Hanya Butuh (Revisi)

58.6K 2.7K 18
                                    

"Lo yakin?" tanya Arka kepada teman kampusnya itu.

"Sangat yakin, inget gue juga sempat ketemu beberapa kali sama adik lo masa gue ga kenal si" ucap Zidan.

"Lo tau tempat dia tinggal sekarang?"

"Tau, nih!" ucap Zidan memberikan selembar kertas yang berisi alamat yang menjadi tempat tinggal Ara sekarang.

"Thanks bro! Makasih banget, gue ga tau harus ngomong apa"

"Yoi bro, gue ikut seneng nanti lo bisa ketemu dan bawa Ara pulang. Gue ga enak liat Fira dan tante Airin yang ngerasa kehilangan Ara banget"

"Sekali lagi thanks banget ya, Zid"

"Iya, yaudah gue pergi dulu ya"

"Oke"

***

Ara tengah berjalan untuk pulang, sore ini jalanan terasa cukup padat. Banyak orang yang baru pulang bekerja atau pun pulang sekolah. Biasanya Ara akan pulang dengan Langit namun hari ini Langit mempunyai urusan yang entah Ara pun tak tau.

Dua hari yang lalu setelah memakan seblak bersama Langit, Ara di ajak Langit ke sebuah danau yang tak jauh dari warung seblak itu. Disana Ara menceritakan apa yang menjadi alasannya pergi dari rumah begitupun dengan Langit. Keduanya bagaikan sahabat lama yang tak pernah berpisah, mengeluarkan semua cerita yang tersimpan rapih tanpa ada perasaan canggung sama sekali.

Sepuluh menit Ara berjalan, akhirnya Ia sampai dirumah pelariannya itu. Di halaman itu terdapat satu mobil yang terparkir dengan rapih dan juga satu motor yang nampak asing dimatanya.

Ara masuk kedalam rumah itu dengan perasaan biasa saja karrna tidak mengetahui siapa yang berkunjung.

"Assalamu'alaikum.. Kak Nad--" ucapannya beehenti saat melihat Kak Nadine yang tengah menjamu keluarganya. Ya keluarga Armawidjaya, keluarga yang benar-benar sangat Ara hindari untuk berjumpa.

"Ara.." panggil Airin saat Ara sudah berada di pintu dan mengucapkan salam.

Ara bersiap berbalik dan bersiap berlari menghindari keluarganya itu, namun Arka yang duduk di kursi tepat dekat dengan pingu langsung mencekal tangan Ara. Ara diam. Tanpa berbalik Ara menangis, sejauh apa pun Ia pergi pasti keluarganya akan mengetahuinya.

"Sayang.." ucap Airin mendekat ke arah Ara dan segera memeluk Ara dengan erat dengan tangisan yang tidak bisa di tahan lagi. Tiga bulan berpisah dengan putrinya, rasanya luar biasa. Seperti di tinggal bertahun-tahun Airin sangat lama memeluk sang putri. Keenan pun sama mendekat dan mengusap lembit puncak kepala Ara.

"Pulang sama Bunda ya nak!" pinta Airin kepada Ara.

Dengan segera Ara melepaskan pelukan sang Bunda, mundur beberapa langkah namun tidak keluar dari rumah itu.

"Kenapa kalian datang?"
"Kalian mau apa?"
"Bagaimana kalian bisa tau aku disini?"

Tanya Ara dengan bertubi-tubi.

"Pulang nak sama Bunda yu! Fira sekarang koma, dia sakit" ucap Airin sambil menangis.

"Iya Ara, pulang. Maafin Ayah, Ayah mohon"

"Aku bahagia di sini" ucap Ara pelan.

"Sayang, Bunda mohon temuin Fira barang sebentar saja. Kamu kembarannya siapa tau dia bangun ketika ada kamu" ucap Airin memohon.

"Aku ga mau. Seperti biasa, kalian datang hanya saat ada maunya saja" ucap Ara sarkas.

"Ara, Bunda mohon nak"

"Ara, kakak minta kamu ikut mereka temui kakakmu yang sedang sakit" ucap Nadine yang tidak tega melihat Airin memohon kepada Ara.

"Ga Kak, mereka memohon saat hanya membutuhkan" jawab Ara.

Airin, Keenan dan Arka hanya diam mendengar kata-kata Ara yang sudah tidak percaya dengan mereka.

Terimakasih sudah membaca
Jangan lupa tekan bintang💗

My Name is SYANARA (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang