"Kamu gak apa-apa?"
Suara lembut itu membuat Jungwoo tersentak.
"Karin?"
"Jungwoo? Astaga Wu lo ngapain duduk di lorong? Gue kira siapa tadi. Lo gak apa-apa?" Tanya cewek tersebut yang bernama Karin.
Jungwoo menelan ludahnya. Dia tidak menyangka bakalan ada orang yang melihatnya sedang dalam kondisi seperti ini.
"Lo sejak kapan ada di sini?" Tanya Jungwoo, takut kalau cewek itu melihat kejadian tadi.
"Baru aja, gue dari kelas. Terus liat lo di lorong sendiri."
Jungwoo berusaha berdiri, perut serta punggungnya masih sakit banget dan tangannya mati rasa.
"A-argh!" Rintih Jungwoo menahan sakit di perut.
"Lo yakin baik-baik aja?" Karin tanpa sadar membantu Jungwoo berdiri.
"Awh sakit Rin." Lengan Jungwoo dipegang erat sama Karin, sehingga Jungwoo kesakitan.
"Sorry-sorry." Karin merasa bersalah dan cemas di saat waktu yang bersamaan.
Jungwoo pucat dan tampak kesakitan. Karin jadi curiga dengan Jungwoo. Ya, walaupun mereka tidak terlalu dekat, tapi Jungwoo di kelas gak pernah kaya gini.
"Lo yakin baik-baik aja?" Tanya Karin lagi. Jungwoo aja gak bisa jalan, kayanya perutnya sakit banget.
"Gue antar ke UKS aja, ya?" Karin bertanya hati-hati.
Jungwoo hanya mengangguk. Perut, punggung, tangan, bahkan kepalanya sekarang berdenyut. Pusing.
Karin membantu Jungwoo jalan menuju UKS. Sekolah udah sepi, hanya beberapa yang sedang bermain di lapangan. UKS sekolah buka sampai sore, karena masih ada yang ikut ekskul.
Karin membuka pintu UKS, dia melihat ruangan itu yang kosong. Karin nengok ke arah Jungwoo yang masih menahan sakit.
Jungwoo duduk di salah satu brankar. Karin bingung mau ngelakuin apa, kan dia gak tau Jungwoo sakitnya apaan.
"Wu, apa yang sakit? Biar gue cari obatnya." Karin nanyanya lembut, tapi kedengaran tulus.
Jungwoo hanya diam, entah kenapa badannya sakit semua sekarang. Bahkan badannya serasa melayang akibat pusing di kepalanya.
"Wu, Jangan diam aja. Gue panik nih, lo baik-baik aja? Wajah lo pucat banget."
"Gue pusing, jangan tanya dulu." Jungwoo tau kondisinya. Gula darahnya kayanya kambuh lagi. Badannya lemas banget.
Jungwoo memang punya gula darah rendah. Jadi sering pusing. Makanya Doyoung sering nasehatin Jungwoo untuk banyak istirahat.
"Ya sudah, sini gue bantu. Buka dulu tasnya." Karin mengambil tas sekolah Jungwoo, dia juga membuka sepatu milik Jungwoo tanpa Jungwoo sadari. Setelah itu dia membaringkan tubuh Jungwoo di brankar.
"Gue panggil Bu Jia dulu ya,"
"Gak usah, gue cuma pusing doang. Ntar juga hilang." Jungwoo berkata lemah, matanya dia tutup erat, mungkin menahan pusing.
Karin hanya mengangguk dan duduk di brankar yang bersebelahan. Dia gak tega ninggalin cowok yang ada di depannya sekarang.
Mereka memang gak pernah ngomong lama-lama. Tapi mereka sekelas. Walaupun pernah satu kelompok saat belajar, tapi mereka hanya membahas pelajaran.
Karin melihat nafas Jungwoo yang mulai teratur. Matanya juga tertutup biasa, gak erat seperti awal. Karin menyimpulkan kalau cowok itu tertidur.
Karin turun dari brankar. Dia mendekati Jungwoo. Tadi cowok itu sempat kesakitan saat tangannya gak sengaja dia pegang erat saat membantunya berdiri. Karin menarik lengan jaket yang Jungwoo pakai dengan pelan. Matanya membelalak melihat memar di tangan Jungwoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
(✓)Arya Brothers | NCT
Fiksi Penggemar[✓] Completed [Brothership] Ini kisah Abang dan Adek. Doyoung dan Jungwoo. Putra-putra kesayangan orangtuanya. Bagaimana kisah mereka setelah berita paling memilukan datang menimpa mereka? "It's gonna be alright....."