Pujaan Hati (Revisi)

43.8K 3K 9
                                    

Disinilah mereka berdua, ya Alvino dan Ara. Mereka baru saja sampai  di warung babeh, Ara tidak tahan melihat luka yang hanya dibiarkan terbuka seperti itu. Awalnya Ia mengajak Alvino untuk pergi kerumah sakit atau puskesmas namun Alvino bersikeras menolak. Akhirnya Alvino mengajak Ara untuk pergi ke warung babeh ini walaupun awalnya Ara menolak tapi Alvino berhasil membujuknya.

"Tuhkan! Tangan lo makin banyak darah beningnya gitu, kata gue kan kita ke rumah sakit aja biar bisa di obatin yang bener" kata Ara saat melihat banyak darah bening yang keluar dari tangan Alvino. Namun, Alvino malah tersenyum penuh arti. Khawatir jugakan lo sama gue hoho batin Alvino.

"Khawatir ya sama gue?" kekeh Alvino.

"Dih pede gila lo!" ucap Ara sambil mengikuti Alvino duduk didepan warung babeh tersebut.

"Trus kenapa lo mau bawa gue ke rumah sakit kalo ga khawatir?" tanya Alvino.

"Ya gue.. Gue takut aja tangan lo kalo dibiarin ga dibawa kerumah sakit bisa-bisa busuk trus harus diamputasi ntar kalo udah diamputasi lo malah nyalahin gue, ga maulah gue! Hidup gue aja udah suram gini masa cuman gegara tangan lo hidup gue makin ancur" jawab Ara panjang lebar sembari mengayun-ngayunkan kakinya.

"Alah kalo khawatir bilang aja kali" ucap Alvino sambil merangkul Ara dengan tangan kirinya yang terluka itu.

"Ihhh.. Al tangan lo itu ihh" kata Ara mencak-mencak saat tangan Alvino yang terluka tepat berada disamping pipinya yang bisa terlihat jelas dengan matanya.

"Hehee maaf ya Sya-yang" kata Alvino sambil menurunkan tangannya dan beranjak mengambil minuman dingin.

"Al, ambil obat merah sama kapas atau apa gitu" titah Ara kepada Alvino

"Buat apaan?" tanya datar Alvino.

"Lo tuh ya! Ya buat ngobatin tangan lo lah. Masa mau gue makan, yakali" kesal Ara.

"Yang ngobatinnya sapa?"

Ara kesal, "Banyak tanya banget ya lo! Cepet ambil deh gue gerah banget liat luka lo, serem!"

"Iyaiyaa" jawab Alvino sambil melenggang masuk kedalam warung untuk mengabil kotak p3k yang ada di warung babeh.

"Nih!" ucap Alvino menyodorkan kotak p3k yang tadi Ia ambil ke Ara.

"Duduk cepet" titah Ara pada Alvino untuk duduk disebelah kanan Ara agar Ara gampang untuk mengobati tangan kiri Alvino.

"Galak" guman Alvino yang masih didengar oleh Ara. Ara mendelik kemudian menekan luka yang sedang dia obati, "Sakit anjir!" refleks Alvino.

"Makanya gausah ngatain orang, lagian lo ngapain sih bisa-bisanya tangan lo luka kayak begini?" tanya Ara tanpa mengalihkan tatapannya dari lengan kiri Alvino. Alvino diam sembari melihat wajah Ara yang sedang mengobati lukanya, cantik batin Alvino.

"Al?" panggil Ara namun tidak ada jawaban.

"Al" masih sama.

"ALVINO!" teriak Ara didepan wajah Alvino yang membuat Alvino terkejut.

"Hah? Apa? Kenapa?" Alvino menjawab dengan gelagapan.

"Lo kesambet?" heran Ara pada Alvino yang tiba-tiba bersikap aneh. Alvino masih memasang muka kagetnya itu yang membuat Ara kesal dibuatnya. Kemudian Ara menonyor kepala Alvino dari depan membuat Alvino kembali kealam sadarnya.

"Heh! Lo gaada sopan-sopannya ya sama gue" jawab Alvino sambil mendelik sinis kearah Ara.

"Lah emang lo siapa kudu gue sopanin" jawab Ara tak kalah sinis sambil memasang dua plester untuk menutupi luka panjang ditangan kiri Alvino.

"Gue kakak kelas lo ya, inget" jawab Avino dan kembali menenggak minumannya.

"Bodo amat! Noh udah selesai" ucap Ara sambil membereskan kotak p3k tersebut.

"Asikk! Diobatin pujaan hati euy!" kata seseorang yang baru saja datang menggunakan motornya diikuti beberapa anak lainnya.

"Pantes aja lo gamau kita ajak obatin luka lo, tau-taunya mau di obatin sama pujaan hati" kata Kevan sambil menaruh tas sekolahnya diatas meja yang disediakan disana.

Terimakasih sudah membaca
Jangan lupa tekan bintang💓

My Name is SYANARA (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang