Gadis itu keluar dari kamarnya dan menuruni tangga dengan gerakan sedikit cepat menimbulkan suara ketukan antara sepatu dan lantai. Sampai dibawah dia melihat sang Bunda sedang membereskan makanan untuk sarapan pagi ini. Gadis itu pun tersenyum miris melihatnya, ingin sekali ia menghampiri dan memeluk sang Bunda namun egonya masih terlalu tinggi.
"Ara ayo sarapan dulu sini" panggil Airin.
Bukanya mendekat, Ara malah memalingkan mukanya dan ingin bergegas melanjutkan langkahnya agar segera keluar dari rumah itu. Kejadian seperti ini sudah biasa terjadi saat disuruh bergabung Ara hanya akan diam dan kemudian pergi untuk melakukan aktivitasnya.
Hari ini hari senin dan entah kenapa matahari seperti enggan menampakan cahayanya. Ara keluar dari rumah itu dan ternyata hari ini hujan. Ara mendesah kecewa, bagaimana ia bisa cepat datang kesekolah tanpa basah. Naik mobil? Tidak sama sekali, saat kejadian Ia di lupakan mulai saat itu juga ia menghindari apapun yang berkaitan dengan keluarganya itu.
Bunda Airin yang tahu jika hari ini hujan, ia bergegas keluar rumah untuk mengejar Ara sembari membawa payung kecil berwarna biru laut. Airin melihat Ara belum beranjak untuk berangkat sekolah, putrinya itu mungkin kebingungan bagaimana caranya berangkat sekolah karena Airin tahu Ara tak akan mau menggunakan fasilitas rumah jika itu bukan haknya.
"Ara, kamu bawa payung in-"
"Loh bunda! Kenapa bunda disini? Ayah dari tadi nyariin loh" kata Fira tiba-tiba datang.
Ara yang akan mengambil payung yang ditawarkan Airin pun langsung menoleh ke arah Fira dan sedetik kemudian kembali melihat air hujan yang membasahi halaman rumahnya. Airin yang melihat sikap Ara pun merasa tak enak hati kepadanya.
"Oh bunda lagi ngobrol sama Ara ya? Yaudah yu Ara bunda kita sarapan dulu. Sekalian nunggu ujannya reda" ujar Fira lembut bermaksud mengajak Ara untuk sarapan bersama namun Ara berfikir Fira hanya basa-basi saja.
"Iya bunda mau ngasih payung ini buat Ara" kata Airin pada Fira uang memperlihatkan payung berwarna biru laut itu.
"Inikan payung kesayangan Fira bun! Wah Ara kamu juga mau pake? Semoga payung ini jadi kesayangan kamu juga ya!" Fira berkata demikian membuat Airin tersenyum.
"Yaudah sekarang kita sarapan dulu yu! Yu Fira Ara kita masuk!"
"Yu! Ayo Ara kamu harus sarapan kan disek-"
"Ga usah so peduli!" setelah berkaata seperti itu Ara pergi menerobos hujan yang sebentar lagi akan mereda. Ia jengah melihat bunda dan saudara kembarnya yang mencoba mengajak Ara untuk sarapan bersama hanya dengan kata-kata. Jika mereka ingin bersama Ara harusnya mereka menuntun Ara untuk bersamanya bukan hanya berbicara.
Airin menghela nafas kasar dan menatap cemas kepergian Ara yang menerobos hujan. Fira pun sama ia merasa bersalah sekarang, harusnya ia tidak datang saat bunda dan Ara tengah mengobrol tadi. Dan tanpa mereka sadari Keenan berada di pintu menyaksikan semua kejadian yang terjadi tadi.
Sampai kapan kamu kaya gini Ra! Batin Keenan.Terimakasih sudah membaca
Jangan lupa tekan bintang💓
KAMU SEDANG MEMBACA
My Name is SYANARA (COMPLETED)
Teen Fiction"Kamu ga akan pernah pergi, rumah kamu di sini kamu harus bareng terus sama Bunda" ucap Airin menahan putri bungsunya. "Maaf Bun, Ara pengen cari kebahagian Ara dan kebahagian itu ga Ara dapet di sini" ucap Ara sembari melepaskan tangan Airin yang m...