Sampai dibawah tepatnya didapur, Ara langsung mengambil air didalam kulkas dan menuangnya kedalam gelas kemudian menegaknya hingga setengah. Saat Ara akan kembali menegak minumnya, Fira turun kebawah menghampiri Ara.
"Ara maaf" ucap Fira seraya mendekati Ara.
"Buat?"
"Karena aku, kamu dimarahin Ayah kan?" Fira bertanya dengan hati-hati takut Ara marah padanya.
"Bukannya itu yang lo mau?" sinis Ara.
"Engga gitu Ra, aku sebenarnya akan cerita bahwa aku pengen baikan sama kamu tap-" Fira kembali menelan omongannya karna Ara menyela.
"Dengan lo ngadu sama Ayah dan melebihkan kejadian disekolah tadi?" Ara bertanya sambil meneguk minumnya sekali
"Engga Ra aku ga ngadu sama Ayah. Itu ya-"
"Maling ngaku penjara penuh. Simple" ucap Ara sambil menyimpan gelas bekas minumnya dan kembali memasukan air dingin yang masih banyak tersisa dibotol kedalam kulkas.
"Ra, please! Selesain masalah ini ya?"
"Masalah? Kenapa? Lo mau mengungkit semuanya sikap gue trus lo bersikap seolah lo yang paling tersakiti dan orang-orang makin benci sama gue. Iya?" tanya Ara tanpa melirik kearah Fira.
"Ra, gara-gara masalah lo yang terlalu ga peduli, Bunda dan Ayah sedih sama sikap lo. Lo ga mau berubah demi mereka? Lo sayangkan sama mereka?" tanya Fira dengan raut wajah yang frustasi ketika berhadapan dengan Ara.
"Semua anak pasti sayang sama orangtuanya. Tapi apa orangtua selalu sayang sama anaknya?. Gue berubah? Kenapa harus gue? Apa mereka mau berubah demi gue? Jawaban akan selalu sama selamanya gue hanya hadir dan ada tanpa pernah dianggap. Kalian semua liat gue hanya dari sisi negatifnya aja. Apa pernah sekali aja kalian bersikap positif sama sikap gue yang kaya gini? Gue pulang telat, kalian pikir gue ngelayab ga jelas. Tapi apa pikiran kalian selalu bener? Gue punya urusan tersendiri disamping urusan keluarga gue yang berantakan. Lo harusnya ngerti karena lo adalah separuh jiwa gue, lo kembaran gue. Tapi apa? Lo sama aja kaya mereka. Lo pengen semua orang sayang dan peduli sama lo tanpa lo mikirin gue. Gue capek" jawab panjang Ara.
"Ra, aku mohon kamu jangan kaya gini. Maafin aku. Aku tau aku salah" Fira merasa bersalah setelah mendengar ucapan Ara yang menyatakan bahwa Fira kembaran Ara dan seharusnya mengerti.
"Gue ga butuh maaf dari lo" ucap Ara pergi meninggalkan Fira.
Sedari tadi Keenan, Airin, Alka dan Arka mendengarkan semua yang dibicarakan oleh Ara dan Fira terbukti dengan mereka yang sedang berdiri diam di pintu dapur.
"Ra, seharusnya kamu ga terlalu menyalahkan Fira dalam kesalah pahaman keluarga kita ini Ra" ucap Arka saat Ara melewatinya dan sontak Ara diam dan menjawab perkataan Arka, "Lalu, siapa yang harus aku salahkan? Kesalahpahaman? Ini bukan tentang salah paham tapi ini tentang perasaan lelah aku karena sikap pilih kasih sayang kalian"
"Ara sayang, maafin Bunda. Bunda salah, Bunda salah maafin Bunda nak" ucap Airin sambil mulai mengeluarkan airmata.
"Apa maaf bunda, bisa buat aku bahagia sekarang? Apa maaf bunda bisa ngeberhentiin sikap pilih kasih kalian ke aku? Iya, bunda harusnya berpikir letak kesalahan bunda bukan hanya meminta maaf" Ara berkata dengan emosi yang membuat Ia bisa berbicara sedikit kasar didepan bundanya itu.
"Ara kamu jangan kasar sama Bunda!" peringat Alka.
"Terserah kalian anggap aku apa, terlalu lama aku mendam rasa ga enak ini. Saat menurut kalian, kalian peduli sama aku tapi kenyataannya nol besar." jawab Ara sembari melangkah, namun dilangkahnya yang ketiga Ara berbalik menatap semuanya dan berkata, "Aku ga butuh belas kasihan kalian. Kalo kalian mau aku bisa ngelakuin semuanya sendiri tanpa bantuan KALIAN" tegas Ara.
Fira kebetulan ada disitu dan berkata, "Ra, lo marah sama gue, lo boleh maki gue bahkan lo bisa siksa gue asal lo berubah. Tapi please ga usah marah sama semuanya. Gue mohon" ucap Fira melemah.
"Gue gak akan termakan omongan lo, omongan lo itu bullshit sama kaya omongan mereka" kemudian Ara berjalan kearah kamarnya dan membanting pintunya agak keras dan menangis disana.
Terimakasih sudah membaca
Jangan lupa tekan bintang💓
KAMU SEDANG MEMBACA
My Name is SYANARA (COMPLETED)
Teen Fiction"Kamu ga akan pernah pergi, rumah kamu di sini kamu harus bareng terus sama Bunda" ucap Airin menahan putri bungsunya. "Maaf Bun, Ara pengen cari kebahagian Ara dan kebahagian itu ga Ara dapet di sini" ucap Ara sembari melepaskan tangan Airin yang m...