Ayo (Revisi)

40.2K 2.4K 4
                                    

Saat Ara ingin keluar dari rumahnya, Ara juga bertemu keluarganya di ruang TV. Karena kamar dan tangga untuk menuju lantai dua terletak diruang TV. Ara berjalan dengan santai ingin segera cepat pergi dari sini, sebenarnya Ara tidak ingin selalu beradu mulut atau bertengkar dengan keluarganya karena hal-hal yang sepele. Namun bagaimana lagi menyikapi sikap mereka, mereka baik tapi tidak lama. Mereka tidak juga jahat, namun kadang kala ucapan dan perbuatan mereka membuat Ara sakit hati.

Tiba dibawah, Ara di hentikan oleh instruksi sang Ayah.

"Mau kemana kamu? Setelah berselisih mau kabur juga?" tanya Keenan pada Ara.

"Siapa yang berselisih? Mau ke mana pun aku, apa kalian peduli?" tanya balik Ara.

"Ara cukup ya! Semakin hari sikap kamu semakin tidak bisa di kontrol. Apalagi omongan kamu, apa kamu ga cape bersikap seperti ini?" Keenan berusaha untuk tidak membentak Ara. Karena yang keras jika di balas dengan keras tak akan jadi lunak. Namun akan menciptakan sesuatu yang lebih keras lagi.

"Memang aku seperti ini, kalian hanya kenal bukan mengenal aku" ujar Ara kepada mereka semua yang sedang memasang muka campur aduk tak bisa di jelaskan.

"Berapa kali kami harus minta maaf? Berapa kali harus selalu bersikap baik sama kamu? Kamu itu anggota keluarga kita. Jadi cukup untuk menganggap bahwa kamu tidak di kenal dan tidak di anggap oleh kami" ujar Keenan dengan nada sedang agar Ara tidak merasa tertekan karena omongannya.

"Terserah kalian!" ucap Ara cepat dan meninggalkan mereka semua di sana.

Sedangkan yang di tinggalkan hanya bisa diam tanpa mengejar atau mencegahnya.

Ara pergi dengan langkah pelan sembari menangis. Kepalanya pusing, namun harus ia tahan. Saat ditengah perjalanan ternyata ada sebuah mobil berhenti tepat disampingnya. Ara berhenti namun tidak berusaha untuk mengetahui siapa pemilik mobil tersebut. Ternyata mobil itu milik Alvino.

Caca yang ikut bersama Alvino melongokkan kepalanya keluar jendela, karena ia berdiri jadi sangat terlihat jelas bahwa itu adalah seorang gadis kecil.

"Kaka tantik!" panggil Caca. Ara kaget dan langsung menengok ke arah suara tersebut.

Ara mengernyitkan halisnya, "Caca?"

"Ayo naik mobil ama Caca! Caca pen di pangku ama kaka tantik" ucap Caca kepada Ara.

Ara hanya mengernyitkan dahinya, bingung.

"Cewek! Naek yuuu" ujar seorang cowok yang duduk si kursi pengemudi yang tak lain adalah Alvino.

"Gue bukan cewek!" jawab Ara jutek kemudian melangkahkan lagi kakinya.

"Kaka tantikkkkk!" panggil keras Caca. Ara menoleh dan mendapati Caca sedang menyengir lebar kearahnya. "Ayo naek kakaa" ajak Caca.

"Kaka jalan kaki aja. Lagian kamu mau pulang kan?" tanya Ara.

"Caca mau maen lagi ama abang Al ama kaka tantik" jawab tegas Caca.

"Sya-yang naek yu! Senengin anak kali-kali ngapa!" ucapan Alvino membuat Ara menatap geli kearah Alvino dan ingin sekali Ia menggebuk Alvino jika tidak terhalang jarak sekarang ini.

"Anak apaan anjir" ucap spontan Ara pada Alvino.

"Anak aku dan kamu hiya hiyaaa"

"Ga jelas banget sumpah"

"Abang punya anak?" si polos Caca bertanya.

"Punya dong! Anak abang sama kaka tantik ituuu" jawab Alvino sambip melirik Ara yang sedang memasang muka jengkel ke arah Alvino.

"Heh! Ngomong yang bener didepan anak kecil. Lagian siapa juga yang punya anak orang masih SMA juga" jawab Ara cepat.

"Oh jadi kalo udah ga SMA mau punya anak sama gue? Ayok dah gueee"

"Abang ih Caca ga diajak ngomong!"

"Uuuh sayang abangg!" ucap Alvino sambil mengunyel-ngunyel pipi gembil Caca.

"Ayo dah Sya-yang naek!" ajak Alvino. Ara tetap menolak tapi melihat Caca yang sangat ingin bermain dengannya, akhirnya ia ikut.

Terimakasih sudah membaca
Jangan lupa tekan bintang💓

My Name is SYANARA (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang