Sepanjang perjalanan, Doyoung hanya diam. Taeil mengajaknya bicara pun hanya dibales iya atau oh atau anggukan doang. Sepertinya mood Doyoung langsung jatuh dengan berita ini.
Setibanya di perusahaan, Doyoung masih menunjukkan wajah kesal sekaligus badmoodnya. Tidak ada senyuman yang terpancar di wajahnya.
Di dalam ruang pertemuan pun Doyoung hanya banyak diam sambil menatap tamu yang datang. Pikirannya kalut sekarang. Perjodohan? Mikirin pacaran aja Doyoung tidak mau, apalagi perjodohan.
"Jadi ini Doyoung Arya? Senang bertemu dengan anda nak, saya kira anda sudah 30-an tapi tampaknya anda masih 20an, benar bukan?" Tuan Pranadipa sedang berbasa-basi kepada Doyoung.
"Senang bertemu anda, dengan tujuan apa ya gerangan anda berkunjung ke sini?" Doyoung tidak suka basa-basi dan dia dalam kondisi mood yang buruk.
"Sepertinya sekretaris anda belum menceritakan semuanya pada anda. Atau perlu saya ulangi lagi?"
"Saya rasa perjanjian anda cuma berlaku di saat kedua orangtua saya masih di sini." Doyoung serius.
"Perjanjian tetap perjanjian, dan orangtua anda setuju dengan semua persyaratannya."
"Setuju atau anda memanipulasi perjanjian? Saya rasa kedua lrangtua saya juga ga setuju dengan persyaratan tersebut." Ucapan Doyoung lebih terkesan dingin dan menohok. Taeil sudah wanti-wanti mau memperbaiki ucapan Doyoung, tapi tetap aja ucapan Doyoung sama sekali ga bisa dibantah.
"Saya suka dengan pikiran anda. Tidak salah saya telah memilih Anda sebagai calon menantu saya." Tuan Pranadipa tampak tidak gentar.
Doyoung terdiam menatap sinis dan tidak suka pada lelaki yang jelas umurnya terpaut jauh dengannya itu.
"Saya mengundang anda dalam pertemuan keluarga. Saya harap anda hadir, ini undangannya." Tuan Pranadipa memberikan undangan yang terlihat elegan itu ke hadapan Doyoung.
"Saya sangat berharap anda bersedia menjadi pasangan hidup anak saya." Tambah Tuan Pranadipa. Doyoung sudah muak sekarang.
"Mohon maaf sebelumnya, saya tidak setuju dengan perjodohan ini. Ini hidup saya, saya yang berhak memilih jalan saya sendiri, bukan anda. Permisi." Doyoung segera keluar dari ruangan tersebut. Dia sejak tadi mau mengumpat, mengeluarkan sumpah serapah, tapi tidak bisa mengingat dia sebagai pimpinan. Doyoung keluar meninggalkan semua yang ikut dalam pertemuan singkat tersebut. Taeil berusaha ngejar, tapi tangannya ditahan oleh Pak Anton.
"Kami mohon maaf atas sikap Doyoung. Saya harap anda dapat memakluminya." Pak Anton mewakili dari pihak perusahaan Arya memohon maaf atas tindakan Doyoung.
"Saya harap Doyoung hadir dalam pertemuan kali ini, sendiri. Jika 10 menit pertama Doyoung tidak hadir, jangan salahkan pihak kami yang menarik paksa Doyoung dalam pertemuan tersebut." Tuan Pranadipa menatap tajam Taeil sambil mengancamnya. Pranadipa memang paling terkenal dengan sikapnya yang selalu penuh ancaman. Beliau juga mempunyai ratusan bodyguard dan pengawal yang siap melaksanakan setiap perintahnya.
Pranadipa dan rombongan segera keluar dari ruangan. Setelah mereka semuanya pergi, Taeil baru bisa bernapas normal. Di sana cuma tinggal petinggi dari perusahaan Arya.
"Segera lakukan kerja sama dengan pihak lain. Oh iya mana proposalnya Pak Anton? Biar saya yang kasih ke Doyoung. Besok saya mau ke Kanada, bertemu dengan klien yang waktu itu juga sudah bekerjasama dengan kita." Taeil.
"Ini proposalnya. Kamu yakin ke Kanada sendiri?" Tanya Pak Anton.
"Iya setidaknya berdua, jangan sendiri." Pak Yusuf juga menyarankan Taeil untuk pergi berdua ke Kanada.
KAMU SEDANG MEMBACA
(✓)Arya Brothers | NCT
Fanfiction[✓] Completed [Brothership] Ini kisah Abang dan Adek. Doyoung dan Jungwoo. Putra-putra kesayangan orangtuanya. Bagaimana kisah mereka setelah berita paling memilukan datang menimpa mereka? "It's gonna be alright....."