Alvino, laki-laki itu masih bergelung dengan mimpinya namun ada suara yang menggangu tidurnya. Dan ternyata itu adalah suara rengekan adik manjanya yang baru berusia 3,5 tahun itu ya Salsabila Shanindia Geovan yang biasa dipanggil Caca itu.
"Abang angun! Cepetan Caca au digendong ama abang" ucap Caca kecil dengan nada cadelnya.
Alvino masih bergelung dengan mimpinya.
"Abangggggggg!" teriak Caca tepat ditelinga Alvin.
"Nghh.. Apaa si Ca? Abang masih ngantuk" suara serak Alvino membalas teriakan Caca.
"Angun.. Caca au gendong ama abang Al" ucap Caca yang kekeh meminta Alvino bangun.
"Emang jam berapa si Ca? Masih malem kan ini?" tanya Alvin sambil mengubah posisi tidurnya membelakangi Caca, dan sepertinya kesadaran Alvino sudah kembali walaupun tidak sepenuhnya.
"Jam belapa ya? Atu, ua, iga, mpat, lapan, eluh. Caca ndak au. Ohh jam lapan ya kayana" gumam Caca yang masih bisa di dengar oleh Alvino dan Alvino hanya terkekeh mendengar celotehan adik kecilnya itu.
"Abanggg sekalang jam lapan bang! Ayo angun, Caca pen endong ama abang" Ucapa nyaring Caca sambil mencoba membalikan tubuh Alvino agar menghadap dirinya.
"Hahahahaaa Caca tau angka delapan?" tanya Alvino sambil tertawa.
"Au lah Caca gitu loh" jawab Caca sombong.
"Coba yang mana?" tanya Alvino sambil mengambil jam weker kecil yang ada di atas nakas ke Caca.
"Ini hehehe" tunjuk Caca tertawa dan Alvino seketika tertawa juga karena adiknya itu menunjuk angka 11 bukan delapan.
"Hahaaa! Dasar bocil" ledek Alvino kecil namun masih bisa didengar oleh Caca.
"Bocil apa?" tanya penasaran Caca.
"Jadi gini Ca, kan Caca tadi salah. Makanya abang ledek Caca bocil karena Caca ga tau. Hohoo" jawab enteng Alvino sambil duduk menghadap Caca yang masih memegang jam weker Alvino itu.
"Oh gicuu" Caca kecil mengunggut-unggutkan kepalanya. Alvino langsung mengambil jam yang masih di pegang Caca dan langsung mengendong Caca dengan cepat membuat Caca kaget namun akhirnya Caca tertawa bersama dengan Alvino karena tingkah Caca yang menggemaskan.
"Pesawat terbangg hiya hiya..."
"Ahahahaaa hahahah"
***
Sekarang Alvino dan ketiga sahabatnya tengah berada rooftop sekolahnya. Mereka menghabiskan sebagian waktu belajarnya dengan membolos, bagi mereka bolos merupakan hal yang biasa dan guru-guru disana pun sudah biasa menghadapinya terlebih lagi Alvino merupakan Cucu dari pemilik SMA Geraldi ini yang nantinya akan menjadi milik Alvin juga.
"Gue ga bisa buka cuy, ngapa ya" ucap Satya.
"Lo udah banyak dosa hey! Apalagi gabisin waktu buat yang kek beginian" jawab Fattan.
"Iya! Lo harusnya tobat Sat. Ga baek udah gede fokus sama yang kek begituan" tambah Kevan.
"Tapi gue udah kecanduan bro! Gue gabisa tanpa yang beginian" jawab sedih Satya.
"Harusnya lo manfaatin waktu buat ibadah bukan buat begituan Sat" ujar Kevan sambil terkekeh.
"Gue ham-" ucapan Satya terpotong oleh Alvino.
"Heh! Omongan Lo semua ambigu anjir" kata Alvino sambil terkekeh dan mengambil ponselnya yang berada disaku celananya.
"Tau noh si Satya" kata Fattan.
"Lo semua emang ya pikirannya selaku negatif sama gue. Gue ga bisa buka game gue anjir mana udah level atas lagi ahhh ampun dah stres gue" Satya frustasi sendiri.
"Lah kirain gue lo gabisa buka aplikasi yang ehem-ehem makana gue gomong kek begitu tadi haha" ujar Kevan sambil tertawa karena kenegatifan otaknya itu.
"Lah sama gue juga" ucap Fattan.
"Astagfirullahaladzim-" ucapan Alvino belum terselesaikan tapi sudah terpotong oleh Satya.
"Gue difitnah mulu tukang mesum suka liat begituan eh tau-taunya lo semua yang berpemikiran negatif. Nyebut gue si nyebut. Hah kerja lembur bagai qudaaaa" ucap Satya sambil berlalu meninggalkan Alvino, Fattan dan Kevin yang masih menertawakan tingkah konyol mereka.
Terimakasih sudah membaca
Jangan lupa tekan bintang💓
KAMU SEDANG MEMBACA
My Name is SYANARA (COMPLETED)
Teen Fiction"Kamu ga akan pernah pergi, rumah kamu di sini kamu harus bareng terus sama Bunda" ucap Airin menahan putri bungsunya. "Maaf Bun, Ara pengen cari kebahagian Ara dan kebahagian itu ga Ara dapet di sini" ucap Ara sembari melepaskan tangan Airin yang m...