"Sya!" panggil Alvino dengan suara berat nan datar.
Allahuakbar, batin Ara.
Alvini maju beberapa langkah untuk sampai tepat di depan Ara.
"Telat?" tanya Alvino.
"Hhe iyaa, abisa--" ucapan Ara terpotong, "Nonton drama lagi kan?"
Loh! Ko dia tau, batin Ara.
"Aku tau semua tentang kamu. Walaupun aku ga sama kamu, aku ga akan marah ko. Lagian Bang Arka udah sita laptop kamu kan?" ucap Alvino.
"Bener ga marah?" tanya Ara memastikan.
"Benerlah, tapi jangan di ulang lagi" perintah Alvino. Karena Alvino tahu pacarnya itu sedikit keras kepala, selagi tidak ada hukuman pasti terus akan di lakukan.
"Okeey!" ucap Ara sambil mengangkat jempolnya di depan wajah Alvino. Alvino tersenyum dan mengacak rambut Ara dengan cepat membuat Ia melihat luka baret dengan sedikit darah kering di dahi Ara.
"Ini kenapa?" tanya Alvino sambil melihat luka itu dan menyingkirkan anak-anak rambut yang menutupi luka tersebut.
"Ehh ituu, em gapapa ko. Lagian ga sakit juga" ucap Ara gugup menjawab pertanyaan Alvino. Alvino kemudian menekan luka itu membuat Ara meringis kesakitan. "Ini yang namanya ga sakit?"
"Yaudah iya, ini sakit tadi kepagut sama kawat besi pas manjat pager. Luka kecil kaya gini nanti juga sembuh sendiri, Al" ucapan Ara tak di gubris oleh Alvino, laki-laki itu malah menarik Ara mengikuti langkahnya. Niat Ara ingin cepat sampai di kelas pun tak tersampai karena Alvino membawanya ke UKS.
"Duduk" ucap Alvino menyuruh Ara untuk duduk dan Ara menurut. Kemudian Ia membersihkan luka Ara dam memberi obat merah sedikit dan terakhir menempelkan plester di dahi Ara.
"Makasih" cicit Ara karena masih merasa takut jika Alvino tiba-tiba akan marah lagi kepadanya.
"Aku ga mau liat kamu kaya gini lagi"
"Iya ga lagi deh, janji!"
"Aku ga butuh janji, inget!" ucapan Alvino hanya membuat Ara mengangguk.
***
Ara bersama Alvino tengah berada di jalan menuju ke rumah Ara. Seharian di sekolah membuat Ara pusing, sebab Alvino selalu mengikuti kemana pun Ia pergi. Makan pun harus menu yang di pesankan oleh Alvino. Memang seperti itulah Alvino.
Beberapa menit kemudian mereka datang di tempat tujuan. Ara turun, saat akan membuka helmnya Ara kesusahan. Ia mencoba terus tapi nihil usahanya sia-sia. Alvino yang melihatnya hanya terkekeh, kemudian membantu membukakan helm yang di pakai oleh Ara.
"Kalo ga bisa ngomong dong" ucap Alvino, "Ihh orang biasanya juga bisa ko! Ini mah modusan kamu aja bikin helm ini macet terus nanti kamu bukain" ucap Ara sambil membuang pandangannya ke arah lain karena tepat di depannya adalah wajah Alvino yang tersenyum sambil membantu membuka helm.
"Suudzon mulu sama pacar, heran!" ucap Alvino mengusap pelan wajah Ara saat helm itu sudah terlepas dari kepala Ara.
"Alllllll!! Kamu kebiasaan deh, tangan kamu nan--"
"Khem..!!!" deheman itu menghentikan ucapan Ara yang akan memarahai Alvino. Keduanya melihat ke arah deheman itu dan terlihat Alka yang sedang bersidekap dada di pintu gerbang.
"Bukannya cepet masuk malah pacaran nih bocah!"
"Apaan sih bang, so asik lo" ucap Ara bercanda.
"Lo Alvino kan?"
"Iye bang, kita udah kenal ga perlu kenalan lagi kan?"
"Lah songong banget lo, gimana kabar si El tengil?" tanya Alka pada Alvino.
"Baik-baik aja, cuman ya masih tetep aja jones"
"Heloww!" ucap Ara memecah obrolan Alvino dan Alka.
"Yaudah pulang sono lo!" titah Alka kepada Alvino, "Masuk gih dek!" suruh Alka pada Ara.
"Aku masuk dulu ya"
"Okee! Jangan lupa cek hp yaa" ucap Alvino pada Ara yang dibalas dengan angkatan jempol.
"Gue pulang dulu bang, bye abang ipar"
"Hm"
Terimakasih sudah membaca
Jangan lupa tekan bintang💚
KAMU SEDANG MEMBACA
My Name is SYANARA (COMPLETED)
Teen Fiction"Kamu ga akan pernah pergi, rumah kamu di sini kamu harus bareng terus sama Bunda" ucap Airin menahan putri bungsunya. "Maaf Bun, Ara pengen cari kebahagian Ara dan kebahagian itu ga Ara dapet di sini" ucap Ara sembari melepaskan tangan Airin yang m...