Keesokan harinya, Doyoung, Sejeong, dan Jungwoo sama-sama balik ke rumah. Doyoung yang nyetir, padahal tadi Jungwoo nyaranin buat panggil Johnny atau sahabat-sahabat Doyoung yang lain buat bantuin nyetir. Kepala Doyoung lagi pusing, entah kenapa pas bangun tidur tadi kepalanya berat.Sesampainya di rumah, Doyoung dan Jungwoo bantuin mindahin barang-barang Sejeong. Jungwoo hanya bantu sampai depan pintu kamar, sudah gak haknya buat masuk seenaknya ke dalam kamar Doyoung.
"Terimakasih ya Wu." Sejeong berterimakasih sama Jungwoo.
"Iya Kak Se, kalau ada apa-apa bilang aja. Pamit ke kamar dulu ya kak." Jungwoo langsung ke kamarnya di lantai atas.
Sejeong masuk ke dalam kamar. Dia kaget karena ukuran kamarnya sangat besar dari kamarnya di rumah. Terdapat sofa dan meja serta meja komputer untuk kerja pastinya. Kasurnya juga besar dengan setiap sisi terdapat meja kecil. Di meja tersebut terdapat figura almarhum kedua orangtua Doyoung dan figura mereka berempat serta figura Doyoung dan Jungwoo. Banyak figura kecil-kecil di atas meja. Serta terdapat lampu tidur di meja sebelah kanan. Keadaan kamar Doyoung cukup rapi, kecuali bagian meja komputer, karena di sana banyak tumpukan kertas.
"Kamu capek? Kalau capek nanti aja beres-beres nya." Doyoung baru masuk ke dalam kamar sambil menarik koper Sejeong.
"Ga capek kok, mas gimana? Kepalanya masih pusing?" Tanya Sejeong, tadi dia sempat khawatir sama Doyoung.
"Lumayan sudah sehatan kok. Sini aku bantu beres-beres." Doyoung membantu istrinya itu memindahkan barang-barangnya ke dalam lemari yang sudah disiapin oleh Doyoung. Baju-baju Sejeong juga dimasukkan ke dalam lemari pakaian.
Buku-buku Sejeong disusun Doyoung di rak-rak bukunya supaya rapi dan tidak berceceran. Mereka melakukannya dengan kompak. Sejeong yang ngeluarin dari box, Doyoung yang meletakkan ke dalam rak buku.
Beres-beres tersebut memakan waktu hampir satu jam. Sejeong menyeka keringatnya, begitu juga dengan Doyoung.
"Aku ambil air minum dulu ya." Sejeong bangkit dari sofa di kamar, meninggalkan Doyoung yang sedang menyandarkan punggungnya di sandaran sofa. Kepalanya pusing banget sekarang, buka mata saja rasanya dunia serasa berputar.
waktu Sejeong balik dnegan gelas ditangannya, dia malah melihat Doyoung yang tertidur dengan posisi duduk sambil menyandar di sofa. Sejeong mendekati suaminya itu, dia meletakkan punggung tangannya di dahi Doyoung. Tidak terlalu panas, mungkin karena kecapean. Anehnya, Doyoung ga kebangun saat dahinya disentuh Sejeong. Biasanya kalau Sejeong gerak dikit saja, Doyoung langsung kebangun.
"Mas," panggil Sejeong membangunkan Doyoung dengan pelan. Doyoung membuka matanya pelan.
"Pindah ke kasur saja, istirahat di kasur. Di sini ga nyaman banget pasti." usul Sejeong. Doyoung malah mengerutkan keningnya dan menggelengkan kepalanya sambil merebahkan badannya di sofa, yang awalnya duduk sekarang malah sepenuhnya benar-benar rebahan di sofa. Sejeong geleng-geleng kepala. Ini benaran Doyoung?
Sejeong mengambil bantal dan selimut, tidak tega juga melihat Doyoung kelelahan seperti ini. Sejeong melanjutkan beres-beresnya yang tidak seberapa lagi. Setelah itu dia keluar kamar buat melihat dapur dan bahan-bahan buat bisa dijadikan makan siang. Di ruang tengah dia melihat Jungwoo dengan temannya yang diketahui bernama Lucas. Kontras banget suara mereka, Jungwoo yang kalem dan Lucas yang membahana.
"Eh ada Kak Se? Kapan sampai kak?" Tanya Lucas sok kenal banget.
"Sejam-dua jam yang lalu." Jawab Sejeong.
"Sendiri kak? Ga sama Bang Doy?" Lucas tuh kepo banget.
"Bareng kok, lagi tidur aja. Pusing."
KAMU SEDANG MEMBACA
(✓)Arya Brothers | NCT
Fanfiction[✓] Completed [Brothership] Ini kisah Abang dan Adek. Doyoung dan Jungwoo. Putra-putra kesayangan orangtuanya. Bagaimana kisah mereka setelah berita paling memilukan datang menimpa mereka? "It's gonna be alright....."