Diam (Revisi)

40.1K 2K 11
                                    

Keluarga Armawidjaya sedang sarapan bersama pagi ini. Ara duduk di samping Oma dan sebelah Ara ada Arka. Oma bingung melihat cucu kesayangannya dari awal Ia datang ke dapur hanya diam dan duduk. Pandangannya mengarah pada satu titik dan kemudian mengalihkan lagi begitu seterusnya. Oma pun melihat mata bengkak serta kantung mata yang sedikit menghitam milik Ara, Ia bingung apakah cucunya itu tidak tidur ataukah Ia menangis?.

"Sayang, kamu kenapa?" tanya Oma pada Ara yang sedang memainkan sendok dan garpu yang berada di atas piring kosong.

Ara hanya diam melirik sang Oma dan kemudian pandangannya Ia alihkan lagi kepada sendok dan garpu yang tadi Ia mainkan.

"Ra, kamu kenapa?" tanya Arka yang mendengar pertanyaan Oma yang di abaikan oleh adiknya itu.

Dan lagi Ara hanya diam, namun kali ini Ia tidak menoleh ke arah orang yang bertanya kepadanya itu. Bukannya Ara melamun atau tidak mendengar pertanyaan Oma dan Arka, namun entah kenapa pagi ini rasanya Ara hanya ingin membisu. Suasana hatinya begitu kacau dan khawatir bahkan tubuhnya merasa tidak stabil.

"Ara, kamu di tanya Oma. Jawab dong" titah Airin kepada anak bungsunya.

Ara menghela nafas dengan berat, "Hah.." dan kemudian menggelengkan kepalanya.

"Kamu keliatan lebih banyak diam Ra sekarang, kamu kenapa? Ada maslah?" tanya Kakek pada Ara.

"Bukan apa-apa"

"Kamu bisa cerita sama ku, Ra. Kam--"

"Aku berangkat" ucap Ara memotong ucapan Fira dan langsung pergi meninggalkan keluarganya yang bingung dengan sikap diam Ara.

***

Sampai di sekolah menggunakan angkutan umum membuat Ara datang ke sekolah dengan keadaan sekolah yang sudah ramai. Ia berjalan melewati area parkir kendaraan murid dan kemudian bergegas menuju kelasnya, saat di belokan koridor Ara melihat Alvino dan gengnya sedang mengobrol dengan sahabatnya. Ara ingin menghindar.

"Ara!" panggil Olin saat melihat sahabatnya itu.

Ara berbalik guna untuk benar-benar menghindar. Pandangan sahabat dan geng Alvino menoleh ke arah Ara. Ara berjalan dengan laju yang bisa di bilang tidak santai, bahkan Ia sempat menabrak beberapa orang yang kebetulan melewati koridor yang sama dengannya.

Alvino dan yang lain bingung melihat sikap Ara yang sepertinya menghindar. Kemudian Ia mengejar Ara begitupun dengan sahabat Ara.

Tett...

Bel tanda kegiatan belajar mengajar akan di mulai pun berbunyi. Beruntung Ara sudah sampai di kelasnya, walaupun harus berputar guna menghindari sahabat dan yang lainnya, tepatnya Ia menghindari Alvino.

"Gilaa.. Tadi-tadi gue kaga usah masuk orang gurunya juga kaga ada" ucap seseorang yang baru masuk ke kelas bersama dengan satu orang yang memakai kacamata itu.

"Loh kata siapa lo?" tanya murid yang duduk di bangku paling pojok.

"Bu Gita cuman nitipin tugas nih buat 3 jam kedepan"

"Kenapa emang?"

"Anaknya Bu Gita sakit"

"ALHAMDULILLAH" serempak semua murid di dalam kelas Ara.

Ara yang mendengar percakapan teman-teman sekelasnya pun hanya menggelengkan kepala dan tersenyum. Kemudian Ia duduk di bangkunya dan menelungkupkan badanya di atas meja. Pikirannya kembali ke ingatan semalam.

Alvino bahagia dengan perjodohan itu bahkan saat memberitahukannya pada Ara, Alvino menyampaikannya tanpa ada beban apa pun. Didengar dari nada bicaranya Alvino sangar riang dan ceria.

Hubungannya dengan Alvino memang baru seumur jagung, walaupun belum ke tahap yang serius tapi Ara sudah mencintai Alvino. Hatinya sakit saat melihat Alvino berdekatan dengan wanita lain apalagi nanti melihat Alvino bersanding dengan kembarannya, rasanya Ara ingin menenggelamkan diri saja. Berlebihan memang, tapi hati mana yang tidak sakit mendengar orang yang ada di hatinya dijodohkan dengan orang lain apalagi dengan saudara kembarnya sendiri.

Terimakasih sudah membaca
Jangan lupa tekan bintang💚

My Name is SYANARA (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang