Sepulang sekolah Alvino bersama gengnya sedang berkumpul di jalan Birtajaya, sebuah jalan sepi yang sering dipakai untuk tawuran ataupun balap liar. Namun ketika hari tertentu dan siang hari jalanan ini akan ramai oleh banyak orang yang berjualan atau sekedar untuk bermain dijalan ini karena ada taman disamping kanan jalan tersebut.
Dan sore ini Alvino bersama dengan para gengnya akan melakukan tawuran untuk yang sekian kalinya, karena minggu lalu SMA Geraldi ditantang oleh sebuah SMA baru yang berada diujung jalan birtajaya. SMA Cendra Kasih merupakan SMA yang baru saja selesai dibangun empat tahun lalu. Anak-anaknya terdiri dari anak yang bisa dibilang berandal jago tawuran.
Jangan pernah pikir jika Alvino merokok, suka minum alkohol atau bolak balik club malam. Ia hanya nakal seperti remaja pada umumnya tidak nakal yang berlebih apalagi sampai menghamburkan uang orang tua dengan sia-sia.
Alvino bersandar ditembok pembatas jalan sembari menatap teman gengnya yang berpencar di sisi kanan kiri jalan. Tiba-tiba teman yang ada di sisi kanan Alvino menepuk pundak Alvino dan menunjuk kearah depan jalan yang menampilkan anak-anak SMA Cendra Kasih yang bisa dibilang cukup banyak namun tak melebihi banyaknya anak-anak geng SMA Geraldi.
Saat kedua anggota SMA itu mendekat dan berhadapan, maka terjadilah tawuran yang seperti kebanyakan. Baku hantam, tonjok-tonjokan dan bahkan ada yang membawa senjata tajam tanpa mereka ketahui.
Entah karena apa, tawuran kali ini membuat tangan kiri Alvino tergores oleh pisau lipat anak anggota SMA Cendra Kasih, namun itu tak seberapa menurut Alvino. Saat mereka melihat tangan kiri Alvino terluka mereka semua kabur melarikan diri entah kemana. Tanpa Alvino sadari tangannya bukan hanya tergores sedikit namun goresan itu cukup dalam dan panjang membuat Alvino meringis beberapa kali.
"Al tangan lo!" tanya Satya yang membuat seluruh anggota gengnya menengok kearah Alvino.
"Gapapa biasa ini mah!"
"Sakit pasti ini Al!" ucap Kevan melihat darah yang mengucur dari tangan Alvino namun tidak begitu banyak.
"Kaga, gue bisa tahan santai aja" jawab Alvino sambil menyampirkan jaket kebahu kanannya.
"Yaudah, gue balik dulu ya! Ntar malem biasa kumpul di warungnya babeh kita makan-makan!" ucap Alvino lantang.
"Gamau lo obatin dulu?" tanya Hilmi, anggota geng Geraldi.
"Gausah sembuh sendiri nanti, yaudah ya gue balik" tanpa menunggu jawaban, Alvino segera melajukan motornya dengan kecepatan sedang.
Saat mengendarai motornya, Alvino sesekali meringis karena luka ditangannya yang terkena terpaan angin. Dan saat melewati jalan yang biasa Ia lewati sepulang sekolah, Ia melihat seorang perempuan yang sedang berjalan pelan sambil menundukan kepalanya. Dan Alvino kenal perempuan itu. Ya Ara. Alvino membelokan motornya dan melajukan pelan motornya di samping Ara. Namun mungkin Ara sedang melamun sampai Ia tidak menyadari ada motor disampingnya.
"Ehem! Cewek" kata Alvino menengok ke samping kiri tepatnya ke arah Ara.
Ara yang kaget pun terkelonjak dan refleks mengatakan, "Astagfirullah, setan!"
"Heh! Ganteng gini masa disebut setan sih" jawab Alvino seraya mematikan motornya.
"Ishh ko lo ada di sini sih? Lo ngikutin gue ya?" selidik Ara sembari telunjuknya menunjuk kearah muka Alvino.
"Hih! Lagian lo ngapain di sini kaya cabe-cabean lampu merah aja" canda Alvino.
Ara yang sebal karena disebut cabe-cabean refleks ingin memukul tangan kiri Alvino namun, "Lo tu- yaampun darah!" kaget Ara melihat tangan Alvino yang berdarah.
Terimakasih sudah membaca
Jangan lupa tekan bintang💓
KAMU SEDANG MEMBACA
My Name is SYANARA (COMPLETED)
Teen Fiction"Kamu ga akan pernah pergi, rumah kamu di sini kamu harus bareng terus sama Bunda" ucap Airin menahan putri bungsunya. "Maaf Bun, Ara pengen cari kebahagian Ara dan kebahagian itu ga Ara dapet di sini" ucap Ara sembari melepaskan tangan Airin yang m...