta. Kenapa elo nggak bisa move on dari Rega?"
"...." Tidak ada sahutan. Tampaknya Laurin masih berpikir.
"Move on itu memang nggak gampang. Tapi perlu dicoba."
"Oooh gitu ya? Thanks ya sarannya."
"Sekarang, mendingan lo tarik napas lalu embuskan. Terus tidur. Ngerti?"
"Oke. Thanks ya, Key. Selamat malam."
"Selamat malam."
❤❤❤❤❤
Zaimatul Hurriyyah
Rabu, 16 Oktober 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
K-U season 2
Teen FictionMelviano Kalandra, cowok pendiam yang menyimpan sejuta luka karena terlahir dalam keluarga yang berantakan hingga membuatnya memilih tinggal di asrama sekolah. Lukanya bertambah perih ketika gadis yang disukainya jatuh hati pada Rega yang merupakan...