Bangun pagi adalah rutinitas semua murid seperti Ara, namun pagi ini Ara bangun kesiangan. Itu disebabkan semalaman Ara menonton drama korea di laptopnya hingga jam dua dini hari. Arka selaku abangnya mengetahui bahwa adiknya menonton drama sampai tak tau waktu pun, menyita laptop kesayangan Ara dan itu berlaku juga untuk Fira.
Ara berangkat sekolah pukul 6:40 sedangkan gerbang sekolah ditutup pukul 6:45 karena akan di adakan kegiatan literasi. Ara menaiki angkot dan di jalan macet pun terjadi. Ara mendesah kecewa, seharusnya kemarin Ia mengiyakan ajakan Alvino untuk berangkat bersama.
Ara sampai di sekolah tepat pukul 7, gerbang sudah tertutup dengan rapihnya, bahkan dari luar terlihat jelas sekolah sepi karena kegiatan belajar mengajar sudah di mulai.
"Ck! Make nutup segala lagi nih gerbang!" gerutu Ara kesal.
"Aha!" ucap Ara yang mempunyai ide untuk memasuki sekolahnya lewat jalur belakang, jalur yang selalu di lewati oleh para siswa maupun sisiwi yang terlambat. Akhirnya Ara berjalan ke belakang sekolah dan melihat sahabatnya- Olin juga terlambat seperti dirinya. Sahabatnya itu tengah melemparkan tasnya kemudian Ia sedang berusaha menaiki pagar yang cukup tinggi itu.
"Olin!" panggilan Ara membuat Olin kaget, untung saja Olin berpegangan dengan tepat jika tidak bisa jatuh dia.
"Heh onta! Lo bikin gue kaget aja. Untung gue ga jatoh"
"Hehe maaf yaa! Lin bantuin gue naek juga dong" pinta Ara kepada Olin yang sudah di atas.
"Eh, lo gegayaan banget pake telat mana sosoan mau manjat pager lagi. Bisa-bisa di gergaji lo sama Alvino" ucap Olin melihat sahabatnya yang masih di bawah itu.
Ya, memang semenjak berpacaran dengannya, Alvino menjadi seorang yang possesif terhadap Ara. Apa pun yang di lakukan Ara Ia pantau, walaupun tidak secara langsung. Sahabat-sahabat Ara pun mengetahui itu dan tidak mempersalahkan, malah mereka mendukung hubungan keduanya itu.
"Ishh.. Ya jangan sampe ketauan lah. Gimana sih lo" ucap Ara kesal.
"Yaudah ayo cepet sini tas lo, pegangan tuh ke celah pager trus pegang tangan gue. Nanti lo loncat sendiri ya, gue kebelet banget nih" ucap Olin tergesa kepada Ara.
"Siap" sahut Ara sembari melemparkan tasnya ke Olin. Saat akan naik ke pagar dan berpegangan ke celah pagar, ternyata ada kawat besi kecil yang mengenai dahi Ara. Ara meringis, sepertinya dahinya ini baret karena terasa perih.
"Ngapa lo?" tanya Olin penasaraan saat Ara meringis cukup keras.
"Ga papa, udah cepet ah. Nih!" ucap Ara sambip menyuruh Olin memegang tangannya cepat.
"Hih maksa bet dah!" ucap Olin memutar matanya dan kemudian meraih tangan Ara.
Beberapa detik berlalu, akhirnya Ia sampai di puncak bersama dengan Olin. Awalnya Olin menyuruh Ara untuk loncat terlebih dahulu, tapi Ara berkata bahwa dirinya ragu. Karena dari awal Olin sudah kebelet ingin buang air, akhirnya Olin loncat terlebih dahulu dan berlalu meninggalkan Ara yang masih di atas.
"Bismillah Yaallah"
Bruk..
Ara loncat dan terduduk akibat dirinya yang ragu karena loncat dari pagar itu bukan ahli dia. Ara merasa bokongnya sakit. Kemudian Ia ingat bahwa Ia harus cepat-cepat sampai di kelas, akhirnya Ia berdiri dan menenteng tas sambil berjalan. Baru beberapa langkah Ara berjalan, ada seseorang yang memanggil namanya. Orang itu adalah Alvino.
"Sya!" panggil Alvino dengan suara berat nan datar.
Terimakasih sudah membaca
Jangan lupa tekan bintang💚
KAMU SEDANG MEMBACA
My Name is SYANARA (COMPLETED)
Teen Fiction"Kamu ga akan pernah pergi, rumah kamu di sini kamu harus bareng terus sama Bunda" ucap Airin menahan putri bungsunya. "Maaf Bun, Ara pengen cari kebahagian Ara dan kebahagian itu ga Ara dapet di sini" ucap Ara sembari melepaskan tangan Airin yang m...