Langit (Revisi)

54.2K 2.4K 6
                                    

"Kamu gapapa emangnya?" tanya Nadine ragu.

"Gapapa ko Ka, lagian Ara nanti juga butuh uangnya" ucap Ara. Dirinya cukup tau diri, datang tanpa di undang dan mungkin merepotkan yang ada di sana. Jadi Ia berpikiran untuk membantu Nadine dan Bagas agar Ia tidak merasa tak berguna.

"Kakak sama Abang bisa ko cukupin kebutuhan kamu, sama kayak anak-anak yang lain. Cukup kamu bel--"

"Gapapa nanti Ara minta Langit temenin ko" ucap Ara girang.

"Yaudah deh" senyum manis ditampilkan Nadine pada Ara.

Ara dan Nadine sekarang sedang menjalani bisnis kecil-kecilan yaitu menjual beberapa kue atau makanan ringan yang bisa di pesan melalui media sosial, namun hanya untuk pelanggan yang dekat dengan daerah mereka tinggal. Kemudian Ara membereskan semua pesanan para pelanggan. Ia berencana akan meminta antar Langit.

"Langit" panggil Ara kepada lelaki yang sedang merokok itu. Langit kemudian menengok ke arah Ara dan langsung mematikan rokok itu.

"Kenapa udahan ngerokoknya?" tanya Ara.

"Terserah gue lah!"

"Nyebelin lo" ucap Ara sambil menepuk pelan tangan Langit.

Langit tersenyum akibat perlakuan Ara, "Kenapa Ana?"

"Anter nganterin pesanan ya?" mohon Ara pada Langit.

"Di bayar berapa?"

"Seblak pengkolan di bayar tunai" ucap Ara girang.

"Lo kira nikah pake bayar tunai segala" Langit menepuk pelan kening Ara.

"Lah, emang yang di bayar tunai cuman pas ijab kabul?" tanya Ara polos.

"Terserah ajalah! Pokoknya lo keren" ucap Langit tak peduli.

"Iyalah Syanara emang paling keren di sini" ucap Ara bangga.

Langit mendelikan matanya, "Yaudah ayo cepetan"

"Kuyyy"

***

Seperti janjinya tadi, Ara mengajak Langit untuk memakan seblak pengkolan yang berada di perempatan jalan menuju rumah yang sekarang mereka berdua tinggali.

"Mang, seblak dua ya pedes semua oke?"

"Siap neng. Makan disini?"

"Iya Mang"

Seblak pengkolan ini milik Mang Agus. Warungnya ini selalu ramai oleh berbagai kalangan orang mulai dari yang masih kecil hingga orang dewasa pun sepertinya menyukai seblak Mang Agus ini. Tempatnya yang nyaman dan bersih pun menjadi nilai plus untuk seblak Mang Agus selain rasanya yang pas dan enak.

"Nih!" ucap Ara menyodorkan tiga buah permen karet.

"Buat apaan?" tanya aneh Langit.

"Kata orang, kalo yang udah sering ngerokok kalo lagi ga ngerokok mulutnya asem. Jadi menurut gue mulut lo ngerasa asem kan? Makanya gue kasih permen ini sama lo" ucap Ara kepada Langit.

"So tau banget si! Mulut gue manis ko, orang guenya aja ganteng gini" ucap Langit dengan nada sombong sambil membenarkan rambutnya ke belakang.

"Dih pede banget gilaaa" ucap Ara sambil menggelengkan kepalanya.

Akhirnya seblak pesanan mereka berdua datang. Mereka berdua mulai memakan seblaknya dengan Ara yang sesekali meminum minumannya akibat rasa pedas yang ditimbulkan dari seblak itu.

"Na, lo kenapa kabur?" tanya Langit.

"Kata siapa gue kabur?"

"Buktinya lo minggat kan dari rumah lo"

"Heh! Kabur sama minggat sama aja kan?"

"Tergantung orang ngartiinnya sih"

"Ah lama bet dah kalo ngomong sama lo" jawab Ara sebal.

"Dih"

"Lang, nama asli lo siapa si?"

"Mau tau aja apa mau tau banget?" Langit ingin membuat Ara kesal kepadanya.

"Langit gue guyur pake kuah seblak ini nih!"

"Mau donggg di guyur kuah seblak, hahahaa emangnya seblak yang lo makan ada kuahnya?"

"Langit ihhhh"

"Hahaha iyaiyaa, nama gue Langit Rivaldo Wiranata"

"Ko nama lo bagus banget sih?" tanya Ara tak menyangka dengan nama Langit itu.

"Lo kabur juga?" tanya Ara selanjutnya.

"Lah! Berarti bener dong lo kabur"

"Heuh iya gue kabur ah ribet banget" ucap Ara sebal dan langsung melanjutkan makan seblaknya itu.

Terimakasih sudah membaca
Jangan lupa tekan bintang💗

My Name is SYANARA (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang