"Semudah itu kalian minta maaf?"
"Ara, Bunda mohon lupain omongan Ayah waktu itu" Airin berkata sambil memegang tangan Ara yang tidak di cengkram oleh Arka.
"Omongan itu masih aku ingat dengan jelas. Ayah sebenernya ga mau kan punya anak seperti aku? Kenapa Ayah ga bunuh aku aja saat aku lahir? Kenapa baru sekarang Ayah!"
"Ayah minta maaf! Apa harus Ayah sujud di kaki kamu nak" Keenan yang tidak mendapat jawaban dari Ara langsung mendudukkan badannya di hadapan kaki Ara dan saat akan sujud di kaki Ara, Ara mencegahnya dan menyuruh Ayahnya berdiri dan dengan cepat Ara memeluk badan Ayahnya. Ara menangis di pelukan sang Ayah dan sang Ayah pun menangis sambil memeluk erat tubuh putri bungsunya. Airin dan Arka serta Fira dan Alka yang baru datang ikut menangis menyaksikan Ara yang menangis di pelukan Keenan.
"Maafin Ayah nak! Maaf" lirih Keenan mengecup puncak kepala Ara.
"Ayah ga perlu sujud di kaki aku. Aku udah maafin Ayah, maafin Ara yang udah ga tau diri bahkan Ara udah jadi anak durhaka buat Ayah dan Bunda"
"Engga nak! Ini semua salah Ayah. Kata-kata Ayah nyakitin kamu! Maafin semua kesalahan Ayah"
Akhirnya mereka bermaafan dalam satu waktu itu. Berdamai dengan masalah yang selama ini terjadi. Memusnahkan perseteruan dan melupakan perasaan saling sakit menyakiti.
***
"Sya-yang" ucap seseorang yang duduk di sebelah Ara yang sedang melamun.
"Hm" hanya gumaman yang menjadi jawaban panggilan Alvino tadi.
"Ngelamun? Awas kesambet"
"Hahaa gak akan, Al" Ara menjawab sambil tertawa pelan.
Saat resmi berstatus pacaran dua minggu lalu, saat itu juga mereka berubah panggilan mereka dari lo-gue menjadi aku-kamu. Alvino yang meminta dan sejauh ini hubungan mereka jauh lebih dekat dari awalnya. Ara juga sering di ajak kerumah Alvino untuk bertemu Caca dan Mami Alvino.
"Kenapa si? Lagi mikirin apa sambil senyum-senyum gitu"
"Engga papa ko, aku lagi seneng aja"
"Atau jangan-jangan kamu lagi mikirin cowok lain?" tanya Alvino sambil mengalihkan pandangan Ara untuk menatapnya.
Ara memukul pelan tangan Alvino, "Enak aja! So tau kamu"
Alvino merangkul Ara dengan tangan kirinya, "Kamu milik aku, ga boleh kamu berpaling sama yang lain. Kalo iya berpaling awas aja kamu" ucap Alvino sambil mengeratkan rangkulannya kepada Ara.
"Possesif" ucap Ara kecil yang masih di dengar oleh Alvino.
"Ngomong apa hm?" tanya Alvino datar.
"Ehh hehe engga ko. Aku ga ngomong apa-apa. Mungkin telinga kamu ya--"
"Nakal ya kamu!" ucap Alvino dan kemudian mengecup pelan pipi kanan Ara yang membuat Ara dengan cepat melepas rangkulan Alvino.
"HEH!" ucap Ara garang.
"Upsss.. Kebablasan deh!" cengir Alvino, "Jangan cium-cium ih! Kamu mah" ucap Ara merajuk.
"Maaf dongg Sya-yang! Oh iya kamu belum jawab pertanyaan aku, kenapa kamu ngelamun sambil senyum-senyum tadi" Alvino kembali menarik Ara ke dalam pelukannya.
"Eum.. Aku udah baikan sama keluarga aku. Aku seneng deh, tapi aku canggung banget kalo deket sama mereka. Kalo sarapan aja aku suka banyak diem gegara ga tau kenapa" cerita Ara.
"Aku ikut seneng akhirnya masalah kamu selesai. Kalo masalah canggung nanti lama-lama kebiasaan juga ko. Semoga bahagia selalu my babe!" ucap Alvino.
"Thankyouuu my boy" ucap Ara sambil membenamkan wajahnya di dada bidang milik Alvino.
Hubungan yang di jalin keduanya merubah sosok Ara. Ara yang dulu pendiam dan datar sekarang sudah banyak bicara serta terbuka. Dan yah! Semoga kisah mereka berdua selamanya seperti itu.
Terimakasih sudah membaca
Jangan lupa tekan bintang💚
KAMU SEDANG MEMBACA
My Name is SYANARA (COMPLETED)
Teen Fiction"Kamu ga akan pernah pergi, rumah kamu di sini kamu harus bareng terus sama Bunda" ucap Airin menahan putri bungsunya. "Maaf Bun, Ara pengen cari kebahagian Ara dan kebahagian itu ga Ara dapet di sini" ucap Ara sembari melepaskan tangan Airin yang m...