"Jangan pernah bentak anak aku, Keenan" emosi Airin tersulut karena bentakan Keenan terhadap Ara.
"Bunda.. Ara sangat sayang Bunda. Bunda adalah orang yang paling berharga di hidup Ara. Jangan pernah lupain Ara ya Bun, jangan pernah nyesel lahirin aku ke dunia ini. Bunda jaga kesehatan dan selalu nurut apa kata Ayah, Abang dan Kakak. Jangan lupa mak--"
"Kamu kenapa ngomong kaya gini, Ra? Kenapa?" tanya Airin dengan cepat.
"Sebelumnya Ara pengen minta maaf sama Bunda. Aku belum bisa banggain dan bahagiain Bunda, selalu bikin repot. Makasih udah jagain aku. Ara udah ga sanggup hidup terus-terusan seperti ini, Ara janji ga akan bawa apa pun dari rumah ini. Ara hanya izin untuk pinjem baju dan sendal yang sekarang Ara pakai. Ara tau semuanya ga bisa di ganti. Ara ingin pergi Bun. Rasanya selalu di terakhirkan ga enak, Ara pamit ya Bun" Ara kemudian mencium kening Airin lama kemudian menghapus air mata yang mengalir di pipi Airin.
"Kamu ga akan pernah pergi, rumah kamu di sini kamu harus bareng terus sama Bunda" ucap Airin menahan putri bungsunya.
"Maaf Bun, Ara pengen cari kebahagian Ara dan kebahagian itu ga Ara dapet di sini" ucap Ara sembari melepaskan tangan Airin yang menahannya.
"Kamu akan pergi kemana? Cukup ikhlaskan Alvino dan semuanya ga ribet kayak gini"
"Ayah ngomong gampang tapi aku yang jalanin susah! Sekarang coba Ayah yang ada di posisi aku, aku suruh Ayah pisah sama Bunda apa Ayah mau? Bertahun-tahun Fira selalu nomor satu di hati Ayah, tapi aku? Selayaknya pesuruh, selalu nurut apa kata penyuruhnya" Ara berkata dengan air mata yang semakin mengalir deras, ingin cepat pergi dari sana, "Apa Ayah pikir semua yang Ayah suruh dan aku turutin itu bikin aku bahagia? Jawabannya enggak!"
Ara kemudian berlari keluar dari rumahnya, tak peduli panggilan sang Bunda maupun abang dan kakaknya. Ingin melepas semua yang berkaitan dengan hidupnya yang sudah terjadi dan percaya nanti hidupnya akan menemukan titik bahagia yang sesungguhnya.
"Kejar Ara Bang! Bunda kahawatir" teriak Airin menyuruh Alka dan Arka untuk mengejar Ara. Airin kalut, Alka dan Arka hanya mengangguk dan berlalri mengejar Ara, Fira hanya bisa mendekap sang Bubda dan menenangkannya sedangan Keenan masih diam mencerna kata-kata Ara yang mengatakan 'aku suruh Ayah sama Bunda pisah Ayah mau?' kata-kata terngiang di kepala Keenan berkali-kali membuatnya pusing.
"Kamu ga punya hati Keenan!" ucap Airin dengan nada tinggi.
"Udah Bun! Abang pasti bakal bawa Ara pulang" Fira mencoba menenangkan Airin. Fira tahu bahwa Bundanya sekarang sangat dekat dengan Ara walaupun tidak mengurangi rasa sayang terhadap dirinya.
"Aku bakalan bawa Ara pulang, kamu jangan seperti ini. Ara juga anakku" ucap Keenan mengusap pipi Airin.
"Bawa dia pulang, Nan!" mohon Airin dan Keenan mengangguk kemudian berlalu berjalan keluar dari rumah.
Terimakasih sudah membaca
Jangan lupa tekan bintang💗
KAMU SEDANG MEMBACA
My Name is SYANARA (COMPLETED)
Teen Fiction"Kamu ga akan pernah pergi, rumah kamu di sini kamu harus bareng terus sama Bunda" ucap Airin menahan putri bungsunya. "Maaf Bun, Ara pengen cari kebahagian Ara dan kebahagian itu ga Ara dapet di sini" ucap Ara sembari melepaskan tangan Airin yang m...