Jam 5 sore Ara baru sampai kerumah, setelah mengobati luka Alvino Ara mengobrol dan bercerita dengan Alvino dan gengnya. Mereka semua asik, itu menurut Ara. Disana Ara merasa menjadi seorang putri yang begitu dijaga, begitu banyak yang peduli disana. Tak tau nanti akan dilupakan atau tidak. Andai sikap itu Ia dapat dari keluarganya, hanya andai yang menjadi kisah khayalannya sekarang.
Ara pulang diantar Alvino. Awalnya Ara menolak tapi Ia berpikir tidak ada salahnya diantar oleh seorang badboy bernama Alvino itu. Ara tau Alvino suka padanya, tapi Ara hanya bersikap biasa. Ia tidak mau ada namun dilupakan. Ia tau Alvino merupakan laki-laki dengan ketampanan yang bisa dibilang diatas rata-rata, banyak sekali perempuan yang memujanya dan yang paling penting Ara takut Ia hanya akan menjadi mainan Alvino saja atau bahkan bisa saja Alvino mendekatinya dan bersikap baik hanya untuk mendekati Fira, kakak kembarnya.
Ara melangkahkan kaki membuka gerbang rumahnya, Ia melihat Pak Heru-satpam rumahnya sedang duduk didalam pos jaga sembari menonton TV yang disediakan disana dan ada secangkir kopi dan makanan ringan yang menemaninya. Pak Heru adalah suami dari Bik Nah, mereka berdua keturunan Sunda asli dan sudah bekerja dikeluarga Armawijaya sedari Ayah dan Bundanya sudah menikah. Dari kecil Ara dirawat oleh Bik Nah maka dari itu Ara dekat dengan Pak Heru. Kadang saat Bik Nah dan Pak Heru pulang ke kampung halamanya-Kuningan, Jawa Barat Ara ikut bersama keduanya.
"Assalamu'alaikum Pak Heru!" salam Ara saat sudah didepan pos jaga Pak Heru.
"Waalaikumsalam, ari neng teh udah darimana aja? Non Fira pulang jam setengah tiga lah neng ko pulang jam lima" jawab dan tanya Pak Heru pada Ara.
"Hehee, Ara abis main dulu Pak! Lagian kalo dirumah ngapain coba, makan ati!" jawab Ara.
"Yaudah sana masuk, mandi ganti baju dan makan. Los cepet neng!" suruh Pak Heru.
"Oke siap 86, Ara sayang pak Heru" jawab Ara dan bergegas masuk kedalam rumah tanpa menunggu jawaban dari pak Heru.
Saat akan membuka pintu utama rumahnya, aura Ara berubah yang tadinya ceria dan hangat kini bak es dikutub, dingin dan tak tersentuh. Ara membuka pintu dan melanjutkan langkah keruang keluarga untuk menaiki tangga dan masuk kekamarnya. Saat tiba diruang keluarga, terlihatlah semua anggota keluarganya yang sedang menonton TV sambil mengobrol dan bercanda ria. Mereka seneng tanpa gue batin Ara.
"Ara, kamu dari mana aja?" tanya Bunda Airin kepada anak bungsunya itu. Ara hanya diam dan meneruskan langkahnya.
"Ara berhenti!" ucap Keenan tegas. Dan masih sama Ara masih saja diam.
"Dari mana kamu?" tanya Keenan sekali lagi tapi Ara masih diam seraya membalikan badannya menghadap anggota keluarganya.
"Sekolah kamu bubar jam berapa? Kenapa baru datang kerumah jam segini?" tanya Keenan langsung didepan Ara.
"Ra, kamu masih bisa ngomong kan?" tanya Alka pada adiknya itu.
"Kenapa kamu diam aja?" tanya Keenan, "Kenapa kamu beda banget sama Fira?" Ara yang tau bahwa Ia akan dibanding-bandingkan pun lantas tersenyum sinis kearah semua anggota keluarganya.
"Aku Syanara bukan Syafira, jelas beda!" saat Ara angkat bicara seperti itu, semuanya diam dan hanya Keenan yang akan beradu mulut dengan Ara nantinya.
"Setidaknya kamu bisa contoh kelakuan baik dari kakak kembar kamu, Ra!"
"Kelakuan baik yang kayak gimana yang harus aku contoh?" pancing Ara kepada Keenan.
"ARA! Ayah sama bunda ga pernah ngajarin kamu untuk melawan omongan orangtu-"
"Memang, memang ayah sama bunda ga pernah ngajarin aku apa-apa. Dari kecil aku cuman ada tapi ga pernah dianggap. Waktu kecil aku belum bisa membaca belum bisa berhitung apa kalian ngajarin? Hah? Ga sama sekali. Saat anak-anak lain diajarin sama orangtua mereka, kemana orangtua aku sebenarnya?"
"Ara sayang, please jangan ngom-"
Terimakasih sudah membaca
Jangan lupa tekan bintang💓
KAMU SEDANG MEMBACA
My Name is SYANARA (COMPLETED)
Teen Fiction"Kamu ga akan pernah pergi, rumah kamu di sini kamu harus bareng terus sama Bunda" ucap Airin menahan putri bungsunya. "Maaf Bun, Ara pengen cari kebahagian Ara dan kebahagian itu ga Ara dapet di sini" ucap Ara sembari melepaskan tangan Airin yang m...