Tiga bulan sudah keluarga Armawidjaya mencari Ara, kesana kemari berkeliling namun tidak sedikit pun menemukan jejak Ara. Rasanya Ara sangat pandai sekali dalam urusan bersembunyi dan menghilangkan jejak.
Airin, sosok ibu itu menjadi pendiam dan mengurung diri. Kadang menganggap Fira adalah Ara namun nyatanya Ara tidaklah lagi bersamanya. Tubuhnya semakin kurus dan tak terurus. Memikirkan putrinya membuatnya tidak bisa memikirkan hal lain dengan jernih, seperti Fira yang butuh perhatiannya kadang Ia abaikan.
Keenan, seorang Ayah yang merasa hancur saat putrinya sendiri membalikkan kata-kata sakit yang Ia lontarkan dan melihat putrinya pergi dari rumah karena dirinya.
Alka dan Arka tak berhenti mencari Ara selama tiga bulan ini, mereka berdua bahkan menyuruh beberapa sahabat dan juga orang kepercayaan Opa mereka untuk mencari tahu keberadaan Ara dengan arahan dari sang Opa.
Fira, dari hari saat Ara memutuskan pergi, kembaran Ara tersebut semakin berpikir keras mengenai Ara dan akhirnya sakitnya kembali lagi. Acara pertunangan antara Fira dan Alvino batal akibat menghilangnya Ara.
Alvino seperti orang yang hilang arah, tanpa kata dan tanpa ada perpisahan Ara pergi meninggalkannya.Semuanya mencari Ara dan rindu dengan gadis itu.
***
"Kenapa? Pusing lagi?" tanya Alka yang melihat Fira meringis sendirian di dalam kamarnya.
"Iya bang sekarang agak sakit" jawab Fira jujur.
"Abang bilang Bunda ya" izin Alka kepada Fira.
"Ga usah bang! Bunda lagi istirahat" cegah Fira.
Tanpa mendengarkan perkataan Fira, Alka pergi ke kamar Bundanya.
"Bunda, melamun lagi?" tanya Alka.
"Ara lagi apa ya bang? Bunda rindu" ucap Airin sendu.
"Bunda, Ara pasti baik-baik aja. Percaya sama abang, kita semua selalu cari Ara bahkan Ayah sampai kadang ga pulang buat cari Ara Bun. Dan Bun, Fira sakit sekarang" Alka menyakinkan Airin dan mengatakan keadaan Fira.
"Fira dimana?" tanya Airin.
"Kamarnya Bun" jawab Fira.
Airin berjalan gontai meninggalkan Alka dan segera memasuki kamar Fira.
"Sayang kamu sakit? Ayo kita ke rumah sakit" ajak Airin dengan tergesa.
"E-ngga Bun-da, Fira baik-baik aja" jawab Fira dengan nada gugup karena sakitnya semakin menjadi, bayangan sang Bunda pun merasa tak sempurna akibat pandangannya yang mengabur karena efek pusing itu.
"Pokonya Bunda, ga terima penolakan" ucap Airin final, "Fira tungguin di sini, Bunda ambil tas dulu sekalian bilang Abang siapin mobil gapapa kan?" tanya Airin dan Fira hanya mengangguk.
Selepas Airin keluar dari kamar Fira, hidung gadis itu mengeluarkan darah. Darah kental yang merah pekat dengan jumlah yang cukup banyak. Fira dengan cepat mengambil tisu yang ada di atas nakas dan menutup hidungnya dengan tisu, ia menunduk agar darah itu keluar, semakin deras hingga pusing itu semakin menjadi-jadi dan Fira kehilangan kesadarannya.
Fira tergeletak di lantai dengan hidung yang masih mengeluarkan darah. Airin yang baru memasuki kamar anaknya itu pun kaget.
"Ya Allah! Firaa, Bang.. Bang.. Tolongin Fira Bang" teriak Airin memanggil Alka, orang yang satu-satunya ada di rumah sekarang. Alka sama kagetnya dengan sang Bunda saat melihat adiknya tak sadarkan diri dengan di penuhi darah. Ia pun mengendong Fira ke mobil dengan terburu-buru.
Airin sudah sampai dimobil dengan Fira di pangkuannya, sembari mengelus kepala Fira dan mengelap hidung Fira yang dipenuhi darah. Airin menelpon Keenan dan seluruh keluarganya untuk segera ke rumah sakit karena kondisi Fira.
Terimakasih sudah membaca
Jangan lupa tekan bintang💗
KAMU SEDANG MEMBACA
My Name is SYANARA (COMPLETED)
Teen Fiction"Kamu ga akan pernah pergi, rumah kamu di sini kamu harus bareng terus sama Bunda" ucap Airin menahan putri bungsunya. "Maaf Bun, Ara pengen cari kebahagian Ara dan kebahagian itu ga Ara dapet di sini" ucap Ara sembari melepaskan tangan Airin yang m...