Pagi hari, suasana di rumah minimalis namun bergaya modern ini masih sepi, hanya gerakan sang Bunda yang sibuk di dapur untuk membuat sarapan dan sang Ayah yang menemani istrinya itu sambil meminum kopi dan membaca koran paginya. Jam dinding memang masih menunjukkan pukul 5:00 pagi, tapi kedua orangtua itu sudah biasa bangun.
"Mas sudah selesai baca korannya?" Tanya sang istri, Dagna, yang masih sibuk membuat sandwich buat sarapan.
"Bentar dikit lagi, nanggung nih. Anak-anak belum bangun ya?" Arya memang peka banget jadi cowok, suami idaman banget.
"Lihat gih yah, ini sandwichnya belum selesai. Ntar gosong rotinya kalau ditinggal."
"Ya sudah, mas lihat dulu. Si Abang kuliah jam berapa? Pagi apa siang?"
"Sekarang hari Kamis, biasanya dia ada kelas pagi. Bangunin ya mas kalau belum bangun."
"Iya sayang. Mas ke atas dulu."
Rumah mereka memang minimalis, terdapat 2 lantai. Lantai bawah cuma ada ruang tamu, ruang keluarga, dapur, kamar mandi, sama satu kamar utama. Di lantai dua, hanya kamar Doyoung dan Jungwoo yang bersebelahan. Setiap kamar memang ada toiletnya, tapi di lantai dasar sengaja dibikin buat umum.
Tok tok
"Abang udah bangun belum?" Tanya Aryal dari depan pintu. Ga ada jawaban. Hening.
"Ayah buka ya pintunya." Aryal membuka pintu kamar si sulung, gelap. Sang empu masih berbaring di kasurnya.
"Bang bangun, udah pagi nih. Ntar telat ke kampusnya." Aryal mengguncang badan anak sulungnya itu.
"Eunghh, ntar lagi yah. Masih ngantuk." Doyoung mengeluarkan suara berat khas bangun tidur.
"Gak2, bangun. Ntar telat. Ayok!" Aryal menarik badan si sulung biar duduk dan menjauh dari kasur empuk itu.
"Iya yah nih Abang udah bangun. Padahal Abang masuk jam 8 loh yah ini masih jam 6 pagi." Karena kesal tidurnya jadi keganggu, Doyoung akhirnya ngalah dan duduk di pinggir kasur. Gak salah kalau teman2nya doyan bikin Doyoung kesal, habis wajahnya jadi lucu banget kalau udah kesal.
"Mandi, siap-siap, habis itu sarapan di bawah. Ayah mau lihat adek kamu dulu."
Arya ke kamar si bungsu yang bersebelahan dengan kamar si sulung. Pintunya memang gak pernah dikunci, jadi langsung masuk aja. Lagian juga pasti tuh anak masih tidur.
"Dek bangun, udah jam 6 loh."
Jungwoo gak gerak sama sekali. Masih asik dengan tidurnya."Dek, kamu kan masuk jam 7. Bangun gih, telat loh." Masih diam.
"Adeekk!!" Arya mengguncang badan anaknya itu. Jungwoo membuka matanya dan menatap ayahnya dengan mata yang masih sayu.
"Ih ayahh kalau bangunin adek jangan teriak2, kaget tau."
"Iya habis kamu ayah bangunin baik2 gak bangun. Mandi sana udah jam 6, habis itu sarapan di bawah. Gak pake lama. Buruan."
Jungwoo menghela nafasnya males, mager banget ninggalin kasur kesayangan. Tapi apa boleh buat, back to reality.
°°°°
Di meja makan, Dagna udah menunggu kedua putranya sekaligus sang suami yang juga bersiap-siap mau ke kantor. Senyumnya terukir saat melihat si sulung sudah rapi dan memeluk bundanya itu hangat.
"Selamat pagi Bundaaaa."
"Si ganteng bunda udah rapi. Duduk dulu, tunggu ayah sama adek kamu ya. Kita sarapan bareng-bareng."
Tak lama Arya juga datang lengkap dengan jas yang bertengger di badannya. Tinggal Jungwoo yang belum turun-turun juga
"Selamat pagi bundaa ayaahh bang Doyy,"
"Lama amat sih dek," sewot Doyoung.
"Hehe maaf ya bang Doy."
"Udah yuk makan, ayah yang pimpin do'a."
Mereka pun makan sambil diiringi candaan dari Doyoung dan Jungwoo.
Next----
Maaf ya guys kalau ceritanya jelek. Aku usahain semaksimal mungkin untuk cerita ini. Hahahaha. Jangan lupa vote+commentnya yaa
KAMU SEDANG MEMBACA
(✓)Arya Brothers | NCT
Fanfiction[✓] Completed [Brothership] Ini kisah Abang dan Adek. Doyoung dan Jungwoo. Putra-putra kesayangan orangtuanya. Bagaimana kisah mereka setelah berita paling memilukan datang menimpa mereka? "It's gonna be alright....."