Dua minggu berlalu...
Hari ini hari senin setelah dua minggu kejadian Ara dan Alvino yang berpacaran. Ara sudah siap untuk berangkat sekolah, Ia mengambil tasnya yang berwarna hitam dan memakainya kemudian berlalu keluar kamarnya. Langkahnya terhenti saat sudah turun dari tangga terakhir, Ia melihat Keenan dan Arka tengah di ruang tamu.
Ingatannya kembali berputar saat waktu menampilkan kata-kata yang terlontar dari pria yang Ia sebut Ayah. Sakit hatinya muncul, berharap menghindari semuanya namun takdir malah mempertemukannya.
"Ara" panggilan lirih membuat Ara terhenti saat akan benar-benar keluar dari rumah itu, tetapi Ara kembali berjalan tanpa memperdulikan panggilan itu dan sebuah cengkeram ditanggannya membuat Ara sepenuhnya berhenti.
"Lepas!"
"Ayah mau bicara sama kamu, kamu jangan kemana-mana Ra!"
"Bicara apa? Menyalahkan aku?"
"Araa" panggilan lembut dari seorang wanita yang telah melahirkannya membuat Ara menoleh dan menghela nafas dengan kasar.
"Lepas bang!"
"Gak akan sebelum Ayah dan Bunda ngomong sama kamu" Arka masih mengcengkram tangan Ara, tidak keras karena Ia tidak ingin menyakiti adik kesayangannya itu.
"Kenapa saat kalian ada maunya aku yang harus di paksa. Dua minggu ini aku tenang, sekarang kasian mengusiknya lagi?" Ara berkata dengan penuh nada penekanan, matanya memerah menahan agar air matanya tidak jatuh di hadapan keluarganya. Ia tidak mau terlihat lemah.
"Ayah minta maaf, Ra!" lirih Keenan serta tatapan sendu dari Airin.
Masih teringat jelas di pikiran Ara, saat semua keluarganya menyalahkannya terutama Ayahnya.
Flashback on
"Kenapa kamu mempermalukan kami hah?" suara bentakan keras Ara dapatkan saat baru saja Ia pulang kerumahnya, tanpa bisa di tahan air matanya mengalir dengan deras.
"Orang tua ku datang ingin melihat kamu, tapi apa perilaku kamu hah? Mereka peduli sama kamu dan dengan seenaknya kamu mengacuhkan mereka"
"Ingat! Kamu hidup dikeluarga mereka keluarga Armawidjaya, masalah kamu hanya denganku kenapa kamu tidak perduli dengan mereka? Mereka pulang karena merasa tidak di inginkan oleh kamu. Dimana perasaan kamu"
Ara menangis dengan kata-kata keras yang terlontar dari mulut Keenan.
"Saya tidak pernah mengajarkan kamu bersikap tidak sopan dengan orangtua. Kamu itu semakin di biarin semakin ngelunjak" rahang Keenan mengeras dan yang bisa dilakukan Ara hanya menangis. Sedangkan Airin menangis juga melihat anak bungsunya di perlakukan seperti itu, tapi Ia tidak bisa berbuat apa-apa.
"Sekarang kamu pulang petang seperti ini, sudah dari mana? Dua minggu setelah kedatangan orangtua saya kamu selalu bawa makanan dari luar, apa kamu merasa tidak di beri makan oleh keluarga saya!"
"Apa salahku bisa mempunyai anak seperti kamu"
"Keenan! Jangan pernah menyalahkan anakku!" Airin berteriak saat Keenan menyalahkan Ara dengan kata-kata yang sakit seperti itu.
Flashback off
Terimakasih sudah membaca
Jangan lupa tekan bintang💚
KAMU SEDANG MEMBACA
My Name is SYANARA (COMPLETED)
Teen Fiction"Kamu ga akan pernah pergi, rumah kamu di sini kamu harus bareng terus sama Bunda" ucap Airin menahan putri bungsunya. "Maaf Bun, Ara pengen cari kebahagian Ara dan kebahagian itu ga Ara dapet di sini" ucap Ara sembari melepaskan tangan Airin yang m...