Ana (Revisi)

56.2K 2.5K 4
                                    

Ara berjalan gontai meninggalkan rumahnya dan berlari menjauhi kawasan komplek rumahnya. Sampai dijalan besar, Ara tidak peduli dengan tatapan aneh orang yang berlalu lalang dan menatapnya. Mereka membicarakan Ara dengan terang-terang ataupun berbisik, namun Ara tidak terlalu memikirkan itu yang ada di pikirannya hanya berlari dan pergi sejauh mungkin.

Dengan mata yang sembab dan nafas yang tak beraturan Ara terus berjalan tanpa melihat kanan dan kiri. Saat akan melanjutkan langkahnya Ara merasakan ada yang menarik tubuhnya.

"Lo mau mati?" tanya orang itu.

Ara terkesiap, ia mendongak melihat wajah lelaki yang menariknya tadi.

"Lepas" ucap Ara.

"Heh! Udah di tolongin juga" ucap lelaki itu.

"Gue ga nyuruh lo buat nolongin gue" sungut Ara.

"Lo mau bunuh diri?" tanya orang itu.

Ara diam.

"Lo kenapa? Hamil dul--"

"Gila ya lo! Kata-katain orang sembarangan" ucap Ara dengan nada keras seperti bentakan lebih tepatnya.

Lelaki itu menyadari bahwa mereka berdua tengah menjadi pusat perhatian, maklum saja berdebat di pinggir jalan bukanlah hal yang menyenangkan bukan?. Kemudian Ia menarik tangan Ara menjauhi jalan itu.

"Mau bawa gue kemana?" tanya Ara.

"Lo mau gue anterin balik?" lelaki itu malah bertanya balik kepada Ara.

Ara diam.

"Hey! Lo mau gue anterin balik ga nih?"

"Ga punya rumah" jawab Ara datar dengan nada rendah.

"Oke"

Kemudian lelaki itu mengajak Ara untuk menaiki motornya. Awalnya Ara menolak namun entah bujukan apa yang lelaki itu berikan akhirnya Ara mau juga ikut bersamanya.

Lima belas menit menempuh perjalanan akhirnya merwka berdua sampai. Sedari tadi di jalan Ara terus bertanya kepada lelaki yang tidak dikenpnya itu, namun lelaki itu hanya diam.

"Turun" perintah lelaki itu, "Nama lo siapa?"

"Lo siapa?" tanya Ara balik, walaupun sudah ditolong dirinya harus tetap waspada.

"Nama gue Langit, gue anaknya ganteng dan baik jadi lo gausah ngerasa waspada gitu sama gue. Gue baik karena gue udah nolongin lo dan bawa lo ke tempat gue tinggal, katanya tadi lo ga punya rumah" ucap Langit kepada Ara.

"Nama lo bagus cuman ko--" Ara menggantungkan ucapannya.

"Kenapa?" tanya penasaran Langit.

"Ga pantes sama tampang lo deh kayanya" ucap Ara ceplas ceplos.

"Bisa ngelawak juga lo ya?" Langit tersenyum miring kemudian melangkahkan kakinya masuk menuju rumah itu

"Siapa juga yang ngelawak, dasar!" ucap Ara sebal dan mengikuti kemana langkah lelaki itu.

Ara berjalan sambil melihat kearah kanan dan kiri, rumah itu sederhana dengan banyak tanaman dan bunga yang menghiasi halamannya.

Dug..

"Aw! Jalan yang bener ih" ucap Ara sebal sangat-sangat sebal.

"Nama lo siapa?"

"Syanara" jawab singkat Ara.

"Oke Syanara, gue mau lo nan--"

"Jangan panggil gue Syanara, kepanjangan"

"Okee, Ana. Lo nanti tinggal di sini. Disini banyakkan ko jadi lo harus mau berbagi. Dan disini ada orang yang udah kita semua anggep kayak orangtua kita namanya Kak Nadine dan Bang Saga, lo harus hormat sama dia ngerti?"

"Iyaa, tapi ko lo panggil gue Ana? Biasanya gue di panggil Ar--"

"Gue maunya Ana gimana dong?"

"It's oke. Ga masalah"

Kemudian keduanya masuk dan Langit memperkenalkan Ara dan menceritakan bagaimana Ia bisa bertemu dengan Ara dn pemberitahuan jika Ara akan menjadi bagian dari rumah itu. Dan yang ada di sana setuju.

Ya, Langit tinggal bersama anak-anak yang Kak Nadine dan Bang Saga ajak dari anak jalanan yang tak terurus, mereka di sini di didik untuk menjadi anak yang amndiri namun tidak untuk mengemis. Bekerja keras lebih baik daripada hanya diam meminta. Mereka di sekolahkan oleh Kak Nadine dan Bang Bagas dari hasil kreativitas dan kemandirian yang mereka hasilkan sendiri.

Terimakasih sudah membaca
Jangan lupa tekan bintang💗

My Name is SYANARA (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang