Empat Puluh

909 65 6
                                    

Big love from me ♥️ Happy Reading guysss💕💕

®®®®®®®®®®®®®®®®®®®®®

Doyoung duduk dengan gelisah di bangku penumpang. Otaknya terus berputar memikirkan tindakan apa yang akan dia dan teman-temannya lakukan saat menyelematkan Jungwoo, Taeil, dan istrinya. Doyoung harus bisa menyelamatkan mereka semua hari ini. Bagaimanapun caranya. Meskipun nantinya dia harus merelakan dirinya menggantikan posisi adiknya.

Mereka bergerak menuju Tanggerang. Rada sedikit lama memang, karena terdapat mobil truk besar yang mogok di jalan lintas tol. Johnny yang membawa mobil Taeyong juga kesal dengan padatnya lalu lintas hari ini. Dia sesekali melirik Doyoung yang sejak tadi memasang muka serius walaupun rasa cemas dan khawatir masih kentara di wajahnya. Taeyong menguatkan Doyoung dan meyakinkan kalau Jungwoo baik-baik saja dan semuanya akan berakhir hari ini.

Doyoung menggigit ujung jempolnya, sebuah kebiasaan lama yang kalau ketahuan sama Bunda atau Ayahnya pasti akan dimarahin atau gak diledekin Jungwoo.

Ten menarik tangan Doyoung, biar gak gigitin jari lagi. Dia tau sohibnya itu lagi khawatir banget, tapi kasihan juga jempolnya ntar hilang.

"Udah, kita pasti bakal bawa Jungwoo balik. Lo tenang aja." ucap Ten. Doyoung menghembuskan napasnya, terlihat keresahan di wajahnya. Doyoung bahkan merelakan nyawanya hanya untuk kebahagiaan adeknya. Dia gak mau Jungwoo kenapa-kenapa. Dia berpikir, almarhum orangtuanya tidak akan memaafkannya kalau terjadi apa-apa sama Jungwoo.

Cemas, takut, dan berani dalam satu waktu. Dia cemas sama kondisi Jungwoo, terutama Taeil yang sudah terhitung 4 hari disekap sama Pranadipa. Terus dia juga memikirkan Sejeong, istrinya yang bahkan sampai sekarang panggilannya gak pernah dijawab.

Dan selain itu juga, dia memikirkan keselamatan sahabat-sahabatnya yang rela membantunya hari ini. Doyoung memikirkan keadaan banyak orang. Bahkan keselamatan dirinya pun dia belum sempat memikirkan. Sekarang, dia hanya ingin semuanya kembali.

Siapapun pasti bakalan ngerasain apa yang dirasakan Doyoung jika mengalami hal yang serupa. 


Setelah menempuh perjalanan lebih kurang 2 jam, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Mereka berada di suatu daerah yang tampaknya tak pernah dilalui oleh orang kebanyakan. Jalannya sangat sepi, bahkan keadaan rumah pun hanya beberapa, tidak sampai 3 rumah semenjak mereka masuk gang. Di tempat mereka berhenti sekarang, hanya terdapat satu rumah 2 lantai yang ditutupi oleh pagar hitam berkarat. Rumah itu tampak tak pernah dipakai. Benar-benar menyeramkan kalau dilihat dari luar. Johnny memarkirkan mobil di seberang jalan, di sebuah lapangan rumput yang ilalangnya bahkan sudah sangat tinggi di ujung-ujung lapangan.

Mereka kompak menahan Doyoung untuk tidak turun dulu. Johnny mau memastikan kembali lokasinya.  Kalau gak ditahan, Doyoung bisa saja langsung keluar tanpa persiapan.

"Lo serius ini tempatnya?" Tanya Taeyong sambil memandang sekeliling. Hal pertama yang dia rasakan yaitu tempat ini sangat sepi. Bisa saja dari persimpangan gang yang tadi terdapat anak buahnya Pranadipa yang mengintai setiap mobil yang masuk. Lagian kalau dipikir-pikir, tempat yang mereka kunjungi sekarang seperti tidak pernah dijajah oleh orang lain.

"Menurut peta yang kemaren sih benar. Mau keluar?" tanya Johnny yang sudah selesai memastikan lokasi tempat keberadaan Jungwoo.

"Bentar gue barusan dapat kabar dari bokap gue kalau surat penangkapan buat Pranadipa sudah keluar. Mau gue suruh bokap gue ke sini langsung apa gimana nih?" Tanya Ten yang memberikan kabar baik bagi Doyoung.

"Boleh, sekalian bawa pasukan kalau bisa." Jawab Johnny. Dia mah sebelum berangkat tadi sudah bilang ke ayahnya kalau mereka sudah bergerak. Ayahnya Johnny kan orangnya gercep, beliau langsung memerintah salah satu ajudannya untuk membawa tim ke tempat yang sudah dikirimkan oleh Johnny.

(✓)Arya Brothers | NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang